b. Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-
hal lain di luar dirinya. Dimensi ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama, dan
sebagainya. Namun, dimensi yang dikemukakan oleh Fitts adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang, dan
dibedakan atas lima bentuk, yaitu: 1 Fisik Diri
Fisik diri menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai
kesehatan dirinya, penampilan dirinya cantik, jelek, menarik, tidak menarik dan keadaan tubuhnya tinggi, pendek, gemuk, kurus.
2 Moral-Etika Diri Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat
dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut perepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasan
seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.
3 Pribadi Diri Pribadi diri merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang
keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh
mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.
4 Keluarga Dimensi keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang
dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa kuat terhadap dirinya
sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebgai anggota dari suatu keluarga.
5 Sosial Diri Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya
dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya. Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya
dalam dimensi eksternal ini dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Seseorang tidak dapat begitu saja
menilai bahwa ia memiliki fisik yang baik tanpa adanya reaksi dari orang lain yang memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang
menarik. Demikian pula seseorang tidak dapat mengatakan bahwa ia memiliki pribadi diri yang baik tanpa adanya tanggapan atau reaksi
orang lain di sekitarnya yang menunjukkan bahwa ia memang memiliki pribadi yang baik.
Seluruh bagian diri ini, baik internal maupun eksternal, saling berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan yang utuh untuk
menjelaskan hubungan antara dimensi internal dan dimensi eksternal,
Fitts mengemukakan suatu analogi dengan mengumpamakan diri secara keseluruhan sebagai sebuah jeruk, yang dapat dipotong secara
horizontal maupun vertikal. Potongan yang diperoleh dengan cara horizontal akan tampak
berbeda dari yang dipotong secara vertikal, walaupun keduanya merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang sama. Jika bagian-
bagian internal dianggap sebagai lapisan-lapisan yang membentuk jeruk tersebut, maka identitas diri merupakan bagian yang paling
dalam, tingkah laku diri merupakan kulit luar, dan penerimaan diri merupakan bagian yang berada di antara kedua bagian lainnya itu.
Sedangkan bagian diri eksternal dapat diumpamakan sebagai bagian-bagian vertikal dari jeruk itu. Masing-masing merupakan bagian
lain, dan semua bagian ini turut menentukan bentuk dan struktur jeruk tersebut secara keseluruhan. Bagian-bagian internal dan eksternal
tersebut saling berinteraksi satu sama lain, sehingga dari tiga dimensi internal dan lima dimensi esternal akan diperoleh delapan kombinasi
yaitu identitas diri, perilaku diri, penilaian diri, fisik diri, moral-etika diri, pribadi diri, keluarga, dan sosial diri.
D. KEPEMIMPINAN DIRI 1. Kepemimpinan Diri
Self leadership kepemimpinan diri adalah perluasan strategi yang difokuskan pada perilaku, pola pikir dan perasaan yang digunakan untuk
mempengaruhi atas diri sendiri. Self leadership adalah apa yang orang
lakukan untuk memimpin mereka sendiri. Dalam beberapa hal Self leadership juga dapat dianggap sebagai bentuk dari pengikutan leardership
fokus pada diri sendiri yang mampu membatasi kembali kepengikutan tradisional Rivai Veithzal, 2004: 37.
Rivai Veithzal 2004: 41 mengemukakan sebuah pendekatan berbeda yang mendasar dari kepemimpinan diri untuk memimpin orang
yang akan menjadi suatu kepentingan pada waktu kita menuju abad ke-21. Mengacu pendekatan ini sebagai superleardership: memimpin orang lain
untuk memimpin diri mereka sendiri. Gagasan ini bersumber pada pandangan bahwa esensi semua kontrol atas karyawan adalah teristimewa
pada daya diri dengan mengabaikan dari mana datangnya kontrol misalnya dari manajer atau kebijakan perusahaan, akibatnya mereka
bergantung pada bagaimana kontrol ini dievaluasi, diterima dan diterjemahkan oleh setiap karyawan ke dalam komitmen pribadi mereka.
Para karyawan mempunyai harapan-harapan sehubungan dengan performance mereka dan reaksi positif atau negatif mereka dalam
merespon evaluasi mereka sendiri. Usaha-usaha organisasional pada kontrol karyawan tidak mengakui pentingnya peranan orang yang disebut
“self”. Standar organisasional tidak akan mempengaruhi kepentingan
perilaku karyawan jika standar tersebut tidak diterima. Dengan mengabaikan bagaimana prestasi karyawan dihargai, evaluasi prestasi yang
dilakukan akan menjadi evaluasi karyawan sendiri.