Tinjauan Tentang Bermain KAJIAN TEORI

15 bermain menjala ikan, bermain kucing dan tikus, bermain hijau hitam semakin cepat waktu yang ditempuh untuk menyentuh maupun kecepatan untuk menghindar, maka semakin tinggi kelincahannya. Dengan demikian unsur- unsur yang diterampkan dalam kegiatan bermain engklek gunung meliputi: keseimbangan, kekuatan dan kelincahan. Unsur-unsur tersebut dibutuhkan anak pada saat melakukan aktivitas engklek gunung dari petak satu ke petak selanjutnya.

B. Tinjauan Tentang Bermain

a. Pengertian Bermain

Sofia Hartati 2005: 85 Bermain adalah sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Sebab bermain berfungsi sebagai kekuatan, pengaruh terhadap perkembangan, dan lewat bermain pula didapat pengalaman yang penting dalam dunia anak. Hal inilah yang menjadi dasar dari inti pembelajaran pada anak usia dini. Permainan secara langsung mempengaruhi seluruh area perkembangan anak dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar tentang dirinya, orang lain dan lingkungannya. Permainan memberikan anak-anak kebebasan untuk imajinasi, menggali potensi diribakat dan untuk mengembangkn kreativitas. Motivasi bermain anak-anak muncul dari dalam diri mereka sendiri; mereka bermain untuk menikmati aktivitas mereka,untuk merasakan bahwa mereka mampu, dan untuk menyempurnakan apa saja yang telah ia dapat. Baik yang telah mereka ketahui sebelumnya maupun hal- hal yang baru Rogers C.S dan Sawyers, 1988. Soegeng Santoso Kamtini Husni Wardi Tanjung, 2005: 47 bermain adalah suatu kegiatan tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu. 16 Jadi, bermain ada yang dapat dilakukan secara sendiri dan ada pula yang dapat dilakukan secara berkelompok. Hurlock mengartikan bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kajian. Bargen dalam Soemiarti 2000 bermain terdiri dari beberapa jenis, yaitu bermain bebas, bermain dengan bimbingan, dan bermain dengan arahan. Ada juga pembagian bermain ditinjau dari jumlah anak yang terlibat. Ada jenis yang bermain sendiri, berdua atau beramai-ramai. Bentuk-bentuk bermain tersebut dapat diterapkan dalam pendidikan anak termasuk kegiatan pendidikan di TK sebagai kegiatan belajar. Jhonson et Al 1999 mengemukakan bahwa ada 116 definisi tentang bermain. Salah satu diantaranya mengatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan. Jadi apapun kegiatannya, apabila dilakukan dengan senang bisa dikatakan bermain. Dalam hal ini bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan anak, sendirian atau berkelompok, menggunakan alat atau tidak, dengan rasa gembira.

