77
diselipkan  untuk  menyemangati  anak  agar  anak  bersemangat  dalam  melakukan Engklek.  Siapa  yang  menang  atau  dapat  melakukan  Engklek  sampai  finish  anak
dinyatakan menang dan  dapat  menaiki becak tersebut.  Dan  yang menjadi  becak- becakan  adalah  anak  yang  kalah  atau  anak  yang  tidak  dapat  melakukan  Engklek
sampai finish. Oleh sebab itu pada siklus II kemampuan motorik kasar anak dapat meningkat sesuai indikator keberhasilan.
B. Pembahasan
Dalam  penelitian  ini  permainan  Engklek  Gunung  dapat  meningkatkan kemampuan  motorik  kasar  karena  permainan  ini  anak  beraktivitas  dengan
menggunakan  otot-otot  besarnya,  hal  tersebut  sejalan  dengan  pendapat  Decaprio 2013: 18 bahwa motorik kasar adalah gerak tubuh yang menggunakan otot-otot
besar  atau  sebagian  besar  otot  yang  ada  dalam  tubuh  maupun  seluruh  anggota tubuh.  Bermain  Engklek  Gunung  sendiri  dapat  meningkatkan  beberapa  aspek
yaitu  salah  satunya  adalah  keseimbangan,  kekuatan  dan  kelincahan.  Hal  tersebut sesuai  dengan  pendapat  Toho  Cholik  Mutohir  dan  Gusril  2004:  50-51  bahwa
Keseimbangan  adalah  keterampilan  seseorang  untuk  mempertahankan  tubuh dalam  berbagai  posisi.  Kekuatan  adalah  keterampilan  sekelompok  otot  untuk
menimbulkan  tenaga  sewaktu  kontraksi,  dan  kelincahan  adalah  keterampilan seseorang  mengubah  arah  dan  posisi  tubuh  dengan  cepat  dan  tepat  pada  waktu
bergerak dari titik ke titik lain. Permainan  Engklek  Gunung  dalam  penelitian  ini  mempunyai  fungsi  dan
tujuan.  Fungsi  dan  tujuannya  yaitu  untuk  meningkatkan  kemampuan  motorik kasar  pada  anak  kelompok  B  TK  PKK  Minggiran  Yogyakrta  khususnya  pada
78
aspek  keseimbangan,  kekuatan  dan  kelincahan.  Hal  tersebut  sesuia  dengan pendapat  Sumantri  2005:  49  tujuan  dan  fungsi  pengembangan  motorik  adalah
upaya  dalam  meningkatkan  penguasaan  dalam  keterampilan  yang  tergambar dalam  kemampuan  menyelesaikan  tugas  motorik  tertentu.  Untuk  meningkatkan
kemampuan  motorik  kasar  anak  dapat  menggunakan  permainan-permainan  yang bervariasi,  tetapi  dalam  penelitian  ini  peneliti  memilih  menggunakan  permainan
tradisional Engklek Gunung untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak  kelompok  B  TK  PKK  Minggiran  Yogyakarta  karena  permainan  ini  sangat
menarik  dan  diminati  anak-anak.  Hal  tersebut  sesuai  dengan  pendapat  Slamet Suyanto 2005 yaitu bentuk permainan anak sangat bervariasi, baik antar daerah,
antar etnis, dan antar bangsa. Permainan Engklek Gunung bermanfaat baik bagi anak salah satunya yaitu
dari  permainan  Engklek  Gunung  sama  saja  anak  telah  melakukan  olahraga, meningkatkan  keseimbangan,  kekuatan  dan  kelincahan  tubuh,  serta  dapat
mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak. dari permainan Engklek Gunung  anak  dapat  meningkatkan  keterampilan  sosialnya,  yaitu  terlihat  ketika
anak  berkompetisi  dengan  temannya,  komunikasi  dan  empati  sesama  teman. Selain  itu  juga  dapat  melatih  kesabaran  yaitu  ketika  anak  bergantian  bermain
Engklek  Gunung,  dan  permainan  Engklek  Gunung  dapat  dilakukan  dimana  saja tetapi  lebih  seru  dan  asyik  jika  di  tempat  terbuka.  Hal  trsebut  sesuai  dengan
pendapat  Marnes  Kliker  2015  bermain  Engklek  Gunung  dapat  membantu mengembangkan  kecerdasan  majemuk  yaitu  kecerdasan  bodily  kinestetik
79
jasmani,  kecerdasan  interpersonal,  kecerdasan  intrapersonal  dan  kecerdasan naturalis.
