Upaya yang dapat dilakukan dalam memaksimalkan pelaksanaan

101 pembinaan berbeda-beda apabila dibandingkan dengan seluruh jumlah warga binaan pemasyarakatan mengingat tingkat motivasi yang dimiliki berbeda-beda, baik motivasi secara eksternal maupun motivasi secara internal. Warga binaan pemasyarakatan telah memiliki motivasi dengan adanya perubahan dalam energi dengan ditandai munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan. Terdapat tanggapan atau respon yang baik oleh warga binaan pemasyarakatan untuk mengikuti kegiatan pembinaan. Perubahan energi tersebut ditunjukkan dengan respon yang baik dengan bersedia mengikuti pembinaan secara rutin. Perubahan energi yang didahului oleh tanggapan terhadap tujuan yakni menambah ilmu dan meningkatkan keterampilan. Hal ini termasuk dalam adanya usaha warga binaan pemasyarakatan yang didasari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku sehingga terdorong untuk bertindak mengikuti kegiatan pembinaan dengan baik di tempat pembinaan dengan bimbingan petugas pemasyarakatan. Adanya dorongan untuk mengikuti pembinaan sehingga mencapai tujuan yakni membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindah pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif dalam bahasa Inggris “effective” yang telah mengintervensi kedalam bahasa Indonesia dan memiliki makna “berhasil” dalam bahasa Belanda “effectief” memiliki makna “berhasil guna”. Soerjono Soekanto berbicara mengenai efektivitas suatu hukum ditentukan antara lain oleh taraf kepatuhan warga masyarakat 102 terhadap hukum, termasuk para penegak hukumnya. Efektivitas hukum dilain pihak juga dipandang sebagai tercapainnya tujuan hukum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembinaan warga binaan pemasyarakatan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta bertujuan untuk mewujudkan tujuan Lembaga Pemasyarakatan dilakukan melalui Pemasyarakatan. Tujuan dari Pembinaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan adalah agar warga binaan tidak mengulangi lagi perbuatannya dan bisa menemukan kembali kepercayaan dirinya serta dapat diterima menjadi bagian dari anggota masyarakat. Selain itu pembinaan juga dilakukan terhadap pribadi dari warga binaan itu sendiri. Tujuannya agar warga binaan mampu mengenal dirinya sendiri dan memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi. Tujuan pembinaan di lapas sangat berkaitan erat dengan tujuan pemasyarakatan. Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 Ayat 1, Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana. Menurut Keiffer 1981, pembinaan yang dilakukan kemudian mencakup tiga hal pokok yakni kerakyatan, kemampuan sosial politik, dan berkompetensi partisipatif Suharto, 1997:215. Person et.al 1994:106 juga mengajukan tiga dimensi dalam pelaksanaan pembinaan tersebut yang merujuk pada : a. Sebuah proses pembangunan yang bermula dari pertumbuhan individual yang kemudian berkembang menjadi sebuah perubahan sosial yang lebih besar.