b. Macam Permainan

Slamet Suyanto 2005 bentuk permainan anak sangat bervariasi, baik antar daerah, antar etnis, dan antar bangsa. Ki Hadjar Dewantara 1948 menulis bahwa H. Overbeck telah menghimpun ragam permainan dan nyanyian anak-anak yang ada di Indonesia yang jumlahnya lebih menjadi jenis permainan senantiasa 17 bertambah banyak. Dari berbagai macam jenis permainan itu pada dasarnya dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis yaitu: 1 Permainan fisik Permainan seperti kejar-kejaran, Go bag so dor Go back trough door, Ci, dan Sunda Mandah Sondah, Sonlah. Misalnya, menggunakan banyak kegiatan fisik. Anak usia 5-7 tahun sering bermain kejar-kejaran, menangkap temannya, dan jatuh bergulingan Rough and tumble play. Permainan seperti itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Jadi dengan bermain, maka fisik anak akan tumbuh menjadi sehat dan kuat untuk melakukan gerakan dasar. 2 Lagu anak-anak Lagu anak-anak biasanya dinyanyikan sambil bergerak, menari, atau berpura-pura menjadi sesuatu atau seseorang. Dari sifatnya ada lagu yang humoris, ada yang mengandung teka-teki, dan adapula yang mengandung nilai- nilai ajaran yang luhur. Unsur lagu yang menarik adalah adanya rhyme atau bunyi akhir yang sama. 3 Teka-teki, berpikir logis, dan berpikir matematis Berbagai permainan mengembangakan kemampuan berpikir logis dan matematis. Lowok, suatu permainan dengan karet gelang anak-anak belajar tentang ganjil dan genap, lebih banyak dan lebih sedikit. Begitu pula permainan benthik dan dakon. 4 Bermain dengan benda-benda Permainan dengan objek air, pasir, balok dapat membantu anak untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan. Anak-anak dapat belajar ciri-ciri 18 benda-benda tersebut. Misalnya saat bermain air anak dapat mengenal sifat-sifat air, air juga dapat digunakan untuk belajar konservasi volume zat cair, dan belajar matematika. Balok dapat digunakan untuk membentuk berbagai macam bentuk bangunan, untuk belajar klasifikasi, dan mengembangkan imajinasi. 5 Bermain peran pretend play Jenis permainan ini antara lain meliputi sandiwara, drama, atau bermain peran, dan jenis permainan lain dimana anak memainkan peran sebagai orang lain. Permainan ini sangat baik untuk mengembangkan kemampuan bahasa, komunikasi, dan memahami peran-peran dalam masyarakat. Biasanya di TK ada pojok keluarga atau pojok bermain peran socio-dramatic play center. Misalnya anak bermain peran menjadi penjual dan pembeli. Anak-anak diberi model uang, lalu ada anak yang berperan menjadi penjual dan pembeli. Anak-anak belajar bahasa, yaitu komunikasi antara penjual dan pembeli, seperti menjajakan dagangan, menanyakan harga, dan menawar. Mereka juga belajar matematika melalui menimbang, mengukur, dan mnghitung uang.

c. Permainan Tradisional “Engklek Gunung”

