41
3. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pemikiran
Dalam perspektif makro, fenomena konversi lahan terjadi akibat transformasi struktural perekonomian dan demografis, khususnya di
negara-negara berkembang. Transformasi struktural perekonomian berlangsung dari semula bertumpu pada pertanian bergeser ke arah
industri. Sementara itu, transformasi demografis terjadi akibat pesatnya pertumbuhan penduduk perkotaan yang berakibat pada konversi
penggunaan lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian Kustiawan, 1997.
Nasution dan Winoto 1996 mengemukakan bahwa proses konversi lahan ditentukan oleh dua faktor. Kedua faktor tersebut masing-masing:
1 sistem kelembagaan yang berkembang pada masyarakat; dan 2 sistem nonkelembagaan yang berkembang secara alamiah dalam
masyarakat, dimana sistem ini lebih kepada dampak pembangunan, atau sebagai proses internal pada masyarakat dalam kaitannya dengan
pemanfaatan sumberdaya lahan. Khusus untuk sawah, konversi lahan dapat terjadi secara langsung
dan tidak langsung. Konversi secara langsung terjadi akibat keputusan para pemilik lahan yang mengkonversikan lahan sawah mereka ke
penggunaan lain, misalnya untuk industri, perumahan, prasarana dan
BAB III
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
42
sarana atau pertanian lahan kering. Konversi kategori ini didorong oleh motif ekonomi, dimana penggunaan lahan setelah dikonversikan memiliki
nilai jualsewa land rent yang lebih tinggi dibandingkan pemanfaatan lahan untuk sawah. Sementara itu, konversi tidak langsung terkait dengan
makin menurunnya kualitas lahan sawah atau makin rendahnya peluang dalam memperoleh pendapatan income opportunity dari lahan tersebut
akibat kegiatan tertentu, seperti terisolirnya petak-petak sawah di pingiran perkotaan karena konversi lahan di sekitarnya. Dalam jangka waktu
tertentu, lahan sawah yang dimaksud akan berubah ke penggunaan nonpertanian atau digunakan untuk pertanian lahan kering. Secara
agregat, pengendalian konversi lahan harus diterapkan melalui upaya minimalisasi peluang, pengendalian situasi, dan menyiapkan perangkat
pendukungnya. Pengendalian mengandung makna melakukan suatu tindakan tertentu dengan tujuan agar proses, keluaran output, dan hasil
outcome yang terjadi sesuai dengan yang diharapkan Pakpahan et. al.,1993
Sejak diterapkannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000
mengenai pembagian wewenang antara sistem dan organisasi pemerintah pusat dan daerah, maka peran pemerintah daerah semakin besar dalam
mengurus ketatalaksanaan administrasi pemerintahan wilayahnya. Peran tersebut antara lain berhubungan dengan penyusunan dan penerapan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
43
beberapa kebijakan, termasuk di dalamnya kebijakan dalam pengendalian konversi lahan pertanian.
Sehingga dengan dasar pemikiran tersebut maka upaya upaya pengendalian pengendalian Alih Fungsi Lahan Sawah menjadi non
pertanian dapat terwujudnya sehinga upaya peningkatan produksi tanaman pangan dapat berjalan selaras dan berkelanjutan. Dari kondisi
tersebut maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
PEMANGKU KEPENTINGAN
Stakeholders
PARTISIPASI MASYARAKAT
STRATEGI PENGENDALIAN ALIH
FUNGSI LAHAN SAWAH
PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN PANGAN
PERKEMBANGAN INDUSTRI
PERTUMBUHAN PENDUDUK
PEMENUHAN KONSUMSI PANGAN
PERALIHAN KETENAGAKERJAAN
PRODUKSI PERTANIAN
ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH
INSTRUMEN HUKUM
KEBIJAKAN PEMERINTAH
DEGRADASI LINGKUNGAN
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
44
3.2. Hipotesis