BAB II PENYEBAB JAKSA PENUNTUT UMUM
MENGAJUKAN UPAYA HUKUM PENINJAUAN KEMBALI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
Alasan-alasan peninjauan kembali yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, adalah kapasitasnya sebagai mewakili negara dan kepentingan umum,
bahwa putusan Mahkamah Agung nomor 1688 KPID2000 tanggal 28 Juni 2001, kasus Joko Soegiarto Tjandra, amar putusannya menolak permohonan kasasi dari
pemohon kasasi, Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta. Tanggal 1 September 2008 Jaksa Penuntut Umum 2008 mengajukan upaya
hukum peninjauan kembali, memohon agar putusan Mahkamah Agung tersebut dapat ditinjau kembali, bahwa terdapat novum keadaan baru dan adanya
kekhilafan hakim.
1. Faktor Adanya Novum
Novum keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa apabila keadaan itu sudah diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan
berupa putusan pemidanaan. Keadaan baru novum yang dimaksud adalah : a. Putusan Mahkamah Agung Nomor 21PKTUN2003 tanggal 6 Oktober 2004
yang amarnya menyatakan : Menolak Permohonan Peninjauan Kembali dari Drs.Setya Novanto dengan
salah satu pertimbangannya menyatakan, bahwa keberatan ini tidak dapat dibenarkan, karena pembatalan perjanjian pengalihan cessie tagihan No.002
PEGPI-99 tanggal 11 Januari 1999 merupakan masalah perdata, seharusnya permasalahan yang berkaitan dengan surat keputusan BPPN
No.SK.423BPPN1999 tanggal 15 Oktober 1999 diselesaikan terlebih dahulu ke peradilan umumperdata.
28
Dengan adanya putusan Mahkamah Agung dalam perkara peninjauan
28
Mahkamah Agung, Op.cit., h. 98
21
kembali Tata Usaha Negara tersebut, maka masalah sah atau tidaknya pembatalan Cessie oleh BPPN harus diselesaikan melalui peradilan umumperdata.
b. Putusan Mahkamah Agung Nomor 59 PKPdt2006 tanggal 29 Mei 2007 yang amarnya “menolak permohonan peninjauan kembali dari PT.Era Giat Prima
dengan salah satu pertimbangannya menyatakan : 1 bahwa alasan tersebut tidak dapat dibenarkan,oleh karena alasan-alasan
yang diajukan oleh Pemohon PK tidak cukup beralasan karena pertimbangan-pertimbangan
putusan kasasi sudah benar dan tepat tidak
terdapat kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata. 2 bahwa
berdasarkan keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 114Kep.DP.S1999 tanggal 23 Juli 1999, TergugatTermohon PK I
PT.Bank Bali Tbk telah diserahkan kepada BPPN untuk dilakukan program
penyehatan. 3
bahwa dalam
melaksanakan program penyehatan tersebut dan sesuai
dengan kewenangannya seperti yang diatur dalam pasal 37 A ayat 3 huruf d Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 jounto pasal 19 PP. Nomor
17 Tahun 1999, BPPN pada tanggal 15 Oktober 1999 Nomor SK423BPPN1999 telah membatalkan Perjanjian Pengalihan Cessie
Nomor 002P-EGPI-99 tanggal 11 Januari 1999. 4 bahwa putusan TUN Nomor 148G.TUN1999PT.TUN Jakarta tanggal 2
Maret 2004 yang membatalkan SK.BPPN Nomor SK.423BPPN1999 yang dijadikan dasar dari Judex Facti untuk mengesahkan Perjanjian
cessie dan perjanjian-perjanjian lainnya telah dibatalkan oleh MA dalam putusannya Nomor 447 KTUN2000 tanggal 4 Maret 2002.
5 bahwa dengan adanya putusan MA tersebut diatas maka BPPN berwenang untuk membatalkan cessie antara PT. Bank Bali,Tbk dan PT. Era Giat
Prima maka dengan sendirinya perjanjian cessie tersebut adalah batal dan tidak sah karena telah dibatalkan dengan SK Ketua BPPN Nomor
SK423BPPN1999.
29
dengan demikian apabila putusan Mahkamah Agung dalam perkara peninjauan kembali Nomor 59 PKPdt2006 yang menyatakan bahwa cessie antara
PT.Bank Bali,Tbk dan PT. Era Giat Prima adalah batal, dan tidak sah, telah diketahui pada saat proses persidangan oleh Judex Juris perkara atas nama
29
Ibid., h. 99
terdakwa Joko Soegiarto Tjandra. Unsur melawan hukum dalam putusan perkara tersebut seharusnya terbukti dan dinyatakan bersalah serta dihukum, bukan
diputus lepas dari segala tuntutan.
2. Faktor Kekhilafan Hakim