51
BAB V ANALISIS DATA
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakuakan dilapangan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan responden penelitian, bahwa semua data yang
terkumpul telah memenuhi syarat untuk di analisis. Keseluruhan data yang telah terkumpul yang di dapatkan dari informan kunci sebanyak 4 orang dan informan
utama sebanyak 4 orang dan keseluruhan informan yang berhasil di wawancarai secara mendalam berjumlah 8 orang responden.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai data yang telah terkumpul, maka analisis data dibagi atas beberapa sub bab, yaitu :
1. Karakteristik responden
2. Analisis jawaban responden
3. Faktor-Faktor penyebab terjadinya pernikahan usia muda di kelurahan sawit
seberang kecamatan sawit seberang kabupaten langkat
5.1 Karakteristik Responden Informan Utama
Responden R
Usia Jenis
Kelamin Suku
Tanggal Pernikahan
Tanggal Lahir
Usia Anak
R1 20 tahun
Perempuan Jawa
31-10-2011 09-08-1994 2 tahun
R2 17 tahun
Perempuan Jawa
01-11-2014 16-02-1998 6 bulan
R3 20 tahun
Perempuan Jawa
24-12-2011 05-12-1994 3 tahun
R4 18 tahun
Perempuan Jawa
22-04-2014 05-08-1997 1,4
tahun
52
1. Identitas Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian yang di dapatkan dari 4 responden, di ketahui bahwa responden terbanyak berada di dalam rentan usia 16-17 tahun .tidak di
pungkiri bahwa usia rata-rata responden tersebut merupakan usia yang masih belum matang untuk melakukan pernikahan. Namun pada kenyataanya di
kelurahan sawit seberang memang kerap kali di temui pernikahan usia muda yaitu di bawah usia ideal seseorang untuk melangsungkan pernikahan, dimana
rata-rata usia pernikahan ideal adalah 25 tahun untuk wanita dan 27 tahun untuk pria. Dengan usia yang masih belasan tahun saat melakukan pernikahan artinya
,responden masih tergolong kedalam usia yang belum matang secara medis dan psikologinya untuk melakukan mernikahan dan menjalani bahtera rumah tangga.
2. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang didapatkan di lapangan diketahui bahwa keseluruhan responden yang berhasil di observasi berjenis kelamin perempuan. Terkait hal ini
, peneliti berasumsi bahwa remaja perempuan di lokasi penelitian lebih cepat menikah di banding remaja laki-laki. Hal ini di sebabkan karena laki-laki enggan
melangsungkan pernikahan karena beranggapan dirinya merasa masih belum siap menikah karena faktor ekonomi atau kemapanan. Laki-laki cenderung takut jika
nantinya anak istrinya akan sulit dinafkahi.
3. Identitas Responden Berdasarkan Suku
Berdasarkan data yang di dapat dari 4 responden informan utama dan 4 responden informan kunci dimana keseluruhan responden bersuku jawa.
Menimbang hal ini peneliti berasumsi kemungkinan yang terjadi bahwa latar belakang dan kebiasaan yang berlaku di lokasi atau lingkungan sekitar
53
responden tinggal, bisa jadi turut mempengaruhi terjadinnya pernikahan muda pada responden.
4. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal.
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari 4 responden, diketahui bahwa terdapat 1 responden yang tingkat pendidikan formalnya adalah SD, 2
responden yang tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMP dan 1 responden yang tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMA.
5. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang tua
Berdasarkan data yang di dapatkan dari responden dalam penelitian di lapangan, di ketahui bahwa 2 informan utama adalah anak yatim dan yang
bekerja adalah ibu mereka, dimana pekerjaan ibu mereka adalah assistant rumah tangga, sedangkan dan 2 informan utama yang lainnya diketahui masih memiliki
orangtua yang lengkap dan pekerjaannya adalah wiraswasta dengan penghasilan tidak menentu dan tidak tetap perbulannya.
6. Identitas Responden Berdasarkan Tanggal pernikahan dan Jumlah Anak
Berdasarkan data yang di dapatkan dari responden informan utama dalam penelitian di lapangan, di ketahui bahwa dua dari empat responden telah hamil
di luar nikah hamil duluan, dalam tabel 5.1 kita dapat bandingkan usia anak dengan tanggal pernikahan mereka. Pada tabel terlihat jelas responden ke-2
dua dan responden ke-4 empat. Kemudian pada responden yang lainnya penyebab mereka menikah bukan di karenakan hamil di luar nikah hamil
duluan. Namun di sebabkan oleh faktor lainnya.
54
5.1.1 Analisis Jawaban Responden
5.1.1.1 Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Kondisi Ekonomi Tabel 1
Responden R
Status Orangtua
Pekerjaan Penghasilan
Tanggungan Orangtua
Anak-ke
R1 Janda
AssistantRu mah tangga
± Rp 600.000 4
4
R2 Janda
Assistant Rumah
Tangga ± Rp 600.000
5 5
R3 Lengkap
Wiraswasta Tidak
tetap Tidak tentu
3 1
R4 Lengkap
Wiraswasta Tidak
Tetap Tidak tentu
2 1
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di
ketahui bahwa responden pertama yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu ST, adalah anak ke 4 dari 3
bersaudara, keseluruhan saudaranya adalah perempuan,responden ST juga masih memiliki orangtua. Namun keberadaan orangtua beliau sudah tidak
Responden 1 ST
55
lengkap lagi. Ayah ST meninggal ketika ST masih duduk di bangku SD. Dan kini orang tua yang dimilikinya hanyalah ibu saja. Sejak ayahnya meninggal
hanya sang ibu yang bekerja menghidupi 4 orang anaknya. Ibunya bekerja sebagai assistant rumah tangga.Tempat ibunya bekerja masih di sekitar
kampung saja seperti mencuci pakaian, menyetrika, dan sebagainya.Karena jarak tempat kerja dengan rumah sangat dekat ibunya tidak menginap
melainkan pulang hari saja.Saat itu kakak ST juga masih bersekolah.Kakak keduanya masih duduk di bangku SMA dan kakak ke tiga masih duduk di
bangku SMP.Untunglah kakak pertama sudah tidak bersekolah lagi jadi bisa membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dengan bekerja.Kakak
pertama bekerja menjaga sebuah toko kain di pasar. Dan di upah kira-kira Rp 250.000 dua ratus lima puluh ribu rupiah perbulannya. Sedangkan sang ibu
diupah dari hasil kerja menjadi assistant rumahtangga sebanyak kira-kira Rp 300.000 tiga ratus ribu rupiah. Dari sejumlah upah yang di dapatkan itulah
yang nantinya di gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk biaya sekolah anak-anaknya.tetapi sekarang orangtua sudah tidak bekerja lagi
dikarenakan anak-anaknya sudah menikah semua.Jadi untuk kebutuhan sehari-hari sudah di tanggung anak-anaknya yang kebetulan masih tinggal
satu rumah dengan ibunya.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui bahwa responden ke-dua, dimana saya samarkan namanya hanya
dengan menyebutkan inisialnya saja yaitu IL. IL adalah anak ke 5 dari 5 bersaudara.Ayahnya meninggal ketika IL masih duduk di bangku SD
Responden 2 ID
56
Sekolah Dasar.Dan sekarang yang tinggal hanyalah ibu responden, satu- satunya orang tua yang masih hidup. Ibu IL adalah assistant rumah tangga
dahulu keseringan juga memiliki pekerjaan sampingan berjualan makanan ringan dan terkadang mocok tankos tandang kosong kelapa sawit.
