Penyajian Tanjidur FUNGSI TANJIDUR DI TANJUNG RAJA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN.

diperuntukkan bagi masyarakat luas. Menurut hasil penelitian penulis ketidaktertarikan kaum muda terhadap tanjidur adalah hanya ketidaktertarikan untuk bergabung bukan ketidaktertarikan untuk menikmati, karena mereka tetap terhibur jika tanjidur sedang tampil hal itu terlihat ketika mereka begitu antusias jika bunyi tanjidur mulai terdengar dari kejauhan, mereka memang tidak memperlihatkan ekspresi yang berlebihan, tetapi raut wajah mereka memperlihatkan kekaguman terhadap tanjidur. Ketidakketertarikan mereka untuk bergabung dikarenakan kurangnya pemahaman mereka terhadap tanjidur. Kurangnya pemahaman tersebut disebabkan oleh minimnya dokumentasi dan referensi tentang tanjidur itu sendiri. Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat merubah pola pikir kaum muda di sana terhadap tanjidur, karena tanjidur sebenarnya bukanlah musik tradisional yang membosankan seperti musik tradisional yang diketahui pada umumnya, justru tanjidur adalah musik tradisional yang unik, mereka bahkan bisa berekspresi dengan keunikan alatnya dan mengembangkan kreatifitas mereka sehingga dapat menciptakan tanjidur yang baru, tanjidur yang lebih modern tetapi tidak melupakan jati dirinya sebagai musik tradisional. Seperti yang dikatakan oleh bapak Hayat kesenian tanjidur merupakan sebuah pertunjukan kesenian yang dapat menghibur pendengarnya, karena nuansa musiknya yang mengartikan kesukacitaan. 2. Sebagai keberlanjutan budaya Saat ini globalisasi dan modernisasi sangat mendominasi sehingga membawa pengaruh besar terhadap pola pikir terutama kaum muda terhadap kesenian tradisional salah satunya tanjidur. Musik tradisional tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang lebih baik keberadaannya jika dibandingkan dengan jenis musik baru yang lebih modern. Seperti yang diketahui bahwa tanjidur tidak memiliki pemain yang berumur di bawah 30 tahun, di sini dapat disimpulkan bahwa kaum muda di daerah tersebut tidak tertarik dengan tanjidur dengan alasan tanjidur tidak menarik, permainannya terlihat membosankan, jenis musiknya tidak mengikuti perkembangan musik saat ini meskipun lagu yang mereka mainkan terkadang juga bergenre pop, hanya saja menurut mereka musik pop yang dimainkan adalah musik pop yang populer saat tahun 90-an, terlebih mereka mengakui tidak dapat memainkan alat musiknya. Hal itu menyebabkan peminat tanjidur sebagai musik tradisional mengalami pergeseran, padahal tanjidur tidak hanya berperan sebagai musik hiburan saja, ada ajaran-ajaran yang disampaikan di dalam musik yang dimainkan, seperti dalam acara pernikahan dan khitanan musik yang dimainkan berisikan pesan agar umat muslim tetap mengingat dan memuja Tuhan nya. Maka dari itu tanjidur harus tetap dilestarikan keberadaannya agar makna yang terkandung di dalam musiknya dapat diwujudkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. 3. Sebagai saran ekonomi Seperti yang telah dijelaskan dalam hasil penelitian, tanjidur juga dijadikan oleh para pemain tanjidur sebagai alternatif lain dalam mencari nafkah di luar dari pekerjaan utama mereka masing-masing guna memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, karena disetiap penampilannya mereka mendapatkan sejumlah uang sebagai imbalan. 4. Sebagai penghormatan Di dalam bentuk penyajian acara pemerintahan sebelum acara dimulai tanjidur juga berfungsi sebagai musik penyambutan tamu-tamu besar seperti wali kota dan orang-orang penting lainnya. 58 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan tentang fungsi tanjidur di Tanjung Raja Ogan Ilir Sumatera Selatan, Desa Muara Meranjat. Tanjidur berfungsi sebagai media hiburan untuk sebuah acara seperti pernikahan, khitan, dan kegiatan pemerintahan, sebagai sarana untuk mempertahankan kebudayaan yang telah ada dari nenek moyang secara turun temurun, sebagai sarana ekonomi yaitu untuk menambah penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta sebagai penghormatan dalam penyambutan tamu-tamu besar dalam kegiatan pemerintahan.

