Tehnis Analisis Metode Penelitian

743 Magister Hukum Udayana • Desember 2015 UDAYANA MASTER LAW JOURNAL Vol. 4, No. 4 : 736 - 746 dar proposs-proposs hukum atau non hukum. 9 Analss dapat drumuskan sebaga suatu proses penguraan secara sstemats dan konssten terhadap gejala-gejala tertentu. 10 Adapun dasar penggunaan analss secara normatf, karena bahan hukum dalam peneltan n mengarah pada kajan-kajan yang bersfat teorts dalam bentuk asas- asas, konseps-konseps atau pandangan- pandangan serta kaedah hukum. Bahan-bahan hukum yang telah dkumpulkan danalss dengan langkah dskrps, sstematsas, nterpretas, evaluas dan argumentas. Dskrps mencakup s maupun struktur hukum postf. 11 Bahan hukum yang telah dkumpulkan dar peneltan pada awalnya dolah dan ddeskrpskan dan dtentukan pokok permasalahannya. Bahan hukum yang ddeskrpskan dan dtentukan pokok masalahnya, hal tu dpaka landasan evaluas Kewenangan Pemerntah Provns Bal dalam penyelenggaraan Penanaman Modal berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

III. Hasil dan Pembahasan 3.1. Rincian

Tugas Pokok Badan Penanman Modal dan Perizinan Provinsi Bali. Berdasarkan Peraturan Gubernur Bal Nomor 82 Tahun 2011 tentang Rncan Tugas Pokok Badan Penanaman Modal dan Perznan Provns Bal yang merupakan turunan dar Pasal 172 Peraturan Daerah Provns Bal Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organsas dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provns Bal dsebutkan bahwa : Tugas Pokok Badan Penanaman Modal dan Perznan Provns Bal adalah sebaga unsur pendukung tugas kepala daerah yang mempunya tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebjakan daerah d bdang penanaman modal dan perznan. Sedangkan fungsnya adalah : a. Perumusan kebjakan tekns bdang Penanaman Modal dan Perznan; b. Pemberan dukungan atas penyelenggaraan pemerntahan daerah bdang penanaman modal dan perznan; c. Pembnaan dan pelaksanaan tugas bdang penanaman modal dan perznan; dan d. Pelaksanaan tugas lannya yang dberkan oleh Gubernur sesua dengan tugas dan fungsnya.

3.2. Pengaturan LembagaInstansi

Penyelenggara Penanaman Modal di Provinsi Bali. Keberadaa lembaga tersebut mengacu kepada Peraturan Pemerntah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organsas Perangkat Daerah, Peraturan Menter Dalam Neger Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organsas dan Tata Kerja Unt Pelayanan Perznan Terpadu d Daerah dan Peraturan Menter Dalam Neger Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelayanan Perznan Terpadu Satu Pntu dan bukan mengacu kepada Peraturan Presden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pntu d Bdang Penanaman Modal yang merupakan penjabaran dar Undang-Undang 9 Anonm, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Penelitian Tesis Ilmu Hukum, 2006, Program Stud Magster Ilmu Hukum Program Pascasarjana Unverstas Udayana, hlm.10. 10 Soerjono Soekanto, 1982, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Rajawal, Jakarta, hlm.137. 11 Phlpus M. Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik Normatif dalam Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember – Desember, Surabaya. 744 Magister Hukum Udayana • Desember 2015 UDAYANA MASTER LAW JOURNAL Vol. 4, No. 4 : 736 - 746 Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Badan Penanaman Modal dan Perznan Provns Bal datur dalam Pasal 172 Peraturan Daerah Provns Bal Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organsas dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provns Bal dan Peraturan Gubernur Bal Nomor 82 Tahun 2011 tentang Rncan Tugas Pokok Badan Penanaman Modal dan Perznan Provns Bal dan dengan n telah dlmpahkan penandatangan Perznan sebanyak 36 dan Nonperznan sebanyak 16 dar Gubernur Bal kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Perznan Provns Bal berdasarkan Peraturan Gubernur Bal Nomor 62 Tahun 2013 tanggal 31 Desember 2013. Namun demkan dalam Peraturan Gubernur tersebut tdak terdapat pelmpahan kewenangan terkat dengan penerbtan perznan d bdang Penanaman Modal berdasarkan peraturan tekns yatu: Peraturan Kepala Badan Koordnas Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 jo Peraturan Kepala Badan Koordnas Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Koordnas Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perznan dan Nonperznan Penanaman Modal selaku lembaga Perangkat Daerah Provns Bdang Penanaman Modal PDPPM d Provns Bal. Dalam upaya memberkan kepastan hokum terhadap penanam modal yang ngn menanamkan modalnya d Provns Bal yang semestnya dapat dterbtkan oleh Badan Penanaman Modal dan Perznan Provns Bal berdasarkan kewenangan yang telah dberkan dalam peraturan perundang- undangan d bdang Penanaman Modal dengan sendrnya tdak dapat dterbtkan mengngat dalam pelmpahan kewenangan yang dberkan oleh Gubernur Bal kepada Kepala Badan Penanman Modal dan Perznan Provns Bal tdak datur d dalamnya. Adapun Perznan d Bdang Penanaman Modal yang semestnya dapat dterbtkan berdasarkan kewenangan yang dberkan adalah: Izn Prnsp Penanaman Modal; Izn Usaha; Izn Prnsp Perluasan Penanaman Modal; Izn Usaha Perluasan; Izn Prnsp Perubahan Penanaman Modal; Izn Usaha Perubahan; Izn Prnsp Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal; dan Izn Usaha Penggabungan Perusahaan, sedangkan Nonperznan dsampng memfasltas permohonan perznan penanaman modal asng yang mash menjad kewenangan Badan Koordnas Penanaman Modal Republk Indonesa, juga terkat dengan pemberan nsentfkemudahan- kemudahan dan pemberan nformas tentang penyelenggaraan Penanaman Modal.

IV. Penutup 4.1. Simpulan

Berdasarkan uraan tersebut d atas maka dapat dsmpulkan sebaga berkut : 1. Bahwa kewenangan Pemerntah Provns Bal dalam penyelenggarakan penanaman modal d Provns Bal mash rancu dan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku d bdang Penanaman Modal d Indonesa. 2. Bahwa dalam penyelenggaraan kewenangan penerbtan perznan d bdang penanaman modal perlu dlakukan penngkatan sumber daya manusa dan nfrastruktur penunjang dsampng tetap melakukan koordnas dengan nstans dan lembaga yang menangan penanaman modal.