Penghasilan pun tidak menentu.Dahulu saat IL bersekolah tanggungan orangtua berjumlah 4 orang, anak pertama tidak dihitung karena sudah
menikah, jika sekarang tanggungan orangtua IL sudah tidak ada lagi.Dikarenakan semua anak-anaknya sudah menikah.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui
bahwa responden pertama yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu SS, adalah anak ke-1 pertama dari 3
bersaudara.SS masih memiliki orangtua yang lengkap.Pekerjaan orangtua responden adalah memocok tankos kelapa sawit.Dengan perkiraan penghasilan
perbulan lebih kurang adalah Rp 600.000 Enam Ratus Ribu Rupiah. Jumlah tanggungan orang tua dahulu adalah sebanyak 3 orang, tetapi sekarang tinggal 2
orang dikarenakan SS sudah menikah, jadi biaya kehidupan sudah menjadi tanggung jawab suaminnya.
Responden 3
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang peneliti lakukan, diketahui bahwa
responden ke- 4 ke empat yang saya samarkan namanya menjadi NM, adalah anak pertama dari dua bersaudara, responden sendiri masih memiliki
orangtua yang lengkap. Ayah dan ibu responden masih hidup.Diketahui ayah
Responden 4
57
responden bekerja merantau di Pekanbaru.Dan bulan lalu ibu responden menyusul ayahnya ke tempat kerjanya di pekanbaru.penghasilan orangtua pun
tidak menentu.”ujar NM, karena responden juga tidak mengetahui persis berapa penghasilan ayahnya perbulan.Sebelumnya tanggungan orangtua
responden hanya dua orang.yaitu responden dan adiknya. Tetapi sekarang responden sudah menjadi tanggungan suaminya.
Analisis data
Berdasarkan data tentang faktor ekonomi yang di dapat dari 4 responden informan utama, dua dari empat responden diketahui masih memiliki orang tua
yang lengkap dan selebihnya adalah anak yatim sudah tidak memiliki ayah. Dari data yang didapatkan bahwa status anak tidak memiliki orangtua juga turut
mempengaruhi responden untuk melakukan pernikahan usia muda dibawah usia 20 tahun. Kondisi ekonomi keluarga juga berdampak bagi responden untuk
melakukan pernikahan dengan alasan membantu mengurangi beban orangtua. Menurut hasil analisis peneliti, dari data yang didapatkan dilapangan diketahui
bahwa kondisi ekonomi keluarga mempengaruhi terjadinya pernikahan usiamuda pada 4 responden informan utama.Salah satu fungsi dari keluarga
adalah pemenuhan kebutuhan ekonomi.Dalam hal ini keluarga dinyatakan memiliki hambatan dalam memenuhi kebutuhan sekunder pada
anaknya.Kebutuhan skunder keluarga adalah kebutuhan yang diperlukan setelah semuakebutuhan pokok terpenuhi, contohnya kebutuhan rekreasi, kebutuhan
transportasi, kesehatan dan pendidikan.
58
5.1.1.2Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Faktor Lingkungan dan Kemauan Sendiri
Responden R
Usia Mengenal Pacaran
Jumlah Mantan Pacar
Tempat Favorit Saat
Kencan Jumlah Kencan
dalam 1 minggu
R1 15 tahun
3 Pantai
Banyurip Rumah
Kibot Jika ada
±2
R2 ±15tahun
4 Pantai
Banyurip Rumah
Kibot Jika ada
±2
R3 ±15 tahun
5 Pantai
Banyurip Rumah
Kibot Jika ada
±2
R4 ±15 tahun
5 PantaiBanyurip
Rumah Kibot Jika
ada ±2
Responden R
Menikah Adalah Pilihan
Responden Hal Yang
Mendorong Untuk
Menikah Teman yang Menikah di Bawah
Usia 20 Tahun
R1 Ya
Mengurangi beban
orangtua dan karena bosan
hidup sendiri Ada Banyak
R2 Ya
Mengurangi beban
orangtua dan Hamil
duluan Ada Banyak
R3 Ya
Tidak dapat meneruskan
kuliah Ada
R4 Ya
Hamil duluan Ada
59
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di
ketahui bahwa responden pertama yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu ST, telah mulai mengenal pacaran
pada usia 15 tahun yang pada waktu itu masih duduk di bangku SMP Sekolah Menengah Pertama. Dan sejak Responden duduk di bangku SMP
hingga menikah responden juga sudah bolak-balik berganti pacar, tetapi sekarang tinggal beberapa orang saja yang responden ingat. Dan tempat
favorit yang sering di kunjungi responden adalah “pantai banyurip”, sekilas namanya memang pantai, namun itu bukan pantai, melainkan sebuah sungai
dengan tepi bebatuan di pinggirnya. Sungai ini memang cukup indah dan dangkal jika tidak banjir, tepi nya cukup luas dan biasanya di belakang
tepinya terdapat semak-semak seperti tumbuhan rumput lalang yang menjulang cukup tinggi, perkebunan kelapa sawit juga mengelilingi sungai
ini.Penduduk sekitar sering menyebutnya dengan sebutan “Pantai”.Disinilah tempat hiburan penduduk setempat, biasanya mereka datang bersama
keluarga untuk berekreasi di pantai ini.Namun kebanyakan pengunjung yang terlihat adalah para muda-mudi yang datang bersama sahabat dan pacarnya,
mereka duduk di tepian bebatuan sambil bercengkramah.Disinilah tempat yang di maksud responden. Selain pantai tempat hiburan yang sering di
kunjungi saat berkencan adalah “Kibot”sebuah pertunjukan music jika ada orang yang sedang berpesta Tetapi biasanya kibot di kunjungi pada malam
hari, karena jika siang masih sepi yang menontonnya.
