Konsekuensi Hukum PEMBAHASAN 3.1. Pengaturan mengenai Pengangkatan

666 Magister Hukum Udayana • Desember 2015 UDAYANA MASTER LAW JOURNAL Vol. 4, No. 4 : 661 - 668 keberadaannya sangat menonjol, termasuk jka dhubungkan dengan warsan. Keadaan tersebut pada dasarnya dkarenakan anak lak-lak d dalam masyarakat hukum adat d Bal d sampng keberadaannya sebaga penerus keturunan juga memlk kewajban pada kegatan adat keluaga. Kehdupan pada desa adat, datur dengan perangkat hukum yang dkenal dengan hukum adat. D Bal dsebut dengan awg-awg atau dresta. Bentuk awig-awig ada yang tertuls ada yang tdak tertuls. Awig-awig antara desa satu dengan yang lannya berbeda alasannya antara lan : Desa adat daku sebaga persekutuan hukum yang otonom artnya desa adat berhak membuat aturannya sendr penegakkan dan menyelesakan masalah sepanjang yang menyangkut kehdupan desanya dan pengakuan atas “desa mewacara” masng- masng desa mempunya tatanan adatnya sendr. 11 Dalam hal pengangkatan anak pada setap desa adat d Bal memlk awg- awg yang berbeda-beda. Indonesa menggunakan sstem hukum yang memlk sfat pluralstk pluralisme hukum, hukum yang ada dan berlaku tdak hanya dalam pengertan hukum tertuls yang dcptakan oleh negara yang dsusun oleh lembaga legslatf bersama presden. Indonesa juga mengaku hukum adat dengan sstem hukum agama. 12 Konsekuens hukum dalam hal pengangkatan anak sesua dengan hukum adat Bal dan hukum nasonal dapat berjalan bersamaan semash tdak bertentangan dengan ketentuan undang- undang. Perbedaan yang dapat dlhat dar pengangkatan anak, jka melhat d Indonesa hukum nasonal anak yang dangkat bsa anak adops dar orang lan maupun anak dar gars keturunan lak-lak maupun dar perempuan sedangkan pengangkatan anak sesua dengan hukum adat Bal mengangkat anak lak-lak dan dserta upacara pemerasan yang danggap dan status anak sudah sah menurut hukum adat Bal. Dalam Pasal 18 B ayat 2 UUD 1945 menyatakan hukum adat daku sepanjang: 1 mash hdup; 2 berdasarkan dan sesua dengan perkembangan masyarakat; 3 berdasarkan dengan prnsp negara kesatuan Republk Indonesa dan; 4 datur dalam undang-undang. Dengan demkan, ketentuan yang tercermn d dalam hukum adat harus menyesuakan dengan hukum nasonal, artnya hukum adat yang berlaku dalam perkembangannya tdak boleh bertentangan dengan hukum nasonal. Apabla bertolak belakang terhadap dua hukum n, dalam prnsp teor hukum dsebut dengan pluralsme yang lemah oleh sebab hukum adat perlu dlakukan pembnaan terhadap kebasaan yang tdak sesua dengan perkembangan zaman dengan menghlangkan deskrmnas yang terjad. 13 Secara persyaratan pengangkatan anak sesua dengan adat Bal tdak banyak terdapat perbedaan dengan hukum nasonal, hanya saja hukum adat Bal sesua dengan agama hndu dan keberadaannya d tuangkan tertuls dalam bentuk awig-awig dan kebasaan. 11 Wayan P. WInda, 2008, Bali Mewacara Gagasan Suatu Hukum Adat Awig-Awig dan Pemerintahan di Bali, Pusat Peneltan Hukum Unverstas Udayana, hlm.29. 12 Ben Ahmad Saeban, H. Encup Supratna, 2012, Antropologi Hukum, Pustaka Seta, Bandung, hlm.333. 13 R. Subekt, 1974, Hukum Adat Indonesia Dalam Yurisprudensi Makamah Agung, Alumn, Bandung, hlm.124. 667 Magister Hukum Udayana • Desember 2015 UDAYANA MASTER LAW JOURNAL Vol. 4, No. 4 : 661 - 668

IV. PENUTUP 4.1 Simpulan

1. Berdasarkan tnjauan terhadap pengangkatan anak secara substan nasonal datur dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlndungan Anak, Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Peraturan Pemerntah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak dan berdasarkan hukum adat Dewa Saks upacara peras dan Manusa Saks, serta adanya Sar. 2. Konsekuens hukum dalam hal pengangkatan anak dlhat dar sudut pandang hukum adat Bal harus menyesuakan dr dengan arah hukum negara atau hukum nasonal, artnya dalam pengaplkasannya hukum adat yang sudah berlaku d dalam desa adat tdak boleh bertentangan dengan Hukum Mengena Pengangkatan Anak yang dlhat dar sudut pandang hukum adat Bal bahwa hukum adat Bal harus menyesuakan dr dengan arah hukum d Indonesa, artnya hukum adat yang berlaku tdak bertentangan dengan hukum negara.

4.2 Saran

1. Setap anak yang dangkat harus dlndung dan dberkan kepastan hukum bak tu secara hukum nasonal maupun secara adat mengena status sebaga anak dan hak- hak yang melakat terhadap anak. 2. Kepada Parsadha Hndu Dharma dan Majels Utama Desa Pakraman d Bal sebaknya melakukan penyesuaan hukum adat Bal tentang kedudukan anak angkat dengan harapan agar hukum adat yang dmaksudkan dsesuakan dengan perkembangan yang ada d dalam masyarakat dan sebaknya mengkut prosedur pengangkatan anak secara Hukum Nasonal dem mencapa kepastan Hukum. DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku H.L.A Hart, 1998, The Concept of Law, Claredon Press, Oxford, h. 6. Penetja, Gede 2004, Aneka Catatan tentang Hukum Adat Bali, Nadha Mandr, Denpasar Ryanto, Astm 2006, Teori Konstitusi, Penerbt Yapemdo, Bandung. Saeban, Ben Ahmad, H. Encup Supratna, 2012, Antropologi Hukum, Pustaka Seta, Bandung. Saragh, Djaren 1996, Pengantar Hukum Adat Indonesia, Tarsto Bandung. Subekt, R, 1974, Hukum Adat Indonesia Dalam Yurisprudensi Makamah Agung, Alumn, Bandung. Soekanto, Soerjono, 2012, Hukum Adat Indonesia, Rajawal Pers, Jakarta. Sukert, N Nyoman 2012, Hak Mewaris Perempuan dalam Hukum Adat Sebuah Studi Kritis, Udayana, Unversty Press, Denpasar. Wayan P. Wnda, 2008, Bali Mewacara Gagasan Suatu Hukum Adat Awig- Awig dan Pemerintahan di Bali, Pusat Peneltan Hukum Unverstas Udayana. Wnda, Wayan P dan Ketut Sudantra, 2006, Pengantar Hukum Adat Bali, Lembaga 668 Magister Hukum Udayana • Desember 2015 UDAYANA MASTER LAW JOURNAL Vol. 4, No. 4 : 661 - 668 Dokumentas dan Publkas Fakultas Hukum Unverstas Udayana. Undang-Undang Undang-undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlndungan Anak PP No 54 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Anak.