Sukirman Dharmamulya 2008: 35 berpendapat bahwa Permainan Tradisional merupakan permainan yang telah dimainkan oleh anak-anak pada suatu daerah secara tradisi. Yang dimaksud secara tradisi ialah permainan itu telah diwarisi dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Permainan tradisional merupakan jenis permainan yang mengandung nilai-nilai budaya pada hakikatnya merupakan warisan leluhur yang harus dilestarikan keberadaannya Andang Ismail, 2006: 105. 19 Sri Mulyani 2013: 46 Engklek pada tahun 1970an juga menjadi permainan favorit di kalangan anak-ank dan remaja. Dinamakan Engklek karena cara bermainnya menggunakan satu kaki yang dalam bahasa Jawa artinya ‘engklek’. Anak yang menyukai permainan sederhana ini biasanya perempuan. Tetapi anak laki-laki pun begitu melihat bisa ikut bergabung bermain. Jumlah pemain Engklek bebas, biasanya 2 sampai 5 anak. Tempat bermain tidak memerlukan pekarangan luas tetapi datar sehingga bisa dilakukan di halaman rumah. Sebelum bermain terlebih dahulu dibuat gambar di tanah dengan cara membuat garis dengan pecahan genting atau batu. Jika dilantai bisa menggunakan kapur. Sukirman Dharmamulya 2008 mengungkapkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam permainan tradisional yaitu: a melatih sikap mandiri; b berani mengambil keputusan; c penuh tanggung jawab; d jujur; e sikap dikontrol oleh lawan; f kerja sama; g saling membantu dan menjaga; h membela kepentingan kelompok; i berjiwa demokratis; j patuh terhadap peraturan; k penuh perhitungan; l ketepatan berfikir dan bertindak; m tidak cengeng; n berani; o bertindak sopan; p bertindak luwes. Pada permainan tradisional terdapat bentuk permainan yang sifatnya bertanding games dan ada pula yang bersifat untuk mengisi waktu luang sebagai bentuk rekreasi. Permainan-permainan itu ada yang berlaku kusus untuk anak laki-laki, ada yang berlaku kusus untuk anak perempuan. Kemudian ada pula permainan yang berlaku untuk keduanya, sesuai dengan corak dari permainan itu sendiri. Pengelompokan jenis permainan yang bersifat games ada yang single, 20 satu lawan satu, ada satu lawan kelompok, ada yang keompok lawan kelompok, ada yang perorangan dalam satu kelompok ada pula yang dilakukan bersama dalam satu kelompok. Sukirman Dharmamulya 2008: 27 Permainan tradisional termasuk kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya. Di Indonesia banyak sekali jenis permainan tradisional, yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia ini. Dari yang dimainkan sendiri sampai yang dimainkan bersamaan atau kelompok, dari permainan yang menggunakan alat sampai tidak menggunakan alat permainan. Selain sebagai hiburan atau wadah untuk bersenang-senang, permainan tradisional dapat juga digunakan sebagai media pengemangan berbagai aspek perkembangan. Permainan tradisional anak-anak banyak mengandung nilai-nilai budaya tertentu serta mempunyai fungsi melatih pemainnya melakukan hal-hal yang akan penting nantinya bagi kehidupan mereka ditangan masyarakat. Menguatnya arus globalisasi di Indonesia yang membawa pola kehidupan dan hiburan baru yang memberi dampak tertentu terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia, termasuk didalamnya kelestarian berbagai ragam permainan tradisional anak-anak. Permainan tradisional tidak dapat dianggap remeh, karena permainan tradisional memberi pengaruh yang tidak kecil terhadap perkemangan kejiwaan, sifat, dan kehidupan sosial anak-anak dikemudian hari. Sementara kenyataan dilapangan dewasa ini memperlihatkan tanda-tanda yang kurang baik. Semakin jarang permainan tradisional anak-anak ditampilkan dan jarang dimainkan serta tidak lagi dikenal. 21 Salah satu permainan yang terkenal di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu engklek. Permainan ini dinamakan engklek atau ingkling karena dilakukan dengan melakukan engklek, yaitu berjalan melompat dengan satu kaki. Permainan ini dilaksanakan menurut keinginan para pemainnya. Engklek Gunung dapat dimainkan pada pagi, siang, maupun sore hari. Selain itu permainan ini dapat dilakukan dimana saja, dihalaman rumah, teras rumah, lapangan, halaman sekolah, baik pelataran tanah, semen atau aspal, dan lain sebagainya. Lama permainan tidak mengikuti sesuai dengan kesepakatan bersama sebelum permainan dilakukan. Bentuk bidang permainan engklek memiliki bentuk yang bermacam-macam, namun pada dasarnya cara bermain sama. Permainan engklek gunung ini termasuk dalam permainan fisik karena banyak melibatkan banyak kegiatan fisik. Jika diamati dari kegiatan yang dilakukan anak permainan tradisional mengandung keterampilan dan kecekatan kaki dan tangan, menggunakan kekuatan tubuh, menirukan alam lingkungan, memadukan gerak irama, lagu dan kata-kata yang sesuai dengan arti dan geraknya.

