67
67
Foto 10. Slawer
foto: dok Ariska Kusuma Wardani, 2008
d. Amben
Seperti halnya jenis-jenis kostum lain yang diterangkan di atas, amben adalah kostum yang juga berfungsi sebagai alat pelindung. Amben
berupa kain yang digunakan sebagai pelindung dada yang berguna untuk mengamankan tulang iga dari pukulan langsung. Pemakaian alat ini
menutup seluruh bagian dada hingga sampai ke perut pusar. Dengan cara demikian bagian dada peraga ujungan terlindungi dari pukulan langsung.
Foto 11. Amben
foto: dok Ariska Kusuma Wardani, 2008
68
68 Selain busana atau kostum, dalam pelaksanaan ujungan juga
terdapat properti yang harus dibawa oleh masing-masing peraga yaitu : 1 ujung atau rotan pemukul, dan 2 udhel atau sarung tangan.
e. Ujung atau Rotan Tumpul
Ujung atau rotan pemukul adalah sebatang rotan dengan panjang kurang lebih antara 60-70 cm dengan garis tengah kurang lebih 2 cm. alat
pemukul ini oleh peraga dalam pelaksanaan ujungan dikenakan pada tangan kanan. Pada salah satu ujung rotan diberi tali yang dalam
penggunaannnya dikalungkan ke pergelangan tangan sehingga tidak sampai terjadi alat pemukul terlepas dari genggaman pada saat
berlangsungnya ujungan.
Foto 12. Ujung atau Rotan Pemukul
foto : dok Ariska Kusuma Wardani, 2008
f. Udhel atau Sarung Tangan
Udhel adalah sarung tangan yang wajib dikenakan oleh tiap-tiap peraga yang bertanding. Alat ini terbuat dari kain dengan kerangka dari
69
69 bambu yang dianyam menyerupai kronjot keranjang kecil. Udhel tidak
memiliki ukuran tertentu. Kebiasaan membuat udhel adalah dengan ukuran kira-kira dapat dimasuki tangan orang dewasa dan dapat menutup
hingga ke bagian siku. Dengan demikian ukuran udhel kira-kira panjang 30 cm dan diameter 10 cm. udhel berfumgsi untuk mengurangi gerak
tangan kiri yang dapat membahayakan lawan, seperti mencakar atau memegang bagian badan tertentu untuk memudahkan pemukulan ujung.
Foto 13. Udhel atau sarung tangan
foto : dok Ariska Kusuma Wardani, 2008
70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ujungan merupakan bentuk pertunjukan yang tersaji melalui adu manusia di lapangan terbuka dengan bersenjatakan rotan . Di dalam ujungan
selain terkandung tindakan-tindakan estetis, juga tindakan olahraga, bahkan dalam prakteknya berbentuk olahraga keras yang mengandalkan kekuatan
fisik untuk dapat memenangkan pertarungan dan tindakan ritual minta hujan. Pelaksanaan ujungan tidak dilaksanakan setiap waktu, melainkan hanya pada
puncak musim kemarau yaitu pada akhir Mangsa Kapat atau awal Mangsa Kalima sekitar bulan September atau Oktober. Ujungan biasanya mulai
dilaksankan pertama kali hari Jumat Kliwon yang dianggap sebagai hari baik bagi masyarakat desa Gumelem Kulon dan sekitarnya.
Sebagai sarana upacara minta hujan, ujungan tidak secara langsung berbentuk tindakan-tindakan yang mengarah pada ritual-ritual tertentu.
Pelaksanaan ujungan justru lebih dekat dengan semacam kegiatan olahraga tradisional yang dilaksanakan pada musim kemarau dengan memanfaatkan
lahan yang tidak sedang digunakan untuk menanam tanaman pertanian. Adu pukul menggunakan rotan di dalam ujungan merupakan tindakan ritual yang
bertujuan untuk mendatangkan hujan. Tindakan fisik saling pukul di dalam ujungan hanyalah sarana ungkap kegetiran perasaan akibat terjadinya kemarau
panjang yang menyebabkan kekurangan pangan. Pemain ujungan diharapkan