memiliki kesadaran akan keuntungan yang dapat diperoleh melalui tindakan- tindakannya Yunita, 1986 : 68-69. Demikian juga teori insentif selektif
mengasumsikan bahwa keikutsertaan seseorang yang rasional dalam melakukan suatu kegiatan dipengaruhi oleh jenis, bentuk, dan isi harapan-harapan yang bakal
menguntungkan. Berdasarkan asumsi teori rasionalitas di atas, maka daoat diduga bahwa
warga masyarakat akan ikut berpartisipasi dalam kegiatan pelestarian lingkungan jika mereka memandang kegiatan tersebut memberi keuntungan bagi mereka, dan
sebaliknya. Berpegang pada dugaan ini maka tidak mengherankan jika masyarakat setempat telah berperan dalam melestarikan Hutan Wisata Kera di Bali
sebagaimana ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Atmadja 1992 dan 1993. Sebab dalam kenyataannya, hutan tersebut merupakan objek wisata yang
setiap hari dikunjungi banyak wisatawan, sehingga menghasilkan keuntungan finansial bagi masyarakat yang bersangkutan.
1.4.3 Refleksi tentang Model Pelestarian Hutan Berbasis Masyarakat
Berdasarkan pemikiran mengenai partisipasi masyarakat dalam program pelestarian lingkungan sebagaimana dipaparkan di atas, maka program pelestarian
hutan perlu disusun dengan mengakomodasi kepentingan semua pihak terkait. Dengan demikian dapat diharapkan semua pihak akan berpartisipasi dengan
penuh semangat dan berkelanjutan. Secara lebih konkret, model pelestarian hutan yang disusun dan dilaksanakan adalah model yang benar-benar didasarkan pada
kepentingan, kemauan, dan kemampuan para pihak terkait sehingga meyakinkan
akan memberi kuntungan finansial bagi para partisipannya. Salah satu model strategis dalam hal ini adalah model pelestarian hutan yang memberikan akses
kepada masyarakat untuk mengembangkan tanaman pangan di kawasan hutan lindung, namun tanpa merusak tanaman hutan. Selain itu mereka juga diberi
kewajiban untuk memelihara kayu yang tumbuh di hutan dengan catatan mereka juga diberi hak atas hasil kayu itu yang pengaturannya didasarkan pada system
pembangian hasil sesuai dengan semua pihak terkait. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa masyarakat akan mengembangkan rasa memiliki dan
tanggungjawab terhadap kelestarian hutan. Sebaliknya, jika program pelestarian hutan dilakukan hanya dengan
melarang orang untuk memanfaatkan sumberdaya hutan sebagaimana sering dilakukan selama ini, maka orang akan selalu cenderung berusaha
memanfaatkannya secara maksimal bahkan secara illegal selama mereka memandang hutan itu berpotensi besar untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Apalagi jika hutan dipandangnya sebagai sumberdaya milik bersama common proverty, maka dengan mengacu kepada tesis Hardin sebagaimana dibahas oleh
Soemarwoto 2001 :94, kemungkinan besar pandangannya itu akan mendorong mereka untuk memanfaatkan sumberdaya hutan untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya hanya untuk diri mereka sendiri sehingga pada gilirannya terjadi kerusakan hutan yang berdampak negatif terhadap masyarakat setempat.
1.5 Metode Penelitian