Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Angiogenesis

Gambar 2.6 Fase Penyembuhan Luka Hutchinson, 1992

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Menurut Grabbs dan Smith’s 2006, faktor-faktor ini secara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. 1. Faktor lokal meliputi besarnya luka, jenis jaringan yang mengalami luka, lokasi, bersih dan kotornya luka kontaminasi serta kecepatan penatalaksanaannya. 2. Faktor sistemik meliputi keadaan umum penderita beserta kelainan kronik sebelumnya yang telah di derita, keadaan gizi, penyakit sistem imun, infeksi bakteri, usia, diabetes, kanker, penyakit genetik, terapi kemoterapi, konsumsi rokok dan alkohol.

2.4 Angiogenesis

Angiogenesis merupakan proses alami yang sangat penting yang diperlukan pada penyembuhan luka dan untuk menjaga aliran darah ke jaringan setelah terjadi luka. Segera setelah terjadi luka, angiogenesis diinisiasi oleh multiple molecular signals yang meliputi faktor hemostasis, inflamasi, cytokine growth factors , cell matrix interactions . Proliferasi kapiler baru ini melalui peristiwa biologi yang berurutan membentuk jaringan granulasi pada dasar luka. Proses ini di dukung hingga tahap akhir pada proses penyembuhan, ketika angiogenesis dihentikan oleh level growth factors yang berkurang, inflamasi, stabilisasi matriks jaringan, dan endogenous inhibitor of angiogenesis . Kerusakan pada jalur angiogenesis akan merusak granulasi dan menunda proses penyembuhan, sehingga akan menjadi luka kronis. Menurut William, tahap angiogenesis terdiri dari : 1. Tahap 1 : Angiogenesis Initiation Kerusakan jaringan menyebabkan pelepasan fibroblast growth factor dasar bFGF biasanya diasingkan dalam sel utuh dan matriks ekstraseluler. Perdarahan dan hemostasis pada luka juga memulai angiogenesis. Salah satu sel pertama dalam luka akut adalah trombosit. Trombosit mengandung dan melepaskan pertumbuhan beberapa faktor, termasuk platelet-derived growth factor PDGF, VEGF, transforming growth factor TGF- α, TGF-β, bFGF, platelet-derived endotel cell growth factors PD-ECGF, dan angiopoietin-1 Ang-1. Faktor-faktor ini merangsang proliferasi endotel, migrasi, dan pembentukan pembuluh. 2. Tahap 2 : Angiogenesis Amplification Angiogenesis luka diperkuat oleh peradangan. Makrofag dan monosit, melepaskan banyak sekali faktor angiogenik yang bermarginasi ke dasar luka, termasuk PDGF, VEGF, Ang-1, TGF- α, bFGF, interleukin-8 IL-8, dan tumor necrosis factor alpha TNF- α. Beberapa faktor pertumbuhan PDGFVEGF, dan bFGF bersinergi dalam kemampuan mereka untuk vaskularisasi jaringan. 3. Tahap 3 : Proliferasi Vaskular Granulasi luka menjadi terbukti secara klinis adanya angiogenesis. Hipoksia adalah pendorong penting berlaku untuk angiogenesis luka. Gradien hipoksia yang ada antara luka dan jaringan sehat menyebabkan ekspresi gen HIF- 1α yang memicu VEGF. VEGF hadir di kedua jaringan luka dan cairan luka. VEGF memiliki kemampuan untuk menginduksi menginduksi edema melalui hypermeabilitas, maka nama alternatifnya, vascular permeability factor VPF. Hipoksia juga menyebabkan produksi sel endotel oksida nitrat NO. NO mempromosikan vasodilatasi dan angiogenesis untuk meningkatkan aliran darah. 4. Tahap 4 : Stabilisasi vaskular Pembuluh darah baru terbentuk harus stabil atau matang. 5. Tahap 5 : Angiogenesis Suppression Pada tahap akhir penyembuhan, angiogenesis ditekan. Tingkat growth faktor menurun sabagai jaringan normoxia dipulihkan dan meredakan inflamasi. Inhibitor angiogenesis endogen menjadi dominan. Pericytes yang menstabilkan sel-sel endotel mengeluarkan bentuk-bentuk penghambatan yang diaktifkan TGF- β yang menghambat proliferasi vascular. Epidermal interferon- β juga menghambat angiogenesis. Endostatin, hasil pembelahan kolagen XVIII, hadir sekitar membran dasar dan menghambat vaskularisasi luka, seperti halnya molekul lain disebut vasostatin. Gambar 2.7 Tahap-tahap proses angiogenesis Frisca dkk., 2009

2.5 Fibroblas