d. Cara Bermain Engklek Gunung

Aisyah Fad 2014: 70 pemain melemparkan pecahan genting ke dalam busur nomor 9 lihat gambar. Selanjutnya melompat dengan satu kaki engkleng pada kotak 1, 2, 3dan brok bersamaan pada kotak 4 dan 5 kaki kiri 4 dan kaki kanan 5, engkleng di kotak 6, dan brok bersama lagi pada kotak 7, 8. Setelah itu, berbalik sambil brok pada kotak 8, 7. Dilanjut jongkok mengambil pecahan genting sambil tetap menghadap ke belakang. Setelah dapat kembali engkleng di 22 kotak 6 dan brok di kotak 5 dan 4. Lalu, kembali ke start dan engkleng lagi di kotak 3, 2, 1. Engklek Gunung mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Oleh karena itu, bagi pemain yang berhasil menyelesaikan seluruh tahapan, sebaiknya mendapatkan reward dari lawan maninnya. Misalnya, pemain menjadi ratu 1 menit dan boleh meminta satu permintaan kepada pemain lawan. Misalnya minta gendong atau yang lainnya. 9 7 8 6 4 5 3 2 1 Gambar 1. Contoh permainan Engklek Gunung Aisyah Fad, 2014: 70 Sukirman Dharmamulya 2008: 146 setelah beberapa anak misalnya tiga orang anak: A, B dn C bersepakat akan bermain Engklek Gunung, maka ketiga anak tersebut kemudian membuat petak arena permainan dan mencari gacuk. 23 Mereka kemudian menentukan urutan bermain dengan melakukan undian. Undian dilaksanakan dengan cara Hompimpah atau Sut. Pemenang undian main diurutan pertama, sedangkan yang kalah jatuh pada urutan terbelakang. Misalkan menurut hasil undian urutannya adalah A, B kemudian C. Setiap pemmain harus memiliki Gacuk. Secara fisik Gacuk tersebut harus berbeda satu dengan yang lainnya. Gunanya untuk menghindari kekeliruan kepemiikan Gacuk. Pemain A mulai bermain dengan cara melempar Gacuk ke petak satu lihat gambar 1. Kemudian A Engklek melompat dengan satu kaki digantung dari pentasan langsung menginjak petak-petak 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Khusus pada petak 5, 6, 8 dan 9 harus melakukan Obrog kedua kaki menginjak tanah. Kemudian kembali lagi kepementasan dengan jalan menginjak petak 8, 7, 6, 5, 4, 3 dan 2. Ketika sampa di petak 2, A harus jongkok dan mengambil Gacuk yang ada di petak 1. Terus kembali ke pementasan, demikian seterusnya. Apabila saat bermain Gacuk keluar dari petak, mengenai garis, ataupun waktu mengambil gacuk salah satu tangannya digunakan sebagai penahan, maka matilah permainan tersebut. Bila seorang pemain mati maka diganti oleh pemain urutan berikutnya. Bila gacuk telah berhasil sampai ke petak 10, maka sipemain melakukan Engklek melalui petak 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 lalu keluar mengambil gacuk dari sebelah atas. Setelah itu kembalinya ketempat semula juga melalui petak-petak yang dilalui tadi. 24 10 8 9 7 5 6 4 3 2 1 Gambar 2. Contoh permainan Engklek Gunung Sukirman Dharmamulya, 2008: 147

e. Alasan Menggunakan Permainan Tradisional Engklek Gunung

Sukirman Dharmamulya 2008: 145 Karena permainan ini dilaksanakan menurut keinginan para pemainnya. Engklek Gunung dapat dimainkan pada pagi, siang, maupun sore hari. Selain itu permainan ini dapat dilakukan dimana saja, di halaman rumah, emperan rumah, lapangan, halaman sekolah dan lain sebagainya. Permainan Engklek Gunung ini bersifat kompetitif, tetapi tidak ada hukuman bagi yang kalah. Atas dasar itu maka pemain-pemainnya pun tidak memiliki rasa takut bila kalah, paling-paling malu. Engklek Gunung mengandung unsur-unsur melatih keterampilan dan ketangkasan seperti olahraga pada umumnya. Disamping itu permainan Engklek 25 Gunung berguna untuk memupuk persahabatan antar sesama anak-anak. Dalam permainan ini dikenal istilah permainan bawang kothong, yaitu pemain yang tidak mempunyai hak dan kewajiban, tetapi diizinkan mengikuti permainan.

