Saran HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Perlindungan Hukum Hak Dipilih

769 Magister Hukum Udayana • Desember 2015 UDAYANA MASTER LAW JOURNAL Vol. 4, No. 4 : 757 - 769 DAFTAR PUSTAKA BUKU Asshddqe, Jmly, 1994. Gagasan Kedaulatan Rakyat dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di Indonesia, Ichtar Baru Van Hoeve, Jakarta. --------------,, 2006a, Sengketa Kewenangan Antar Lembaga Negara, Konsttus Press, Cet. I, Jakarta. --------------, 2006b, Pengantatr Ilmu Hukum Tata Negara Jld II, Sekretarat Jenderal dan Kepanteraan Mahkamah Konsttus, Jakarta. Gaffar, Jenedjr M, 2012, Politik Hukum Pemilu, Konsttus Press, Jakarta. Hadjon, Phlpus M, 1988, Pengkajian Ilmu Hukum, Program Pascasarjana, Unverstas Arlangga, Surabaya. Ibrahm, Johnny, 2006, Teori Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumeda Publshng, Malang. Isra, Sald, 2010, Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya Model Legislasi Parlementer dalam Sistem Presdensial Indonesia, PT. RajaGraindo Persada, Jakarta. Moelyono, Anton M., 1988, Kamus Besar Bahasa Indnesia, Departemen Penddkan dan Kebudayaan Republk Indonesa, Jakarta. Munasr, 2003, Hak politik dalam Perspekif Hak Asasi Manusia, Penepen Mukt, Solo. Poerwadarmnta, WJS., 2003, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bala Pustaka, Cet. XV, Jakarta. Sahaan, Maruarar, 2005, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Konsttus Press, Jakarta. Sugyono, 2013, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi, Alfabeta, Bandung. PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945. Ketetapan MPR-RI Nomor XVIIMPR1998 Tentang Hak Asas Manusa. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asas Manusa. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tntang Pemlhan Umum Anggota Dewan Peraklan Rakyat, Dewan Perwaklan Daerah, Dewam Perwaklan Rakyat Daerah. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konsttus Republk Indonesa. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemlhan Umum Anggota Dewan Perwaklan Rakyat, Dewan Perwaklan Daerah, Dewan Perwaklan Rakyat Daerah. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Pemlhan Umum Presden dan Wakl Presden. Putusan Mahkamah Konsttus Nomor 011- 017PUU-I2003 770 Magister Hukum Udayana • Desember 2015 UDAYANA MASTER LAW JOURNAL Vol. 4, No. 4 : 770 - 782

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat 1 dan 2 Amandemen Undang – Undang Dasar Negara Republk Indonesa 1945. Dbag menjad daerah-daerah provns, dan daerah provns terdr dar daerah- daerah kabupaten. Hak n dlakukan untuk mengupayakan pelayanan yang lebh dekat terhadap masyarakat, untuk mewujudkan tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa 1945. Pelmpahan kewenangan pusat kepada daerah melahrkan otonom daerah. R.G. Kartasapoetra menyatakan bahwa desentralsas merupakan penyerahan urusan dar pemerntah pusat pada pemerntah daerah guna mengurus rumah tangganya. Dalam art, penyerahan n bertujuan untuk mencegah pemusatan kekuasaan, keuangan serta sebaga pendemokratsasan pemerntahan, untuk mengkutsertakan rakyat bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerntahan d daerah. 2 Prnsp otonom daerah selanjutnya djelaskan lebh lanjut dalam Pasal 18 ayat 5 UUDNRI Undang – Undang Dasar Negara KONTRADIKSI IMPLEMENTASI PASAL 79A UNDANG UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KOTA DENPASAR Oleh: I Ketut Purna Astha 1 ABSTRACT The problem that there is a contradiction between the article 110 1 C Undang-Undang Republik Indonesia number 28 year 2009 which is decisive that there is a contribution in the case of reimbursement cost of printing identiication cards and article 79A Undang-Undang Republik Indonesia number 24 year 2013 on Residential Administration which prohibits any retribution on getting and issuing residential document. The study method employed in this study including kind of normative law study and the approach methods used are: law