Laju Inflasi Perbandingan Dengan Kalimantan Barat

dan komunikasi 2,48 persen; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 4,75 persen; sektor jasa-jasa 5,83 persen. Sedangkan sektor listrik, gas dan air minum memberikan kontribusi terkecil. Tetapi dibandingkan pada tahun 2008, pada tahun 2009 hingga tahun 2010 telah terjadi peningkatan kontribusi sektor listrik, gas dan air minum. Pada tahun 2008 sebesar 0,28 persen meningkat menjadi 0,30 persen. Rendahnya peranan sektor ini disebabkan karena masih terdapat daerah-daerah yang belum mendapatkan pelayanan listrik dan air bersih.

3. Laju Inflasi

Inflasi menjadi salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu daerah karena dapat menggambarkan naik turunnya harga. Keadaan ekonomi yang makin stabil ditunjukkan oleh perkembangan laju inflasi yang kecil. Suatu daerah dikatakan memiliki stabilitas ekonomi yang lebih baik jika tingkat inflasinya lebih rendah dibandingkan daerah lain dalam suatu kurun waktu tertentu. Inflasi yang lebih tinggi berarti juga terjadinya lonjakan harga yang tajam. Hal tersebut bisa mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat jika pendapatan masyarakat tidak meningkat melebihi laju inflasi. Tabel 2.37. Indeks Harga Implisit dan Laju Inflasi Kabupaten Landak dan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2006 – 2010 Sumber: Bappeda Kab. Landak Laju inflasi yang menggambarkan besarnya perubahan harga yang terjadi pada produsen dapat dilihat dari indeks harga implisit PDRB. Indeks harga implisit di tahun 2009 sebesar 175,14 dan di tahun 2010 sebesar 184,87. Dengan demikian pertumbuhan indeks harga implisit di tahun 2010 adalah sebesar 5,55 persen. Angka ini menggambarkan laju inflasi atas dasar harga produsen di Kabupaten Landak meningkat sebesar 5,55 persen. Laju inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi secara umum yang terjadi di dalam wilayah Provinsi Kalimantan Barat.

5. Perbandingan Dengan Kalimantan Barat

Untuk mencapai hasil pembangunan yang diharapkan, perlu dioptimalkan sektor-sektor yang menjadi tumpuan daerah. Sektor tersebut disamping mampu dikembangkan juga akan memberikan dampak terhadap Tahun Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat Indek Harga Implisit Laju Inflasi Indek Harga Implisit Laju Inflasi 1 2 3 4 5 2006 145,44 5,34 152,27 5,82 2007 252,73 5,02 161,76 6,23 2008 166,49 9,01 179,06 7,01 2009 175,14 5,19 188,61 5,33 2010 184,87 5,55 199,64 5,85 perkembangan sektor lain linkage effect serta sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan diharapkan pula menjadi pemasok pendapatan daerah dengan diekspor ke luar daerah. Indeks Location Quotient LQ dapat digunakan sebagai alat analisis untuk melihat sektor-sektor potensial suatu daerah atau dengan kata lain untuk melihat spesialisasi sektoral di Kabupaten Landak. Secara teoritis, kriteria analisis angka indeks LQ yaitu : - Jika Indeks LQ lebih kecil dari 1 satu, maka sektor yang bersangkutan bukan spesialisasi daerah dan tidak terkonsentrasi di Kabupaten Landak. - Jika Indeks LQ sama dengan 1 satu, maka sektor yang bersangkutan proporsinya sama dengan Provinsi Kalimantan Barat. - Jika Indeks LQ lebih besar dari 1 satu, maka sektor yang bersangkutan merupakan spesialisasi daerah dan terkonsentrasi di Kabupaten Landak. Tabel 2.38. Location Quotient LQ Kabupaten Landak Terhadap Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010 No Sektor Peran Sektoral LQ Kalbar Landak 1 2 3 4 5 1 Pertanian 25,00 50,58 2,02 2 Pertambangan dan Penggalian 1,98 1,61 0,81 3 Industri Pengolahan 18,29 10,15 0,55 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,51 0,30 0,59 5 Konstruksi 9,14 2,68 0,29 6 Perdaganga, Hotel dan Restoral 22,87 21,62 0,95 7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,60 2,48 0,33 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,74 4,75 1,00 9 Jasa-Jasa 9,87 5,83 0,59 Sumber: Bappeda Kab. Landak Berdasarkan Indeks Location Quotient LQ Kabupaten Landak terhadap Provinsi Kalimantan Barat, sektor-sektor yang memiliki LQ lebih dari 1 satu yaitu sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Kedua sektor ini merupakan sektor-sektor yang diharapkan dapat menjadi tumpuan atau spesialisasi untuk dikembangkan bahkan dapat menjadi komoditi ekspor Kabupaten Landak. Selain itu masih ada dua sektor yang berpeluang menjadi sektor unggulan karena mempunyai nilai LQ cukup besar nilai LQ mendekati 1 , yaitu sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor yang memiliki nilai LQ paling rendah adalah sektor bangunan serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang masing-masing memiliki nilai LQ sebesar 0,29 dan 0,33. Kedua sektor ini bukan merupakan spesialisasi daerah. Hal ini disebabkan karena masih minimnya sarana transportasi.

6. PDRB Per Kapita