Responden 1
Dahulu dalam seminggu biasanya biasanya ST dengan pacarnya berkencan tiap malam minggu, terkadang malam kamis juga hari-hari tertentu.Tetapi
60
dalam keadaan tertentu bisa jadi tidak datang kerumah. Mereka biasa berkencan di depan rumah saja, atau jika bosan di rumah atau kebetulan ada
hiburan malam seperti kibot , mereka biasanya pergi menonton berdua. Menikah adalah pilihan “ST” .dikarenakan responden bosan hidup
sendiri dan niat yang sebenarnya responden menikah juga untuk hidup mandiri dan mengurangi beban orangtuanya, agar orangtuanya tidak ada
tanggungan lagi. Dan responden pun jadi ada yang mencarikan nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain “ST” juga ada teman-teman
sebaya dan sahabat responden yang juga menikah di usia muda yaitu dibawah 20 hingga dibawa 18 tahun. Responden sendiri memiliki 4 kakak. Dan kakak
ke-dua perempuan juga menikah di usia muda, yaitu kisaran usia 17 tahun juga.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di
ketahui bahwa responden ke-2 yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu IL, telah mulai mengenal pacaran pada
usia kira-kira 15 tahun,dan pada waktu lampau hingga menikah responden sudah 4 kali berganti pacar, dimana tempat favorit yang sering di kunjungi
responden pada saat berpacaran atau berkencan saat itu adalah pantai banyurip sebuah nama sungai di daerah kecamatan sawit seberang dan jika
pada malam hari atau pada malam-malam tertentu tempat hiburan atau tempat yang kerap kali di kunjungi saat kencan adalah dirumah atau menonton kibot
jika ada sebuah hiburan malam saat ada orang pesta. Dalam seminggu
Responden 2
61
biasanya responden berkencan keseringan 2 dua kali dalam semingguyaitu terutama di saat malam minggu dan malam kamis. Tanggapan tetangga saat
melihat mereka berkencan baik itu di depan rumah maupun saat pergi jalan biasanya setau responden hanya membiarkan saja dan tidak ada komentar
apapun. Menikah adalah pilihan responden, hal yang mendorong responden
menikah adalah responden ingin membantu mengurangi beban orangtuanya, selain itu hal lain yang menyebabkan responden menikah adalah responden
sudah tidak tahu lagi harus bagaimana dan melakukan apa dan bisa jadi penyebab utama responden menikah adalah hamil duluan. di satu sisi
memang responden sanya tamat SD, dan dia tidak tahulagi harus berbuat apa, dan kebetulan sudah ada laki-laki yang mapan dan sesuai, jadi responden
memutuskan untuk menikah. Selain responden, teman-teman atau sahabat responden menurutnya belum ada yang menikah namun pada hal ini
responden juga tidak tahu pasti kebenarannya.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui bahwa responden ke-3 tiga yang saya samarkan namanya dengan hanya
menyebutkan inisialnya saja yaitu SS, telah mulai mengenal pacaran pada usia kira-kira 15 tahun,dan pada waktu lampau hingga menikah responden
sudah beberapa kali berganti pacar. Dahulu biasanya tempat favorit yang sering di kunjungi responden saat berkencan adalah pantai banyurip di saat
sore hari dan biasanya jika berkencan pada malam hari responden cukup di rumah saja, kalaupun harus keluar rumah responden biasanya jika ada
Responden 3
62
kebutuhan tertentu saja atau jika ada hiburan kibot atau hiburan yang lainnya. Dalam seminggu biasanya sebanyak dua kali biasanya responden berkencan
atau apel, yang mana biasanya pada malam-malam tertentu dan keseringan adalah malam minggu dan malam kamis.Dahulu biasanya pada saat
berkencan menurut responden tetangganya juga tidak begitu peduli dan mereka bersikap biasa saja dan sebagaimana mestinya.
Dalam hal ini diketahui bahwa menikah adalah keinginan responden, dengan alasan bahwa orangtuanya juga mengizinkan responden. Menurut
orangtua responden jika sudah ada yang cocok dengan kata lain “sudah saling mencintai dan dari pihak laki-laki juga sudah punya pekerjaan
responden di izinkan untuk menikah. Hal lain yang mendorong responden untuk menikah adalah karena responden juga sudah tidak dapat melanjutkan
studi nya ke jenjang perguruan tinggi setelah tamat SMA Sekolah Menengah Atas, dikarenakan faktor ekonomi keluarga yang tidak memadai. Dan
memang tujuan responden menikah salah satunya adalah untuk mengurangi beban tanggungan orang tua, selain itu responden beranggapan jika menikah
di usia muda, kelak jika anak-anak telah tumbuh dewasa maka usia orang tua juga masih mudah. Kemudian selain responden diketahui bahwa beberapa
teman-teman responden ternyata juga ada yang melakukan pernikahan usia mudapernikahan dibawah 20 tahun.
63
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui
bahwa responden ke-4 empat yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu NM, telah mulai mengenal pacaran pada
saat responden duduk di bangku SMP,dan pada waktu lampau hingga menikah responden telah 5 lima kali berganti pacar.Dahulu tempat favorit
yang sering di kunjungi responden ketika berkencan adalah di pantai banyurip ketika siang, dan jika malam minggu atau malam tertentu responden
lebih sering di rumah.Kalaupun ingin keluar sekali-sekali.”ujar responden. Hal ini sama halnya dengan tiga responden sebelumnya.
Responden 4
Dalam satu minggu biasanya responden dengan pasangannya dahulu pergi berkencan atau melakukan apel biasanya dalam dua minggu sekali.Yaitu pada
malam minggu dan malam kamis.Tetapi tidak tentu juga ujar responden.Menurut responden tanggapan tetangga juga biasa saja.Menikah
adalah pilihan responden. Dalam hal ini peneliti tidak menanyakan suatu hal yang lebih dalam lagi, seperti tidak mengajuhkan pertanyaan tentang apa
yang mendorong responden menikah di usia yang masih tergolong muda yaitu usia 17 tahun. Karena peneliti sendiri sudah mengetahui
sebabnya.Menurut peneliti alasan responden menikah adalah karena responden telah hamil duluan.Peneliti memahami hal ini di karenakan melihat
dari data identitas responden sejak pertama kali identifikasi.Peneliti membandingkan data yang telah di dapatkan dari responden, bahwa di
ketahui responden lahir pada tanggal 05-08-1997, melihat tanggal lahir responden peneliti mengetahui bahwa usia responden saat ini adalah 18
64
tahun. Responden menikah pada tanggal 22 bulan 4 tahun 2014 dan saat ini usia anak pertama responden adalah 1,5 tahun.Dari data yang di dapatkan
terbukti hal yang mendorong responden untuk melakukan pernikahan adalah dikarenakan responden hamil duluan.Selain responden diketahui bahwa
teman-teman responden juga ada yang melangsungkan pernikahan di bawah usia 20 tahun.
Analisis Data
Berdasarkan data mengenai faktor lingkungan dan kemauan sendiri dari 4 responden informan utama, diketahuibahwa responden menikah diusia
muda salah satu penyebabnya selain kemauan sendiri adalah lingkungan yang mendukung. Seperti yang kita pahami usia 15 tahun adalah usia yang masih
remaja,Proses perkembangan yang di alami remaja akan menimbulkan permasalahan bagi mereka sendiri dan mereka yang berada dekat dengan
lingkungan hidupnya. Dari semua perubahan yang telah dan akan di alami pada masa remaja, tertinggal aspek aspek yang berarti bagi remaja, yang akan
di persatukan dalam suatu identitas diri. Sesungguhnya semua permasalahan selama masa peralihan di warnai oleh masalah utama, yakni pembentukan
identitas diri. Dalam pertaliannya dengan lingkungan dekat juga akan mempengaruhi tumbuh kembang seorang remaja. Dalam penelitian ini
diketahui bahwa banyak teman sebaya responden yang juga melakukan pernikahan usia muda. Menurut teori yang dikemukakan oleh Albert
Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika Serikat. Teori Bandura berdasarkan tiga asumsi , yaitu:
65
bahwa individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungannya, terutama perilaku-perilaku orang lain. Perilaku orang lain
yang ditiru disebut sebagai perilaku model atau perilaku contoh. Apabila peniruan itu memperoleh penguatan, maka perilaku yang ditiru itu akan
menjadi perilaku dirinya. Proses pembelajaran menurut proses kognitif individu dan kcakapan dalam membuat keputusan.