f. Keunggulan Permainan Tradisional Engklek Gunung

Marnes Kliker 2015 Bermain Engklek Gunung dapat membantu mengembangkan kecerdasan majemuk anak apabila dikaitkan dengan Multiple Intelegensis kecerdasan majemuk, permainan engklek gunung dapat mengembangkan beberapa kecerdasan majemuk, antara lain: 1. Kecerdasan Bodily kinestetik jasmani Pada permainan engklek gunung banyak terdapat gerakan-gerakan, dengan kata lain dengan melakukan permainan engklek gunung, anak-anak telah melakukan olahraga, meningkatkan koordinasi dan keseimbangan tubuh, serta mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak. Hal ini dapat membantu untuk perkembangan kecerdasan kinestetik anak. 2. Kecerdasan Interpersonal Ada beberapa keterampilan sosial yang dapat dipelajari anak ketika anak bermain engklek gunung, yaitu kompetisi, negosiasi, komunikasi dan empati. Hal ini dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal anak untuk bersosialisasi dengan orang-orang disekitar. 3. Kecerdasan Intrapersonal Pada permainan engklek gunung, anak-anak dituntut untuk melatih kesabaran, pengendalian diri, mengurangi rasa cemas, dan melatih konsentrasi. Dengan begitu anak dapat mengukur sejauh mana kemampuan dirinya dalam 26 menghadapi masalah. Hal ini bisa meningkatkan kecerdasan intrapersonal pada anak. 4. Kecerdasan Naturalis Engklek adalah permainan yang biasanya dimainkan di alam terbuka. Hal ini dapat meningkatkan kecerdasan naturalis anak-anak karena dapat mengenal bentuk-bentuk alam sekitarnya, merasakan keadaan alam dan meyakini bahwa adanya pencipta alam yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Itulah beberapa manfaat atau keunggulan dari permainan engklek gunung untuk kecerdasan majemuk anak, sehingga orang tua dapat mendukung anak untuk melakukan permainan tradisional tersebut.

g. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Ia memiliki dunia dan karakteristik sendiri yang jauh berbeda dari dunia dan karakteristik orang dewasa. Ia sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah tak pernah berhentibelajar. Menurut pandangan psikologis anak usia dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak diatas usia 8 tahun. Karakteristik anak usia dini yang khas tersebut seperti yang dikemukakan oleh Richard D. Kellough Sofia Hartati: 2005 adalah sebagai berikut: 27 a. Anak bersifat Egoisentris Pada umumnya anak masih bersifat egoisentris. Ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari perilakunya seperti masih berebut alat-alat mainan, menangis bila menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya, atau memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Karakteristik seperti ini terkait dengan perkembangan kognitif yang menurut Piaget disebutkan bahwa anak usia dini sedang berada pada fase transisi dari fase praoperasional 2-7 tahun ke fase operasional konkret 7-11 tahun. Pada fase praoperasional pola berpikir anak bersifat egosentrik dan simbolik, sementara pada fase operasional konkret anak sudah mulai menerapkan logika untuk memahami presepsi-presepsi. Menurut Berk 1988 anak yang berada pada masa transisi ini masih berpikir menurut kedua pola tersebut diatas secara bergantian atau kadang-kadang secara simultan. Misalnya ia mengetahui jawaban yang benar untuk sesuatu, tetapi tidak memahami makna logika dibalik jawaban itu. Dalam memahami sebuah fenomena, anak sering memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri sehingga seringkali ia merasa asing dalam lingkungannya. Oleh karena tugas guru adalah membantu anak dalam mengurangi egosentris di antaranya adalah dengan mengajarkan anak untuk mendengarkan orang lain, serta dengan cara memahami dan berempati pada anak. b. Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar Menurut presepsi anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan yang menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak yang tinggi. Rasa keingin tahuan sangatlah berfariasi, tergantung dengan apa yang 28 menarik perhatiannya. Sebagai contoh, anak lebih tertarik dengan benda yang menimbulkan akibat dari pada benda yang terjadi dengan sendirinya. Dalam Brooks and Brooks 1993: 29 dikemukakan, bahwa keuntungan yang dapat diambil dari rasa keingintahuannya adalah dengan menggunakan fenomena atau kejadian yang tidak biasa. Kejadian yang tidak biasa tersebut dapat menimbulkan ketidakcocokan kognitif, sehingga dapat memancing keinginan anak untuk tekun untuk memecahkan permasalahan atau ketidakcocokan tersebut. Meskipun terkadang sulit dikenali hubungan diantara ketidaksesuaian tersebut, namun hal ini dapat membantu mengembangkan motivasi anak untuk belajar sains. Untuk membantu mengembangkan kemampuan anak dalam mengelompokkan dan memahami dunianya sendiri, guru perlu untuk membantu untuk menemukan masalahnya. c. Anak adalah Mahluk Sosial Anak senang diterima dan berada dengan teman sebayanya. Mereka senang bekerja sama dalam membuat rencanadan menyelesaikan pekerjaannya. Mereka secara bersama saling memberikan semangat dengan sesama temannya. Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial disekolah. Ia akan membangun kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya. Untuk itu pembelajaran dilakukan untuk membantu anak dalam perkembangan penghargaan diri. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menyatukan strategi pembelajaran sosial seperti bekerja sama, simulasi guru dari teman sebaya, dan pembelajaran silang usia. 29 d. Anak Bersifat Unik Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki baawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Disamping memiliki kesamaan, Bredekamp 1987, anak juga memiliki keunikan tersendiri seperti dalam gaya belajar, minat, dan latar belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangannya dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain. e. Anak Umumnya Kaya Dengan Fantasi Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya ia kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalaman- pengalaman aktualnya atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun. Hal ini disebabkan imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Sebagai contoh, ketika anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya berkembang bagaimana robot itu berjalan dan bertempur dan seterusnya. Jika dibimbing dengan beberapa pertanyaan, maka ia dapat menceritakan melebihi apa yang mereka dengar dan lihat sesuai dengan imajinasi yang sedang berkembang pada pikirannya. Cerita atau dongeng merupakan kegiatan yang banyak digemari oleh anak sekaligus dapat melihat mengembangkan imajinasi dan kemampuan bahasa anak. f. Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek Pada umumnya anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Ia selalu cepat menghasilkan perhatian pada kegiatan 30 lain, kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan juga bervarisai dan tidak membosankan. Berg 1988 disebutkan bahwa sepuluh menit adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian yang pendek membuat ia masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama, kecuali terhadap hal-hal yang menyenangkan. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bervariasai dan menyenangkan, sehingga tidak membuat anak terpaku di tempat dan menyimak dalam jangka waktu lama. g. Anak merupakan masa belajar yang paling potensial Masa anak usia dini disebut sebagai masa Golden age atau magic years. NAEYC 1992 mengemukakan bahwa masa-masa awal kehidupan tersebut sebagai masa- masanya belajar dengan slogannya sebagai berikut: “Early Years are Learning Years”.Hal ini disebabkan bahwa selama rentang waktu usia dini, anak mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dan pesat pada berbagai aspek. Pada periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh karena itu, pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya. Pembelajaran pada periode ini merupakan wahana yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai harapan sesuai dengan tugas perkembangannya.

C. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL LOMPAT Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Lompat Tali Pada Anak Kelompok B TK Pertiwi Planggu 2 Klaten Tahun 2012/2013.

0 1 16

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Pada Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Al Fatah, Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 3 13

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Tradisional Pada Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Al Fatah, Karanganyar Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 1 13

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ENCRAK PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Melalui Permainan Encrak Pada Anak Kelompok B Di Tk Pertiwi Ii Keden Kalijambe Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 13

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL ENGKLEK TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELOMPAT ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

7 32 36

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL (ENGKLEK) DI RA AL-HIDAYAH BALEENDAH.

0 4 37

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ENGKLEK PADA ANAK KELOMPOK A TK PUSPASIWI 2 SLEMAN.

0 3 169

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA NGABEAN 2 TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA.

0 7 135

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN GOBAK SODOR ANAK KELOMPOK B TK KHALIFAH SUKONANDI YOGYAKARTA.

1 3 175

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN GOBAK SODOR ANAK KELOMPOK B TK DHARMA WANITA DEMANGAN

1 3 9