Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5 kurangnya ruang dan anggaran. Disamping anggaran untuk
menyelenggarakan pembinaan yang lebih berbobot tidak didukung dengan anggaran yang memadai. Kegiatan yang muncul pada akhirnya
hanya sekedar mengisi waktu ketimbang keterampilan produktif.
Pembinaan merupakan salah satu program yang dilakukan oleh LAPAS Kelas II A Wirogunan Yogyakarta guna mengubah pribadi warga binaan
menjadi lebih baik. Dengan demikian tujuan pembinaan warga binaan melalui lembaga pemasyarakatan disamping untuk memperbaiki dan
meningkatkan akhlak budi pekerti serta mental, juga meningkatkan keahlian dan ketrampilan warga binaan yang berada di dalam lembaga
pemasyarakatan. Sistem
pembinaan pemasyarakatan
dilaksanakan berdasarkan asas.
Salah satu Lembaga Pemasyarakatan yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan yang
terletak di Jalan Tamansiswa No. 6 Yogyakarta. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dibangun pada tahun 1910. Warga Binaan
Pemasyarakatannya dibagi menjadi dua blok, yaitu blok laki-laki dan blok wanita.
Penyebab masuknya
mereka menjadi
Warga Binaan
Pemasyarakatan disebabkan oleh banyak hal antara lain kasus penipuan, pencurian, pelecehan seksual, pencucian uang, penjualan manusia, korupsi,
dan narkoba, bahkan pembunuhan. Maka dari itu semua warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan dibina melalui berbagai bentuk pembinaan
sehingga kelak menjadi warga binaan yang memiliki pribadi lebih baik. Warga Binaan Pemasyarakatan yang masuk ke dalam Lembaga
Pemasyarakatan sebagian besar didasarkan oleh masalah perekonomian dimana sekarang ini fenomena pengangguran yang cukup banyak ditambah
dengan kurangnya keterampilan yang mereka miliki sehingga sebagian penghuni Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan menghalalkan segala cara
6 untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang semakin pelik rumit sehingga
sebagian dari mereka melakukan tindak kriminalitas seperti pencurian maupun penipuan. Maka dari itu, mereka perlu mendapatkan pembinaan
sehingga mereka dapat memperbaiki diri mereka dan berguna bagi kehidupannya kelak agar dapat mencapai kesejahteraan tanpa harus
menjadi pelaku kejahatan. Hak-hak yang dimiliki oleh narapidana hendaknya dapat diberikan
dengan jalan adanya pembinaan kepribadian yang diarahkan pada pembinaan mental dan watak agar narapidana menjadi manusia seutuhnya,
bertaqwa dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat, sedangkan pembinaan kemandirian diarahkan pada pembinaan bakat dan
keterampilan agar nantinya narapidana dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab. Perkembangan
tujuan pembinaan narapidana berkaitan erat dengan tujuan pembinaan. Tujuan pembinaan dapat dibagi dalam tiga hal yaitu: 1 setelah keluar dari
Lapas tidak lagi melakukan pidana; 2 menjadi manusia yang berguna, berperan aktif dan kreatif dalam membangun bangsa dan Negara; 3
mampu mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mendekatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Pembinaan narapidana yang sekarang dilakukan pada kenyataannya tidak sesuai lagi dengan perkembangan nilai dan hakekat yang tumbuh
dimasyarakat. Dalam hal ini yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan nilai dan hakikat hidup yang tumbuh di masyarakat maksudnya dalam
pembinaan narapidana para petugas pembina narapidana terkadang melakukan penyimpangan dalam melaksanakan tugasnya kurang atau tidak
berdasarkan kepada hukum yang berlaku seperti yang diamanahkan pada
7 Pasal 14 ayat 1 UU Pemasyarakatan mengenai hak-hak narapidana dan
dalam ketentuan PP No.311999 tentang Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan, merupakan dasar bagaimana seharusnya narapidana
diberlakukan dengan baik dan manusiawi dalam satu sistem pemidanaan yang terpadu. Permasalahan yang terdapat di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yaitu terjadi suatu transaksi narkoba yang dilakukan oleh penghuni Lapas Wirogunan, maka dari itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.
Berdasarkan keterangan
yang disampaikan
oleh petugas
pemasyarakatan di Lapas Wirogunan bahwa pembinaan warga binaan pemasyarakatan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A
Wirogunan Yogyakarta kurang efektif karena pembinaan berlangsung satu arah dan kurang adanya respon atau timbal balik dari warga binaan
pemasyarakatan. Pelaksanaan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dikatakan berlangsung satu arah karena
Warga Binaan Pemasyarakatan dalam mengikuti pembinaan kurang menyimak
pembinaan yang
diberikan oleh
petugas Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dengan sibuk mengobrol antara warga binaan pemasyarakatan satu dengan warga binaan
pemasyarakatan yang lain. Pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakata narapidana
merupakan komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan sistem pemasyarakatan yang berlandaskan pengayoman oleh
setiap Lembaga Pemasyarakatan khususnya Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Sistem keamanan sebagai langkah awal
8 dari pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan narapidana harus
berjalan seimbang, sehingga Warga Binaan Pemasyarakatan dapat memahami dan mematuhi segala peraturan yang berlaku di Lembaga
Pemasyarakayan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta pada khususnya. Apabila semua proses tersebut sudah diterapkan dan dilaksanakan dengan
benar sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku, maka akan tercipta ketertiban dan keharmonisan terhadap seluruh penghuni Lembaga
Pemasyarakatan yang
meliputi narapidana,
tahanan, anak
didik pemasyarakatan,
petugas Lembaga
Pemasyarakatan, sehingga
penyelenggaraan pembinaan berjalan dengan lancar. Pada akhirnya Warga Binaan Pemasyarakata narapidana siap untuk dikembalikan kepada
masyarakat dan diharapkan tidak akan mengulangi tindak pidana lagi serta menjadi warga yang baik dan bertanggung jawab sesuai yang diamanatkan
dalam Pasal 2 UU Pemasyarakatan. Dengan latar belakang inilah, maka peneliti ingin mengkaji tentang
“Proses Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta”. Dengan harapan melakukan penelitian ini peneliti mampu menjawab masalah, bagaimana
efektivitas pelaksanaan pembinaan warga binaan pemasyarakatan yang terjerumus dalam tindak kriminalitas dan bagaimana kebermanfaatan bagi
Warga Binaan Pemasyarakatan mengalami suatu perubahan tingkah laku yang berarti untuk kehidupan kelak dalam bersosialisasi dimasyarakat dan
menjadi warga binaan yang lebih baik.
9