Terdapat hubungkait yang erat antara pelajar dengan lingkungannya. Pembelajaran terjadi dalam keterkaitan antara tiga pihak yaitu lingkungan,
perilaku dan factor-faktor pribadi. bahwa hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-
hari.Atas dasar asumsi tersebut, maka teori pembelajaran Bandura disebut social-kognitif karena proses kognitif dalam diri individu memegang peranan
dalam pembelajaran, sedangkan pembelajaran terjadi karena adanya pengaruh lingkungan social. Individu akan mengamati perilaku di lingkungannya
sebagai model, kemudian ditirunya sehingga menjadi perilaku miliknya. Dengan demikian, maka teori Bandura ini disebut teori pembelajaran melalui
peniruan. Perilaku individu terbentuk melalui peniruan terhadap perilaku di lingkungan, pembelajaran merupakan suatu proses bagaimana membuat
peniruan yang sebaik-baiknya sehingga bersesuain dengan keadaan dirinya atau tujuannya. Teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran,
pemahaman dan evaluasi. Proses pembelajaran menurut Teori Bandura, terjadi dalam tiga
komponen unsure yaitu : 1.Perilaku Model contoh
66
Individu melakukan pembelajaran dengan proses mengenal perilaku model perilaku yang akan ditiru, kemudian mempertimbangkan dan
memutuskan untuk meniru sehingga menjadi perilakunya sendiri. Perilakumodel ialah berbagai perilaku yang dikenal di lingkungannya.
Apabila bersesuaian dengan keadaan dirinya minat, pengalaman, cita-cita, tujuan, dsb, maka perilaku itu akan ditiru.
2.Pengaruh Perilaku Model Untuk memahami pegaruh perilaku model, maka perlu diketahui
fungsi model itu sendiri, yaitu: -
Untuk memindahkan informasi ke dalam diri individu -
Memperkuat atau memperlemah perilaku yang telah ada · - Memindahkan pola-pola perilaku yang baru.
3.Proses Internal Pelajar Model-model yang ada di lingkungan senantiasa meberikan ransangan
kepada individu yang membuat individu memberikan tindak balas apabila terjadi hubungkait antara ransangan dengan dirinya. Macam-macam model
boleh berasal dari ibu-bapak, orang tua, orang dewasa, guru, pemimpin, teman sebaya, anggota keluarga, anggota masyarakat, tokoh-tokoh yang
berpretise seperti penyanyi, pahlawan, bintang film dan sebagainya.
67
5.1.1.3 Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Faktor Pola Asuh Orangtua
Responden R
Di beri izin orangtua
kencan malam
Tanggapan orangtua saat
pergi berkencan
Orangtua ingin responden cepat
menikah Di
jodohkan
R1 Ya
Baik Tidak
Tidak R2
Ya Baik
Tidak Tidak
R3 Ya
Baik Iya
Tidak R4
Ya Baik
Tidak Tidak
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di
ketahui bahwa responden pertama yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu ST, Dalam hal ini dimana
responden juga diberikan izin terhadap orangtua jika akan pergi berkencan malam minggu atau malam-malam lainya jika ibu responden sudah percaya
pada pacarnya. Biasanya dahulu ketuka pacarnya datang orang tua responden juga menyambut baik dan memberikan kepercayaan kepada anaknya.,
Responden 1
Orangtua responden tidak menyuruh anaknya untuk cepat menikah, karena semua hal di pasrahkan terhadap anaknya, kapan anaknya merasa sudah ingin
dan siap untuk menikah.Dalam hal ini responden tidak di jodohkanmelainkan karena keinginan responden pribadi untuk menikah.
Kemudian berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci yaitu ibu responden dimana saya samarkan namanya menjadi ibu MA
68
diketahui bahwa, ibu responden sekarang sudah berusia 60 tahun dan berasal dari suku jawa, kemudian pendidikan terakhir ibu adalah SD Sekolah Dasar.
Dalam hal ini Ibu responden mengatakan bahwa sikap dan prilaku responden selama ini adalah baik, penurut, pendiam, namun ramah, dan tidak begitu
lasak.Ibu responden jarang mendengarkan curhat responden dikarenakan responden sendiri yang sangat jarang curhat kepada ibunya, terutama sebelum
menikah, masalah-masalah tertentu responden lebih senang curhat dengan temannya.Tetapi kadang kala terdapat masalah yang serius ibu responden
memang memberikan masukan-masukan dan solusi-solusi tertentu agar memiliki jalan keluarnya.
Responden bebas memilih apa yang menjadi kemauannya karena jarang sekali ibu responden mengatur atau memberikan batasan batasan terhadap
anaknya untuk melakukan sesuatu. Responden di berikan kebebasan selagi dalam batas kewajaran. Ibu responden juga tidak pernah membatasi kepada
siapa anaknya harus bergaul, asalkan temannya itu di anggap aman oleh ibu responden. Ibu responden juga mengijinkan anaknya untuk menikah di usia
17 tahun, karena pada saat itu responden sudah memutuskan untuk berhenti sekolah. Dan ibu responden merasa calon menantunya sudah mapan dan
sudah dianggap bisa menafkahi anak perempuannya itu. Menurut ibu responden menikah mudah tidak masalah asalkan keduanya sudah saling
suka dan siap atau calon suami dikatakan mapan.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui bahwa responden ke-2 dua yang saya samarkan namanya dengan hanya
Responden 2
69
menyebutkan inisialnya saja yaitu IL, Dalam hal ini dimana responden juga di berikan izinkepada orangtua saat akan pergi berkencan malam minggu atau
malam lainnya. Tanggapan dan sikap orangtua responden ketika melihat responden berkencan dengan pacarnya, diketahui bahwa responden juga di
berikan izin kepada orangtuanya asalkan jangan pulang larut malam. Orang tua responden juga tidak memerintahkan agar responden cepat
menikah. Hanya saja hal ini di karenakan kemauan responden sendiri. Responden memang ingin dirinya cepat menikah.karena responen tidak tahu
harus bagaimana lagi dan juga di karenakan responden sudah lelah bekerja. Dalam hal ini responden juga memilih calon suaminya sendiri, tanpa ada di
jodohkan oleh orangtuanya. Kemudia berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci
yaitu ibu responden, yang mana saya samarkan namanya menjadi ibu NW diketahui bahwa, ibu responden sekarang sudah berusia 56 tahun
, dan juga
bersuku jawa yang kebetulan tinggal di kebunsayur sawit seberang. pendidikan terakhir ibu responden adalah SD Sekolah Dasar dan ayah
responden sudah meninggal semenjak responden duduk di bangku Sekolah Dasar SD.