B. Saran

1. Bagi masyarakat tanjidur diharapkan tetap dilestarikan dan dikenalkan kepada masyarakat luas sebagai bentuk peninggalan kebudayaan, kemudian diharapkan lebih mengembangkan tanjidur agar tercipta tanjidur yang baru sehingga tanjidur terlihat lebih menarik, mungkin dengan mengubah cara memainkan alat musiknya atau ditambahkan dengan atraksi-atraksi dari para pemain, contohnya memainkan salah satu alat musiknya secara solo kemudian bersaut-sautan dan lain sebagainya yang bertujuan untuk mencari generasi penerus pemain tanjidur. Bagi para kaum muda diharapkan dapat merubah pola pikir mereka selama ini terhadap tanjidur, karena tanjidur bukanlah musik tradisional yang membosankan terlebih tanjidur juga mempunyai nilai estetika yang sangat tinggi, serta menjunjung nilai moral yang kuat. Tanjidur sangat membutuhkan penerus untuk mempertahankan kelestariannya agar tidak punah dan hilang. 2. Bagi pemerintah setempat diharapkan ikut serta dalam menjaga kelestarian tanjidur ini dengan menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap tanjidur dalam bentuk apapun, karena tanjidur merupakan simbol dari suatu daerah yang membedakannya dari daerah yang lain. 3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan pelengkap dalam penelitian sejenis khususnya tentang tanjidur. 60 DAFTAR PUSTAKA Abdul. 2014. “Sejarah Ogan Ilir”, https:sukupenesakoganilir.wordpress.com . Diunduh pada tanggal 3 Desember 2015. Afifuddin dan Beni Ahmad. 2009. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. Ali, Matius. 2006. Seni Musik SMA. Jakarta: Esis. Andany, J. 2016. “Fungsi dan Bentuk Penyajian Kesenian Tradisional Karungut di Kalimantan Tengah”. Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta. Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius. Caturwati. 2007. Kamus musik. Yogyakarta: Kanisius. Creswell, John W. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. cetakan ke 3. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. . 2012. Research Design. Cetakan ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djohan. 2009. Psikologi Musik. Yogyakarta: Best Publisher. Endraswara, Suwardi. 2012. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Cetakan ke 3. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Esten, Mursal. 1993. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa Ghony, M. Djunaidi, dan Fauzan Almanshur. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta : Ar-ruzz Media. Gie, The Liang. 1996. Filsafat Seni. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna. Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jufri, M. “Melacak Musik Asli Palembang”, https:msisumsel.wordpress.comartikel . Diunduh pada tanggal 20 Desember 2015. Koentjaranigrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Northwestern: University Press. Moleong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mudjilah, Hanna Sri. 2010. Teori Musik 1. Universitas Negeri Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni. Prasetyo, W. 2012. “Peran dan Fungsi Musik Kesenian Kubro Siswo Mudo Kecamatan Kalibawang Kulon Progo Yogyakarta”. Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, Vol. 1 No.4. Prier, Karl Edmund. 2009. Kamus Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. . 2011. Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Purwanto, Agapitus, dkk. Pendidikan Seni Musik 1. Bekasi: PT. Galaxy Puspa Mega. Rumondor, Alex, dkk. 1995. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: Universitas terbuka. Salim, dkk. 1991. Kamus Bahasa Indoneia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press. Sedyawati, Edy, dkk. 1992. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Erlangga. Spradley, James.P. 2007. Metode Etnografi. Cetakan ke-2. Yogyakarta: Tiara Wacana. Soeharto, M. 2008. Kamus Musik. Jakarta: Grasindo. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi Mixed Methods. Bandung: Alfabeta. Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Sukohardi. 2012. Teori Musik Umum. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Tyas, Andjaning. 2007. Seni Musik SMA Untuk Kelas X. Jakarta: Erlangga. Widyosiswoyo, S. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Bogor: Ghalia Indonesia 59 LAMPIRAN 1 PEDOMAN OBSERVASI

A. Tujuan

Observasi ini bertujuan untuk mengetahui Fungsi Tanjidur di Tanjung Raja Ogan Ilir Sumatera Selatan. Tepatnya di Desa Muara Meranjat.

A. Batasan Observasi

Aspek – aspek yang di observasi dalam penelitian ini antara lain: 1. Bentuk penyajian Tanjidur di Tanjung Raja Ogan Ilir Sumatera Selatan. 2. Fungsi Tanjidur di Tanjung Raja Ogan Ilir Sumatera Selatan. Tepatnya di Desa Muara Meranjat.