Tujuan  dari  penelitian  ini  yaitu  ingin  meningkatkan  kemampuan  motorik kasar  pada  anak  kelompok  B  TK  PKK  Minggiran  Yogyakarta.  Media  yang
digunakan  adalah  permainan  tradisional  Engklek  Gunung.  Dalam  penelitian  ini ingin  meningkatkan  motorik  kasar  anak  dengan  menggunakan  permainan
tradisional  Engklek  Gunung  agar  dapat  menarik  perhatian  anak  dan  ingin mengenalkan  permainan  tradisional  untuk  anak  agar  anak  dapat  megenal
permainan  tradisional  sejak  dini,  dan  kemampuan  motorik  kasar  anak  dapat meningkat dengan baik.
Kemampuan  motorik  kasar  anak  terbukti  meningkat  terlihat  dari  ketika kegiatan  berlangsung  anak  sangat  antusias  untuk  segera  bermain  permainan
Engklek  Gunung  dan  ketika  satu-persatu  anak  diminta  untuk  maju  bermain Engklek,  anak  sangat  bersemangat  dan  anak-anak  saling  berebut  untuk  mencoba
bermain  Engklek.  Oleh  karena  itu  peneliti  menggunakan  media  permainan tradisional  Engklek  Gunung  karena  anak-anak  sangat  suka  dan  bersemangat
melakukan  kegiatan  tersebut.  Dengan  diadakannya  kegiatan  bermain  Engklek Gunung  sebagai  media  untuk  meningkatkan  kemampuan  motorik  kasar,  anak
kelompok  B  di  TK  PKK  Minggiran  kemampuan  motorik  kasar  anak  dapat meningkat sesuai harapan.
Dari  hasil  penelitian  yang  sudah  dilakukan,  berikut  akan  diuraikan peningkatan  kemampuan  motorik  kasar  anak  dari  pra  tindakan,  siklus  I  sampai
dengan siklus II.
80
Untuk  mengetahui  kemampuan  awal  anak  kelas  B,  peneliti  harus melakukan  pra  tindakan  atau  kegiatan  sebelum  tindakan.  Dalam  pra  tindakan
peneliti  dan  guru  melakukan  kegiatan  bermain  Engklek  Gunung.  Kegiatan bermain  Engklek  Gunung    ini  sebelumnya  belum  pernah  dilakukan  oleh  guru
sebagai  media  pembelajaran  untuk  meningkatkan  kemampuan  motorik  kasar anak.  Sehingga  ketika  peneliti  sedang  mempersiapkan  membikin  petak  Engklek
Gunung anak-anak sangat antusias melihat peneliti  yang sedang membikin petak Engklek.  Anak-anak  ingin  tahu  cara  bermain  dan  segera  mencoba  bermain
Engklek  Gunung  tersebut.  Namun  tidak  sesuai  apa  yang  saya  bayangkan,  ketika kegiatan sudah berlangsung ternyata keseimbangan anak pada kelompok B masih
dibilang rendah. Untuk  aspek  keseimbangan  anak  yang  memiliki  kriteria  Seimbang  ada  4
anak,  Kurang  Seimbang  7  anak  dan  Belum  Seimbang  7  anak.  Untuk  aspek kekuatan anak yang memiliki kriteria Kuat ada 4 anak, Kurang Kuat ada 7 anak,
dan Belum Kuat ada 7 anak. Untuk aspek kelincahan anak yang memiliki kriteria Lincah  masih  dibilang  rendah  yaitu  ada  3  anak,  Kurang  Lincah  ada  6  anak  dan