Menurut ibu responden IL merupakan anak yang baik, ibu responden juga sering mendengarkan curahan hati anaknya ketika anaknya sedang ada
masalah jika anaknya anaknya curhat atau tukar pikiran, masukan-masukan dan solusi juga sering diberikan orangtua responden jika responden sedang
ada masalah, semua itu delakukan untuk mencari pemecahan masalah dan jalan keluarnya. Ibu responden juga tidak pernah membatasi tentang apa
70
yang seharusnya dilakukan seperti aktivitas-aktivitas responden, sikap yang harus diambil dan lain sebagainya. Ibu responden memberikan kebebasan
kepada responden tentang sesuatu apapun asalkan tujuan dan niatnya baik.Ibu responden juga tidak pernah membatasi dengan siapa anaknya harus bergaul
selagi temannya itu adalah orang baik. Ibu responden menikah pada usia 16 tahun. Ibu responden juga
mengizinkan responden untuk menikah muda yaitu usia 16 tahun juga. Menurut ibu responden jika anak sudah saling senang namun tidak di
nikahkan orangtuanya akan berdosa. Menurut ibu responden jika anak sudah saling mencintai pasangannya dan dari pihak pria juga sudah mapan, menurut
ibu responden tidak ada salahnya jika mereka dinikahkan saja.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui bahwa responden ke-3 ke tiga yang saya samarkan namanya dengan
hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu SS, Dalam hal ini dimana dahulu saat berpacaran responden juga diberikan izin terhadap orangtua jika akan
pergi berkencan malam minggu atau malam-malam lainya. Dan tanggapan dan sikap orangtua responden juga baik jika pacarnya datang kerumah atau
dengan kata lain melihat responden dengan kekasihnya, kalaupun jika saat itu responden harus pergi kencan keluar rumah seperti jalan-jalan, oreangtua
responden tetap mengizinkan asalkan jika hendak pergi pamit dahulu kepada orangtua.
Responden 3
Orangtua responden juga mengizinkan responden menikah di usia muda, asalkan keduanya sudah saling cocok. Dalam hal ini responden tidak di
71
jodohkan, calon suami responden adalah murni pilihan responden sendiri, bukan karena hasil perjodohan orangtua.
Kemudian berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan kunci yaitu ibu responden dimana saya samarkan namanya menjadi ibu DH
diketahui bahwa, ibu responden sekarang sudah berusia 38 tahun dan berasal dari suku jawa, kemudian pendidikan terakhir ibu adalah SMP Sekolah
Menengah Pertama. Menurut ibu responden, responden SS, adalah anak yang baik. Responden memang jarang curhat kepada ibunya, tetapi ibunya
memang sering memberikan masukan-masukan dan solusi terhadap masalah yang sedang di hadapi anaknya.ibu responden sering mengingatkan
responden agar tidak bergaul dengan orang sembarangan. Tetapi dalam hal ini responden juga tetap di berikan kebebasan dalam memilih teman. Ibu
responden menikah kira-kira pada usia 17 tahun. Dan memang ibu responden sendiri mengizinkan anaknya SS menikah di usia yang tergolong muda.
Menurut ibu responden pernikahan dibawah usia sah-sah saja asal calon suami sudah mapan. .
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui
bahwa responden ke-4 ke empat yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu NM, Dalam hal ini dimana dahulu
saat berpacaran responden juga diberikan izin terhadap orangtua jika akan pergi berkencan malam minggu atau malam-malam lainya. Tanggapan dan
sikap orangtua dahulu saat responden berkencan baik-baik saja, di karenakan orang tua telah membolehkan anaknya berpacaran karena di anggap sudah
Responden 4
72
besar.Dalam halini orang tua tidak pernah memerintahkan responden untuk cepat menikah, dan responden juga tidak pernah di jodohkan dengan orang
tuanya.Dikarenakan menikah memang kemauan responden yang sudah menjadi keharusan.
Analisis Data
Berdasarkan data yang di dapat tentang pola asuh orangtua, rata-rata responden menjawab di izinkan keluar malam oleh orangtuanya ketika
hendak pergi berkencan, terutama berkencan pada malam hari, padahal usia mereka yang dapat di katakana masih tergolong anak-anak, dan tanggapan
orangtua responden baik.dalam hal ini peran dari pengawasan orangtua juga berpengaruh dalam terjadinya pernikahan usia muda.
73
5.1.1.4 Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Faktor Pendidikan
Responden R Pendidikan Formal
Terakhir Pendidikan Nonformal
Responden 1 SMP
-
Responden 2 SD
-
Responden 3 SMA
Komputer Responden 4
SMP -
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui
bahwa responden pertama yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu ST, tingkat pendidikan formal
terakhirnya adalah SMP sekolah menengah pertama. Sebenarnya responden pada saat itu sempat mengenyam pendidikan SMASekolah Menengah
Pertama tetapi tidak sempat menamatkan sekolah SMA nya dikarenakan faktor biaya, dan responden memang ingin meringankan beban orangtua.
Responden 1
Selain pendidikan formal seperti sekolah responden juga tidak pernah mengenyam pendidikan non formal, seperti pelatihan-pelatihan atau kursus-
kursus tertentu. Untuk biaya sekolah saja tidak mencukupi apalagi untuk mengikuti kursus ujar responden.Sedangkan tingkat pendidikan formal
terakhir ibu responden adalah SD sekolah dasar.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui bahwa responden kedua yang saya samarkan namanya dengan hanya
menyebutkan inisialnya saja yaitu IL.Tingkat pendidikan terakhir responden
Responden 2
74
adalah SD Sekolah Dasar. Salah satu hal yang menyebabkan responden hanya mengenyam pendidikan terakhir sampai sekolah dasar adalah tingkat
kemauan responden yang tergolong rendah, bukan hanya hal itu saja, masalah ekonomi keluarga juga sebagai pemicuh responden tidak dapat meneruskan
pendidikannya sampai kebangku SMP Sekolah Menengah Pertama.Selain pendidikan formal seperti sekolah responden juga tidak pernah mengenyam
pendidikan non formal, seperti pelatihan-pelatihan atau kursus-kursus tertentu. Kemudian tingkat pendidikan formal terakhir ibu responden adalah
SD Sekolah Dasar.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui bahwa responden ke-3 ke tiga yang saya samarkan namanya dengan hanya
menyebutkan inisialnya saja yaitu SS.Tingkat pendidikan terakhir responden adalah SMA Sekolah Menengah Atas.Selain pendidikan formal
sebelumnya responden memang pernah mengikuti pendidikan nonformal seperti kursus komputer tetapi tidak lama hanya sebentar saja. Dan untuk
pendidikan nonformal yang lain tidak ada. Tingkat pendidikan formal ibu responden adalah SMP Sekolah Menengah Pertama.
Responden 3
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui
bahwa responden ke-4ke empat yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu NM.Tingkat pendidikan terakhir
responden adalah SMP Sekolah Menengah Pertama.Di karenakan
Responden 4
75
responden tidak sempat menamatkan pendidikan di bangku SMA nya Sekolah Menengah Atas. Selain tingkat pendidikan formal sebelumnya
responden juga tidak pernah mengikutu pendidikan nonformal seperti les atau kursus tertentu.