B. Kisi – kisi Observasi

1. Sejarah tanjidur 2. Fungsi tanjidur LAMPIRAN 2 PANDUAN WAWANCARA

A. Tujuan

Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan data berupa keterangan lisan dari narasumber tentang permasalahan yang diteliti dan diperoleh melalui pertanyaan yang diajukan oleh penulis kepada narasumber.

B. Pokok – Pokok Pertanyaan

1. Bagaimanakah sejarah atau latar belakang dari tanjidur? 2. Bagaimanakah bentuk penyajian tanjidur? 3. Apakah fungsi tanjidur?

C. Kisi – Kisi Wawancara

1. Data Diri

a. Nama narasumber b. Usia narasumber c. Pekerjaan narasumber d. Kedudukan narasumber dalam tanjidur e. Alamat narasumber 2. Latar Belakang tanjidur a. Sejarah tanjidur b. Instrumen yang digunakan dalam tanjidur

3. Bentuk penyajian tanjidur

a. Persiapan pelaksanaan tanjidur b. Perlengkapan alat tanjidur c. Orang yang terlibat dalam pelaksanaan tanjidur

4. Fungsi tanjidur

a. Peran tanjidur bagi masyarakat LAMPIRAN 3 PERTANYAAN WAWANCARA

1. Data Diri

a. Nama lengkap Bapak : b. Berapa usia Bapak : c. Apa pekerjaan Bapak : d. Dimana alamat Bapak: e. Apa peran Bapak di dalam tanjidur?

2. Latar Belakang tanjidur

a. Apa itu tanjidur? b. Bagaimana sejarah dari tanjidur? c. Apa saja alat yang digunakan?

3. Bentuk penyajian tanjidur

a. Bagaimanakah persiapan tanjidur? b. Instrumen apa saja yang digunakan? c. Bagaimana tata pelaksanaannya? d. Lagu apa saja yang dibawakan? e. Siapa saja yang terlibat dan apa perannya di dalam tanjidur?

4. Fungsi tanjidur

a. Apa saja fungsi tanjidur? b. Apa peran tanjidur bagi masyarakat? LAMPIRAN 4 PANDUAN DOKUMENTASI

A. Tujuan

Dokumentasi dalam penelitian bertujuan untuk mengumpulkan dokumen yang berupa dokumen tertulis, visual maupun audio visual yang digunakan sebagai data penelitian. Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi digunakan sebagai data sekunder yang bersifat mendukung validitas data primer.

B. Batasan

Pelaksanaan studi dokumentasi pada penelitian ini dibatasi dengan mengumpulkan dokumen – dokumen yang berupa : 1. Dokumen Tertulis 2. Dokumen Visual 3. Dokumen Audio Visual

C. Kisi

– kisi Dokumentasi Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara mempelajari berbagai dokumen dengan kisi – kisi sebagai berikut. 1. Dokumen Tertulis, meliputi data berupa : a. Artikel yang berkaitan dengan penelitian 2. Dokumen Visual, meliputi data berupa : a. Foto Pemain tanjidur b. Foto saat melakukan arak-arakan c. Foto alat musik yang digunakan d. Foto Lokasi penelitian 3. Dokumentasi Audio Visual, meliputi data berupa : a. Video saat tanjidur berlangsung LAMPIRAN 5 DESKRIPSI HASIL WAWANCARA Hari Tanggal : Sabtu 13 Februari 2016 Media : Telefon Waktu : 13.00 sampai 14.00 WIB Narasumber : Bapak Rian Penulis : “Ape ade grup laen selaen grup ini? Men ade ape alas an jeme sini lebih milih grup ini nian ntek mriahke acara die?” Apakah ada grup lain selain grup ini? Jika ada apa alasan masyarakat lebih memilih grup ini untuk memeriahkan acara mereka? Narasumber : “Disini sebenernyo ado lagi grup tanjidur selain ini, tapi ame dikinak dari kelengkapan alatnye disini sebenarnye ade lagi grup tanjidur selain ini, tapi ame dikinak dari kelengkapan alat ngak pemainnye katek yang lebih alap,lagipule grup ini tu la lame ade disini sebenarnya masih ada grup tanjidur lain, tetapi jika dilihat dari kelengkapan alat dan pemainnya tidak ada yang lebih bagus, lagipula grup ini sudah lama ada atau lebih dulu ada” Hari Tanggal : Rabu 23 maret 2016 Media : Langsung Waktu : 15.00 sampai 17.00 WIB Narasumber : Bapak Mamat Penulis : “Ngape disebut tanjidur?” Mengapa disebut tanjidur?