Belum  Lincah  ada  9  anak.  Dapat  dikatakan  yang  memiliki  kemampuan  motorik kasar  kriteria  Baik  terdapat  4  anak  atau  22,2,  kriteria  Cukup  ada  7  anak  atau
38,9 dan yang memiliki kriteria Belum Baik terdapat 7 anak atau 38,9. Setelah diadakannya pra tindakan, peneliti melakukan tindakan penelitian
siklus  I  dan  siklus  II.  Pada  siklus  I  pertemuan  I  aspek  keseimbangan  anak  yang memiliki kriteria Seimbang ada 5 anak, Kurang Seimbang ada 8 anak dan Belum
Seimbang  ada  5  anak.  Untuk  aspek  kekuatan  anak  yang  memiliki  kriteria  Kuat
81
ada 4 anak, Kurang Kuat ada 8 anak dan Belum Kuat ada 6 anak. Sedangkan pada aspek  kelincahan,  anak  yang  mempunyai  kriteria  Lincah  ada  5  anak,  Kurang
Lincah ada 8 anak dan  Belum  Lincah ada 6 anak. Dapat  dikatakan pada siklus  I pertemuan  I  anak  yang  memiliki  kriteria  Baik  ada  8  anak  atau  44,4,  kriteria
Cukup ada 6 anak atau 33,3 dan kriteria Kurang Sekali ada 4 anak atau 22,2. Setelah  peneliti  melakukan  tindakan  penelitian  pada  siklus  I  pertemuan  I
dengan lancar, peneliti melakukan tindakan penelitian pada siklus I pertemuan II dengan hasil anak yang memiliki kriteria Seimbang ada 6 anak, Kurang Seimbang
ada  7  anak  dan  Belum  seimbang  5  anak.  Untuk  aspek  kekuatan,  anak  yang memiliki  kriteria  Kuat  ada  5  anak,  Kurang  Kuat  6  anak  dan  Belum  Kuat  ada  7
anak.  Sedangkan  pada  aspek  kelincahan,  anak  yang  mempunyai  kriteria  Lincah ada  8  anak,  Kurang  Lincah  ada  5  anak  dan  Belum  Lincah  ada  5  anak.  Dapat
dikatakan pada siklus I pertemuan II anak yang memiliki kriteria Baik ada 6 anak atau 33,3, kriteria Cukup ada 7 anak atau 38,9 dan kriteria Belum Baik ada 5
anak atau  27,8 masih sama dengan siklus I pertemuan I. Setelah siklus I pertemuan II berjalan dengan lancar dan sudah mengalami
peningkatan  walaupun  belum  mencapai  indikator  keberhasilan,  maka  peneliti melakukan  tindakan  penelitian  siklus  I  pertemuan  III  dengan  hasil  anak  yang
memiliki  kriteria  Seimbang  meningkat  cukup  baik  yaitu  ada  9  anak,  Kurang Seimbang  ada  5  anak  dan  Belum  Seimbang  ada  4  anak.  Untuk  aspek  kekuatan,
anak  yang  memiliki  kriteria  Kuat  meningkat  dengan  baik  yaitu  8  anak,  Kurang Kuat ada 5 anak dan Belum Kuat ada 5 anak. Sedangkan pada aspek kelincahan,
anak yang mempunyai kriteria Lincah ada 10 anak, Kurang Lincah ada 5 anak dan
82
belum Lincah ada 3 anak. Dapat dikatakan pada siklus I pertemuan III anak yang memiliki  kriteria  Baik  meningkat  yaitu  ada  11  anak  atau  61,1,  kriteria  Cukup
ada 5 anak atau 27,8 dan kriteria Belum Baik ada 2 anak atau  11,1. Siklus I pertemuan III berjalan dengan lancar dan mengalami peningkatan.