Analisis Data
Berdasarkan data yang di dapat tentang faktor pendidikan, didapatkan bahwa dari keseluruhan responden informan utama hanya satu orang responden
yang berhasil menyelesaikan pendidikan formal sampai ke tingkat SMA Sekolah Menengah Atas. Dan orangtua mereka juga rata-rata tamatan SD
Sekolah Dasar. Dalam hal ini menurut peneliti tingkat pendidikan juga turut mempengaruhi responden untuk melakukan pernikahan di usia muda.Hal ini
bisa saja di sebabkan tingkat pengetahuan dan wawasan yang kurang memadai.
76
5.1.1.5 Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Faktor Ketidak tahuan
Responden Tentang Resiko Pernikahan Usia Muda
Responden R Mengetahui Tentang Resiko Pernikahan Usia Muda
R1 Tidak
R2 Tidak
R3 Ya
R4 Tidak
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui
bahwa responden pertama yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu ST, bahwa sebelumnya responden juga
tidak mendengar maupun mengetahui tentang resiko pernikahan usia muda atau menikah di usia muda. Sedikit pemahamanya tentang resiko pernikahan
usia muda yaitu dia takut adanya perceraian setelah menikah nantinya, responden juga tidak paham tentang resiko kesehatan dari pernikahan usia
muda. terutama seorang perempuan yang hamil dibawah usia 20 tahun, menyebabkan kehamilan beresiko. Tetapi responden memang tidak
mengetahui akan hal tersebut.
Responden 1
Kemudian Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui bahwa Ibu responden pertama yang saya samarkan namanya dengan
hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu MJ, diketahui juga tidak pernah
77
mendengar tentang kemungkinan resiko pernikahan usia muda, baik resiko yang di lihat dari sudut pandang psikologi, keharmonisan keluaraga, maupun
resiko kesehatan. Terutama resiko kesehatan tertinggi yang kemungkinan besar menyerang pihak perempuan,yang terjadi pada pasangan pernikahan
usia muda.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui bahwa responden ke-dua yang saya samarkan namanya dengan hanya
menyebutkan inisialnya saja yaitu IL, bahwa sebelumnya responden juga tidak pernah mendengar maupun mengetahui tentang resiko pernikahan usia
muda atau menikah di usia muda khususnya pernikahan yang berlangsung dimana pihak mempelai atau pasangan suami-istri masih berada dibawah 20
tahun.responden sendiri tidak pernah mendengar baik itu resiko fisik maupun fisikis dari pernikahan usia muda.
Responden 2
Kemudian Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui bahwa Ibu responden ke-dua yang saya samarkan namanya dengan
hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu NW, diketahui juga tidak pernah mendengar tentang kemungkinan resiko pernikahan usia muda, baik resiko
yang di lihat dari sudut pandang psikolog, maupun resiko kesehatan.Namun ibu responden sebenarnya memiliki rasa ketakutan dari pernikahan usia
muda, dimana akan berdampak kedalam masalah keharmonisan keluarga pasangan-suami istri tersebut, dikarenakan belum “nalar” ujarnya.
78
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di ketahui
bahwa responden ke-3 ke tiga yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu SS, diketahi bahwa responden
sebelumnya ternyata juga pernah mendengar resiko pernikahan usia muda yaitu resiko perceraian yang di sebabkan oleh terganggu nya keberfungsian
keluarga sehingga menyebabkan keharmonisan keluarga juga terganggu dimana dampak negatifnya adalah mengarah ke perceraian. Dan responden
juga mengetahui bahwa jika menikah di usia muda atau di bawah umur kemungkinan yang terjadi adalah kehamilan yang beresiko pada perempuan.
Responden 3
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan di
ketahui bahwa responden ke-4 ke empat yang saya samarkan namanya dengan hanya menyebutkan inisialnya saja yaitu NM, diketahi bahwa
responden sebelumnya ternyata juga tidak pernah mendengar resiko pernikahan usia muda. Baik itu resiko fisik maupun psikologi yang
kemungkinan besar di alami oleh pernikahan pasangan usia muda.
Responden 4
Analisis Data
Berdasarkan data yang di dapat tentang ketidak tahuan responden tentang resiko pernikahanusia muda, diketahui dari keseluruhan responden informan utama hanya 1
responden yang mengetahui tentang resiko bahaya pernikahan usia muda, baik itu resiko fisik-dan fisikis.Yang mana konsekuensi dari pernikahan usia muda dan
melahirkan di usia remaja adalah berisiko untuk melahirkan prematur dan berat
79
badan lahir rendah. Wanita yang menikah pada usia dini mempunyai waktu yang lebih panjang berisiko untuk hamil dan angka kelahiran juga lebih tinggi.
Perkawinan usia remaja juga berdampak pada rendahnya kualitas keluarga, baik ditinjau dari segi ketidaksiapan secara psikis dalam menghadapi persoalan sosial
maupun ekonomi rumah tangga, risiko tidak siap mental untuk membina perkawinan dan menjadi orang tua yang bertanggung jawab, kegagalan perkawinan, kehamilan
usia dini berisiko terhadap kematian ibu karena ketidaksiapan calon ibu remaja dalam mengandung dan melahirkan bayinya.wanita di bawah 20 tahun memiliki
resiko tinggi untuk penyakit dan kematian ketika menjalankan fungsi reproduksi. Memasuki usia 20 tahun secara medik fisik, biologis, endokrinologi serta psikologis,
dan emosional, peremuan memiliki kematangan menjalankan hak reproduksinya secara aman terutama dalam menghasilkan generasi bangsa Indonesia yang
berkualitas.Perkawinan usia remaja juga berdampak pada rendahnya kualitas keluarga, baik ditinjau dari segi ketidaksiapan secara psikis dalam menghadapi
persoalan sosial maupun ekonomi rumah tangga, risiko tidak siap mental untuk membina perkawinan dan menjadi orang tua yang bertanggung jawab.
80
5.2 Karakteristik Responden Informan Kunci
5.2.1 Karakteristik Responden Informan Kunci Orangtua Responden
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari
informan kunci yaitu ibu responden pertama yaitu ibu MJ di ketahui bahwa, Ibu MJ kini telah berusia 60 tahun, dan bersuku Jawa, Pekerjaan Ibu MJ
tidak menentu. Dahulu ibu MJ bekerja sebagai assistant rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya. Sekarang Ibu MJ sudah tidak bekerja lagi, di
karenakan semua anaknya sudah menikah dan kini kebutuhan ekonomi di tanggung oleh anak-anaknya. Dahulu tanggugan ibu MJ adalah empat orang
anak. Dan STMerupakan anak terakhir. Suami ibu MJ telah lama meninggal dunia, yaitu ketika anaknya ST duduk di bangku SD. Pendidikan terakhir Ibu
MJ adalah SD Sekolah Dasar.
