Faktor Penghambat Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pembinaan di
100 yang pernah mereka lakukan sehingga mereka dapat berperan aktif dalam
pembangunan bangsa dan negara. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pembinaan warga binaan
pemasyarakatan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta berjalan secara efektif. Pembinaan yang diberikan
dibedakan menjadi dua yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Dalam pembinaan kepribadian dibedakan menjadi tiga yaitu
pembinaan kerokhanian, pembinaan intelektual, dan pembinaan jasmani fisik. Sedangkan pembinaan kemandirian dibagi menjadi dua yaitu
pembinaan bakat dan pembinaan potensi. Dalam penelitian ini indikator pembinaan di atas terbagi menjadi
subindikator yang mampu menggambarkan proses pembinaan warga binaan pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan
Yogyakarta. Hal ini berarti indikator pembinaan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya meliputi kehadiran, mengikuti proses pembinaan,
sikap terhadap kesulitan, usaha mengatasi kesulitan, kebiasaan dalam mengikuti pembinaan, semangat dalam mengikuti proses pembinaan,
keinginan untuk menjadi lebih baik. Hasil temuan penelitian ini bahwa proses pembinaan warga binaan
pemasyarakatan dapat dilihat dari kehadiran yang telah dilaksanakan oleh warga binaan pemasyarakatan dalam mengikuti pembinaan dan hasil yang
dicapai dari sebelum mengikuti pembinaan sampai setelah mengikuti pembinaan. Motivasi yang dimiliki oleh warga binaan pemasyarakatan dapat
dilihat dari aspek ketekunan dalam mengikuti setiap pembinaan yang diberikan berupa kehadiran warga binaan pemasyarakatan dalam kegiatan
pembinaa. Kehadiran warga binaan pemasyarakatan dalam kegiatan
101 pembinaan berbeda-beda apabila dibandingkan dengan seluruh jumlah
warga binaan pemasyarakatan mengingat tingkat motivasi yang dimiliki berbeda-beda, baik motivasi secara eksternal maupun motivasi secara
internal. Warga binaan pemasyarakatan telah memiliki motivasi dengan adanya
perubahan dalam energi dengan ditandai munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan. Terdapat tanggapan atau respon yang
baik oleh warga binaan pemasyarakatan untuk mengikuti kegiatan pembinaan. Perubahan energi tersebut ditunjukkan dengan respon yang
baik dengan bersedia mengikuti pembinaan secara rutin. Perubahan energi yang didahului oleh tanggapan terhadap tujuan yakni menambah ilmu dan
meningkatkan keterampilan. Hal ini termasuk dalam adanya usaha warga binaan pemasyarakatan yang didasari untuk menggerakkan, mengarahkan
dan menjaga tingkah laku sehingga terdorong untuk bertindak mengikuti kegiatan pembinaan dengan baik di tempat pembinaan dengan bimbingan
petugas pemasyarakatan. Adanya dorongan untuk mengikuti pembinaan sehingga mencapai tujuan yakni membentuk warga binaan pemasyarakatan
agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindah pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif dalam bahasa Inggris “effective” yang telah mengintervensi kedalam bahasa Indonesia dan
memiliki makna “berhasil” dalam bahasa Belanda “effectief” memiliki makna “berhasil guna”. Soerjono Soekanto berbicara mengenai efektivitas suatu
hukum ditentukan antara lain oleh taraf kepatuhan warga masyarakat