Namun, pada siklus I peneliti merasa belum cukup dan belum mencapai indikator keberhasilan.  Oleh  karena  itu,  peneliti  dan  guru  mengadakan  siklus  II.  Peneliti
melakukan  tindakan  penelitian  siklus  II  pertemuan  I  dengan  hasil  anak  yang memiliki  kriteria  Seimbang  mengalami  peningkatan  yang  cukup  baik  yaitu  pada
siklus I pertemuan III ada 9 anak dan pada siklus II pertemuan I menjadi 13 anak, Kurang  Seimbang  ada  2  anak  dan  Belum  Seimbang  ada  3  anak.  Untuk  aspek
kekuatan, anak yang memiliki kriteria Kuat meningkat dengan baik yaitu 13 anak, Kurang  Kuat  ada  2  anak  dan  Belum  Kuat  ada  3  anak.  Sedangkan  pada  aspek
kelincahan,  anak  yang  mempunyai  kriteria  Lincah  ada  12  anak,  Kurang  Lincah ada  4  anak  dan  belum  Lincah  ada  2  anak.  Dapat  dikatakan  pada  siklus  II
pertemuan I anak yang memiliki kriteria Baik meningkat dengan baik yaitu ada 14 anak atau 77,8, kriteria Cukup ada 2 anak atau 11,1 dan kriteria Kurang Sekali
ada 2 anak atau  11,1. Pada  siklus  II  pertemuan  II  dengan  hasil  anak  yang  memiliki  kriteria
Seimbang  meningkat  cukup  baik  yaitu  ada  15  anak,  Kurang  Seimbang  menurun menjadi  1  anak  dan  Belum  Seimbang  ada  2  anak.  Untuk  aspek  kekuatan,  anak
yang  memiliki  kriteria  Kuat  ada  14  anak,  Kurang  Kuat  tetap  masih  2  anak  dan Belum  Kuat  ada  2  anak.  Sedangkan  pada  aspek  kelincahan,  anak  yang
mempunyai kriteria Lincah ada 14 anak, Kurang Lincah menurun menjadi 2 anak
83
dan  belum  Lincah  masih  tetap  ada  2  anak.  Dapat  dikatakan  pada  siklus  II pertemuan II anak yang memiliki kriteria Baik meningkat yaitu ada 15 anak atau
83,4, kriteria Cukup ada 1 anak atau 5,5 dan kriteria Belum Baik ada 2 anak atau  11,1.
Pertemuan  selanjutnya  yaitu  siklus  II  pertemuan  III  dengan  hasil  anak yang  memiliki  kriteria  Seimbang  tambah  meningkat  yaitu  16  anak,  Kurang
Seimbang masih tetap ada 1 anak dan Belum Seimbang ada penurunan menjadi 1 anak.  Untuk  aspek  kekuatan,  anak  yang  memiliki  kriteria  Kuat  ada  15  anak,
Kurang  Kuat  menurun  menjadi  1  anak  dan  Belum  Kuat  masih  tetap  ada  2  anak. Sedangkan  pada  aspek  kelincahan,  anak  yang  mempunyai  kriteria  Lincah
meningkat  dengan  baik  yaitu  ada  16  anak,  Kurang  Lincah  menurun  menjadi  1 anak  dan  belum  Lincah  juga  menurun  menjadi  1  anak.  Dapat  dikatakan  pada
siklus II pertemuan  III  anak  yang memiliki kriteria Baik  meningkat  yaitu ada 16 anak atau 89, kriteria Cukup ada 1 anak atau 5,5 dan kriteria Belum Baik ada
1  anak  atau    5,5.  Pada  pertemuan  ini  sudah  mencapai  indikator  keberhasilan sehingga tindakan dihentikan di siklus II pertemuan III.
Pada penelitian ini peneliti dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak  khususnya  pada  aspek  Keseimbangan,  Kekuatan  dan  Kelincahan  dengan
menggunakan  permainan  Engklek  Gunung.  Walaupun  masih  ada  beberapa  anak yang belum maksimal pada kemampuan motorik kasar dalam permainan  Engklek
Gunung  ini,  bagi  peneliti  tidak  menjadi  masalah.  Karena  anak  memiliki kemmpuan dan karakteristik yang berbeda-beda.
84
C. Keterbatasan Penelitian