Responden 1 MJ Ibu dari ST
Orang tua
responde n
AyahIb u
Usia Suku
Pekerjaa n
Penghasilan Tanggungan
Status Pendidik-
an terakhir
Ibu R1 MJ
60 tahun
Jawa Tidak
Tentu Tidak tentu
4 empat Janda
SD
IbuR2 NW
56 tahun
Jawa Tidak
Tentu Tidak Tentu
5 orang Janda
SD Ibu R3
DH 38
tahun Jawa
Ibu Rumah
Tangga -
2 orang Menikah
SMP
81
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari
informan kunci yaitu ibu responden ke-dua yaitu ibu NW di ketahui bahwa, Ibu NW kini telah berusia 56 tahun, dan bersuku Jawa, Pekerjaan Ibu Nw
juga tidak menentu. Dahulu ibu NW bekerja sebagai assistant rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya. Sekarang Ibu NW juga masih bekerja,
Dahulu tanggugan ibu NWadalah Lima orang anak. Dan IL Merupakan anak terakhir. Suami ibu NW telah lama meninggal dunia, yaitu ketika
anaknya IL duduk di bangku SD. Pendidikan terakhir Ibu NW adalah SD Sekolah Dasar.
Responden 2 NW Ibu dari IL
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari
informan kunci yaitu ibu responden ke-tiga yaitu ibu DH di ketahui bahwa, Ibu DH kini telah berusia 38 tahun, dan bersuku Jawa, Pekerjaan Ibu DH
adalah Ibu rumah tangga. Dahulu tanggugan ibu DH adalah dua orang anak. Dan SS Merupakan anak terakhir. ibu DH masih memiliki suami yang
pekerjaannya adalah wiraswasta , Pendidikan terakhir Ibu DH adalah SMP Sekolah Menengah Pertama.
Responden 3 DH Ibu dari SS
Dari keseluruhan data yang di dapat dari informan kunci yaitu orang tua responden, di ketahui bahwa rata-rata pendidikan formal terakhir Ibu responden
adalah di bawah SMA Sekolah Menengah Atas. Yang mana 1 dari 3 rerponden
Analisis Data
82
informan kunci orang tua pendidikan terakhirnya adalah SMP Sekolah menengah Pertama dan selebihnya hanya tamatan SD Sekolah Dasar. Orang
tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.Keluarga selain berfungsi sebagai pendidik juga sebagai pembimbing dan pendamping dalam
tumbuh kembang anak, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual.Mendidik anak adalah kewajiban orang tua. Keluarga merupakan lembaga pertama tempat
anak berpijak, dalam hal ini peran ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anaknya. Pendidikan, pengetahuan, dan wawasan seorang ibu sangat
mempengaruhi pola asuh yang di terapkan seorang ibu terhadap anaknya, kemudian pola asuh orangtua juga sangat mempengaruhi pembentukan sikap,
tingkahlaku, dan karakter seorang anak. Jumlah tanggungan orangtua juga berpengaruh terhadap pola asuh yang di
terapkan,Faktor Utama yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang tua yaitu Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua merasa bahwa
orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, maka mereka menggunakan teknik yang serupa dalam mendidik anak asuh mereka. Pendidikan
Orang Tua Orang tua yang memiliki pengetahuan lebih banyak dalam mengasuh anak, maka akan mengerti kebutuhan anak.
83
5.2.2 Deskripsi Jawaban Responden Berdasarkan Pola Asuh Orangtua
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari informan
kunci yaitu ibu responden pertama yaitu ibu MJ di ketahui bahwa, menurut ibu MJ sikap anaknya selama ini adalah baik, pendiam, dan tidak terlalu lasak.
Ibu MJ jarang mendengarkan curhat anaknya di karenakan anaknya sendiri yang jarang curhat ke orangtuanya, tetapi ibu MJ sering memberikan
masukan-masukan serta solusi ketika anaknya sedang ada masalah. Kontrol yang di berikan terhadap pergaulan anaknya juga kelihatan cukup baik.
Responden 1 MJ Ibu dari ST
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari informan
kunci yaitu ibu responden ke-dua yaitu ibu NW di ketahui bahwa, menurut ibu NW sikap anaknya selama ini adalah baik. Ibu NW jarang mendengarkan
curhat anaknya di karenakan anaknya sendiri yang jarang curhat ke orangtuanya, tetapi ibu NW sering memberikan masukan-masukan serta solusi
ketika anaknya sedang ada masalah. Kontrol yang di berikan terhadap
Responden 2 NW Ibu dari IL
Orang tua responden
Tanggapan Mengenai sikap
anaknya Mendengarkan
curhat Memberikan solusi
Kontrol yang di berikan terhadap
pergaulan anaknya
R1 Baik
Jarang Ya
Cukup baik R2
Baik Sering
Ya Kurang
R3 Baik
Jarang Ya
Cukup baik
84
pergaulan anaknya menurut peneliti kurang baik di karenakan ibuu NW terlalu memberikan kebebasan terhadap anaknya, percaya begitu saja dengan apa
yangdi lakukan anaknya.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari informan kunci yaitu ibu responden ke-tiga yaitu ibu DH di ketahui bahwa, menurut
ibu DH sikap anaknya selama ini adalah baik. Ibu MJ jarang mendengarkan curhat anaknya di karenakan anaknya sendiri yang jarang curhat ke
orangtuanya, tetapi ibu MJ sering memberikan masukan-masukan serta solusi ketika anaknya sedang ada masalah. Kemudian menurut peneliti kontrol yang di
berikan terhadap pergaulan anaknya juga kelihatan cukup baik.
Responden 3 DH Ibu dari SS
Analisis Data
Menurut analisis peneliti kontrol yang di berikan orang tua terhadap anaknya rata-rata masih tergolong kurang baik,padahal jika kontrol dan kehangatan orang
tua terhadap anak tinggi. Dengan begitu, anak memiliki regulasi diri, dia tahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak.Dalam keseharian, anak jadi ceria,
percaya diri, dan terbuka pada orang tua. Dan sebaliknya Kedekatan orang tua dengan anak rendah. Begitu juga kontrol dari orang tua terhadap si anak.Orang tua
cenderung menyerahkan semuanya pada anak dan membebaskan mereka, maka yang terjadi adalah sebaliknya anak cendrung tidak mau terbuka terhadap orangtuanya.
85
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari
informan kunci yaitu ibu responden pertama yaitu ibu MJ di ketahui bahwa, Ibu MJ memberikan kebebasan kepada anaknya dalam melakukan sesuatu.
Ibu MJ menikah pada usia 16 tahun. Ibu MJ juga mengizinkan anaknya untuk menikah di usia muda. Kemudian dalam hal ini menurut ibu MJ setuju
dengan pernikahan usia muda.
Responden 1 MJ Ibu dari ST
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari informan
kunci yaitu ibu responden ke-dua yaitu ibu NW di ketahui bahwa, Ibu NW memberikan kebebasan kepada anaknya dalam melakukan sesuatu. Ibu NW
menikah pada usia 16 tahun. Ibu NW juga mengizinkan anaknya untuk menikah di usia muda. Kemudian dalam hal ini menurut ibu NW setuju
dengan pernikahan usia muda.
Responden 2 NW Ibu dari IL
Orang tua responden
Memberikan Kebebasan terhadap
anak Usia Menikah
Mengizinkan Anak Menikah di
Usia Muda Tanggapan
Tentang Pernikahan Usia
Muda R1
Ya 16 tahun
Ya Setuju
R2 Ya
16 tahun Ya
setuju
R3 Ya
17 tahun Ya
setuju
86
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari
informan kunci yaitu ibu responden Ke-tiga yaitu ibu DH di ketahui bahwa, Ibu DH memberikan kebebasan kepada anaknya dalam melakukan sesuatu.