approach, history approach an conceptual approach. The conclusions are: considering that there a contradiction between the article 110 1 C Undang-Undang Republik Indonesia number 28 year 2009 should not be in practiceany longer. Another conclusion is that the decree of the Majelis Madya Desa Pekraman Number : 1412-SKMMDPVII2014 in which arranged the management of incoming residents are to pay contribution when they apply for KIPS and STPPTS, is contradictory with Undang-Undang Republic Indonesia Number 24 year 2013 particularly article 79A, because the mentioned Undang-Undang is higher in position than the mentioned decree. Keywords: council of desa pakraman, document, general services, residential, retribution, 1 Mahasswa Magster S2 Ilmu Hukum Unverstas Udayana, Denpasar, Bal, Alamat: Perum. Padang Asr Blok 9 Nomor 39, Padangsamban, emal: purnaasthagmal.com. 2 Busrzalt, 2013, Hukum Pemda Otonomi Daerah Dan Implikasinya, Total Meda, Yogyakarta, hlm.2. 771 Magister Hukum Udayana • Desember 2015 UDAYANA MASTER LAW JOURNAL Vol. 4, No. 4 : 770 - 782 Republk Indonesa 1945 yang menyatakan bahwa: “Pemerntah Daerah menjalan otonom seluas-luasnya, kecual urusan Pemerntah yang oleh Undang-Undang dtentukan sebaga urusan pemerntah pusat”. Kewenangan pemerntah daerah dalam mengurus urusan rumah tangganya menggunakan prnsp otonom seluas- luasnya, guna membuat kebjakan daerah untuk member pelayanan, penngkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menngkatkan kesejahteraan masyarakat. Prnsp otonom seluas-luasnya datur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah. Dalam Pasal 1 ayat 6 dtentukan bahwa Otonom Daerah adalah hak, wewenang dan kewajban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendr urusan pemerntahan dan kepentngan masyarakat setempat dalam sstem Negara Kesatuan Republk Indonesa. Selanjutnya dalam Pasal 10 ayat 1 dnyatakan: Urusan pemerntahan absolut sebagamana dmaksud dalam Pasal 9 ayat 2 melput poltk luar neger, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan iskal nasonal, dan agama. Pembagan kewenangan antara Pemerntah Pusat dengan Pemerntah Daerah lebh lanjut datur dalam Peraturan Pemerntah nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagan Urusan Pemerntahan antara Pemerntah, Pemerntahan Daerah Provns, dan Pemerntahan Daerah KabupatenKota. Satu seg utama dalam pelaksanaan otonom daerah adalah adanya sumber pembagan, yang dapat dandalkan untuk melaksanakan tugas pemerntahan dan pembangunan. Salah satu sumber pembagan adalah pajak dan retrbus daerah, yang dapat dkembangkan sesua dengan potens daerah masng-masng. Pasal 17 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah daerah berhak menetapkan kebjakan daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerntahan yang menjad kewenangan daerah termasuk pajak daerah dan retrbus daerah. Datur berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Permbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18, pendapatan asl daerah berart, “Pendapatan asl daerah, selanjutnya dsebut PAD adalah pendapatan yang dperoleh daerah yang dpungut berdasarkan peraturan daerah sesua dengan peraturan perundang- undangan.” Dalam ketentuan Pasal 285 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 dtentukan Pendapat Asl Daerah PAD yatu: 1 pajak daerah 2 retrbus daerah 3 Hasl pengelolaan kekayaan daerah yang dpsahkan 4 Lan-lan pendapat daerah yang sah Pendapatan asl daerah yang bersumber dar pungutan pada masyarakat, yatu: 1 Retrbus yang dpungut dengan kompensas layanan tertentu; dan 2 Pajak yang dpungut tanpa kompensas layanan. 3 Pajak adalah pungutan oleh pejabat pajak sebaga wakl Negara kepada wajb pajak tanpa tegenprestas secara langsung dan bersfat memaksa sehngga penaghannya dapat dpaksakan. Hal n tersrat dalam Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa 1945. 3 Wahyud Kumorotomo, 2006, Desentralisasi iskal : Politik Perubahan Kebijakan 1974-2004, Kencana, Jakarta, hlm.125.