RKPD merupakan bahan utama pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
Musrenbang Daerah
Kabupaten Landak
yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat desa, kecamatan,
kabupaten hingga provinsi. Gambaran tentang hubungan antara RPJMD dengan dokumen perencanaan
lainnya sebagai kesatuan sistem perencanaan pembangunan dan sistem keuangan adalah sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1 dan Gambar
1.2.
5. KERANGKA PIKIR DAN SISTEMATIKA PENULISAN
5.1. Kerangka Pikir
Penyusunan RPJMD diawali dengan analisis kondisi masa lalu dan saat ini, yang menyangkut hasil yang telah dicapai dan masalah serta
tantangan yang dihadapi, kemudian dilakukan identifikasi lingkungan strategik internal dan eksternal. Perumusan visi dan misi, analisis kondisi
yang diharapkan, strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah serta program pembangunan dilakukan dengan mengacu hasil analisis
lingkungan strategik dan tahapan lima tahunan dalam RPJPD. Alur Pikir yang digunakan dalam penyusunan RPJM Kabupaten Landak Tahun 2012
– 2016 ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1. Hubungan RPJMD dan Dokumen Perencanaan Lainnya
Alur Pikir integrasi RPJM Kabupaten Landak Tahun 2012 – 2016 dengan
proses penganggaran adalah sebagai berikut :
Gambar .1.2 Hubungan RPJMD dan Proses Penganggaran
5.2 Sistematika Penulisan
RPJMD Kabupaten Landak Tahun 2012-2016 disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB. 1 PENDAHULUAN
BAB. 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
BAB. 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB. 4 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB. 5 VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
BAB. 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB. 7 PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB. 8
RENCANA INDIKASI PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN
BAB. 9 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
BAB.10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
BAB.11 PENUTUP
RPJM Daerah
RKP
RKP Daerah
Renstra SKPD
Renja SKPD
RAPBD
RKA SKPD
APBD
Rincian APBD
Pedoman
Pedoman Dijabarkan
Pedoman Pedoman
Diacu Diserasikan melalui Musrenbang
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Staablad nomor 50 tahun 1926 jo Staablad nomor 186 tahun 1938 menetapkan pembagian wilayah Kalimantan Barat menjadi 12 daerah swapraja
dan 3 neo swapraja. Salah satu dari 12 daerah swapraja itu adalah Swapraja Landak.
Dengan terbitnya Surat Menteri Dalam Negeri nomor PEM 20610 tang- gal 8 September 1951 dilakukan pembagian wilayah administratif baru, dan Kal-
bar waktu itu berdasar surat tersebut dibagi dalam 6 kabupaten administratif dan satu kota administratif.
Dalam tahun 1962 sebagaimana juga swapraja lainnya di Kalbar, pemerintahan Swapraja Landak ikut dihapus dan mulai saat itu bekas wilayah
kekuasaan administratifnya dihimpun ke dalam Kabupaten Pontianak. Mulanya ibukota Kabupaten Pontianak berkedudukan di Kota Pontianak.
Pada tahun 1963, dengan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah nomor 5119-11 tanggal 5 Februari 1963, maka ibukota dialihkan ke
Mempawah. Sebelum ditetapkannya Mempawah, ada dua alternatif untuk di- jadikan ibukota Kabupaten Pontianak waktu itu, yakni Mempawah dan Ngabang.
Kemudian karena luasnya wilayah administratif Kabupaten Pontianak, guna mempermudah jangkauan pembinaan dan mengawasi jalannya roda
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, didasarkan Keputusan Mendagri Nomor 821.26-224 tanggal 13 Maret 1985, ditetapkan Organisasi Pem-
bantu Bupati Wilayah Ngabang yang berkedudukan di Ngabang. Pembantu Bu- pati Wilayah Ngabang ini terdiri dari Kecamatan Ngabang, Air Besar, Sengah
Temila dan Menyuke.
Kemudian dilakukan pemekaran wilayah otonom dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 55 tahun 1999 tanggal 4 Oktober
1999 tentang pembentukan Kabupaten Landak yang beribukota Ngabang. Kabu- paten Landak membawahi 10 kecamatan, 149 desa dan 528 dusun.
Secara administratif, Kabupaten Landak merupakan salah satu kabupat- en di Propinsi Kalimantan Barat hasil pemekaranpecahan dari Kabupaten Pon-
tianak, sejak tahun 1999 yang beribukota di Ngabang, berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor: 55 tahun 1999 tanggal 04 Oktober 1999 dan
Lembaran Negara Indonesia tahun 1999 Nomor 183 yang kemudian disempurnakan lagi dengan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2000 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 55 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Landak. Pertimbangan pokok terbentuknya Kabupaten Landak
didasarkan pada perkembangan dan kemajuan Provinsi Kalimantan Barat pada umumnya dan Kabupaten Pontianak pada khususnya serta adanya aspirasi
masyarakat yang berkembang dalam masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut di atas dan memperhatikan perkembangan penduduk, luas wilayah,
potensi ekonomi, sosial budaya, sosial politik dan meningkatnya beban tugas serta volume kerja di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan di Kabupaten Pontianak dipandang perlu membentuk Kabupaten Landak sebagai pemekaran dari Kabupaten Pontianak. Pembentukan
Kabupaten Landak akan dapat mendorong peningkatan pelayanan di bidang pemerintahan,
pembangunan dan
kemasyarakatan serta
memberikan kemampuan dalam memanfaatkan potensi yang ada di wilayahnya untuk
menyelenggarakan otonomi daerah. Pemanfaatan moment dan peluang otonomi daerah untuk Kabupaten
Landak dilakukan dengan menyusun berbagai program dan rencana