Ibu DH menikah pada usia 16 tahun. Ibu DH juga mengizinkan anaknya untuk menikah di usia muda. Kemudian dalam hal ini menurut ibu DH setuju
dengan pernikahan usia muda. Dalam hal ini orangtua respondensebagai informan kunci gagal diwawancarai, namun peneliti tetap mencari data dengan
cara observasi.
Responden 3 DHIbu dari SS
Analisis Data
Dalam point ini menurut analisis peneliti, rata-rata orangtua mengizinkan anaknya menikah di sebabkan oleh faktor kondisi ekonomi yang
sudah tidak memungkinkan seorang anak untuk melanjutkan studinya, dan kemungkinan lain di sebabkan karena seorang anak sudah hamil dulan. Jadi
mau tidak mau dan siap tidak siap anak tersebut harus di nikahkan. Kemudian rata-rata responden menjawab setuju dengan pernikahan usia muda, karena
menurut responden sah-sah saja jika sudah tidak lanjut sekolah, kemudian sudah ada pasangan yang cocok, jadi seorang anak sudah pantas di nikahkan.
Apalagi jika anak tersebut telah hamil duluan.
87
5.2.3 Deskripsi Jawaban Orangtua Responden berdasarkan pengetahuan mengenai Resiko Pernikahan Usia Muda
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari
informan kunci yaitu ibu responden pertama yaitu ibu MJ di ketahui bahwa, ternyata ibu MJ juga tidak memahami tentang resiko pernikahan Usia Muda.
Baik itu resiko fisik maupun resiko fisikis.
Responden 1 MJ Ibu dari ST
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari
informan kunci yaitu ibu responden ke-dua yaitu ibu NW di ketahui bahwa, ternyata ibu NW juga tidak memahami tentang resiko pernikahan Usia Muda.
Baik itu resiko fisik maupun resiko fisikis.
Responden 2 NW Ibu dari IL
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari
informan kunci yaitu ibu responden ke-tiga yaitu ibu DH di ketahui bahwa, ternyata ibu DH memahami tentang resiko pernikahan Usia Muda. Baik itu
resiko fisik maupun resiko fisikis.
Responden 3 DH Ibu dari SS
Orangtua Responden Memahami Resiko Pernikahan Usia Muda
R1 Tidak
R2 Tidak
R3 Ya
88
Analisis Data
Berdasarkan data yang di dapatkan tentang ketidak tahuan orang tua terhadap resiko pernikahan usia muda, dua dari tiga responden menjawab tidak mengetahui resiko
pernikahan usia muda, dan hanya satu responden yang memahami resiko pernikahan usia muda. Dalam hal ini menurut analisis peneliti ketidak tahuan responden tentang
resiko pernikahan usia muda, baik itu resiko fisik maupun fisikis, turut mempengaruhi orangtua dalam hal mengizinkan anaknya untuk menikah muda.
Mengingat hal tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa ketidak tahuan seseorang terhadap bahaya dan resiko pernikahan usia muda termasuk dalam salah
satu faktor penyebab terjadinya pernikahan usia muda.
89
5.2.4 Deskripsi Jawaban Responden Informan Kunci Kepala Lingkuan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah didapatkan dari informan kunci yaitu Bapak Dahlan di ketahui bahwa, tanggapan bapak
kepala lingkungan sebenarnya tidak setuju dengan pernikahan usia muda yaitu pasangan suami istri yang masih berusia belasan tahun,yangmana dianggap
belum matang dan biasanya penalaran juga masih kurang, kemudian mengingat kemungkinan resiko-resiko yang dapat terjadi pada pasangan
tersebut. Tetapi biasanya jika ada seseorang yang hamil duluan, hal ini mau tidak mau terpaksa di nikahkan walaupun usia orang tersebut masih tergolong
anak-anak. Kemudian selain itu ika pasangan mempelai sudah saling cocok dan orang tua juga sudah memberikan restu,dalam hal ini juga tidak dapat di
pungkiri pasangan tersebut untuk melakukan pernikahan. Menurut bapak kepala lingkingan pernikahan usia muda memang
sering terjadi, tetapi jumlahnya tidak sebanyak dahulu atau tahun-tahun sebelumnya. Kemudian terkait dengan tindakan masyarakat tentang aktivitas
dan pergaulan remaja di lingkungan tersebut juga baik selama pergaulannya tidak melanggar aturan yang berlaku dalam masyarakat.
Menurutnya Pengawasan orangtua juga berperan penting dalam perkembangan anak remajanya guna mencegah terjadinya pernikahan usia di
bawah umur.Didikan orangtua yang efektif itu menghasilkan anak jadi mampu memahami aturan-aturan di masyarakat
90
5.3 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Usia Muda
Dari penelitian yang telah di lakukan di kelurahan sawit seberang, sejak masa survey awal, observasi, hingga proses penelitian itu sendiri, permasalahan pernikahan usia
muda pada 4 responden informan utama di kelurahan sawit seberang pada umumnya memiliki tingkat masalah yang sama seperti pada kebanyakan daerah
lainnya. Bahwa faktor penyebab terjadinya pernikahan usia muda di sebabkan oleh, kemiskinan, atau faktor ekonomi, pendidikan, kemauan sendiri, hamil duluan, dan
lingkungan dan ketidaktahuan responden pada resiko pernikahan usia muda. Berdasarkan hasil analisis dari observasi dan wawancara mendalam, tampak
pernikahan usia muda pada 4 responden informan utama di kelurahan sawit seberang adalah adanya pengaruh yang kuat dari kondisi ekonomi keluarga
responden, hal ini terlihat pada tabel data tentang faktor kondisi ekonomi keluarga.Hal ini di perkuat dengan poin yang menyatakan bahwa rata-rata menikah
adalah disebabkan oleh kondisi ekonomi keluarga yang kurang memadai. Faktor penyebab kedua menyebabkan pernikahan usia muda pada 4 responden
informan utama di kelurahan sawit seberang, di klafisikan ke dalam kategori yang sering berhubungan yakni kemauan dari responden sendiri, pola asuh keluarga, dan
kondisi ekonomi keluarga. Ketiga faktor tersebut saling memberikan pengaruh terhadap peristiwa seseorang melakukan pernikahan usia muda di kelurahan sawit
seberang.Adanya inisiatif atau dorongan dari responden untuk membantu mengurangi beban ekonomi keluarganya, juga merupakan salah satu faktor
responden untuk memutuskan menikah di usia muda. Berdasarkan gambaran ini, menjelaskan bahwa terdapat sebuah kesadaran dari diri
seseorang untuk turut serta ambil bagian dalam membantu mengurangi beban
91
ekonomi keluarga melalui cara menikah di usia muda. Dengan demikian responden tersebut sudah bukan menjadi tanggungan orangtua lagi melainkan sudah menjadi
tanggungan suami.Karena pada dasarnya karakteristik ini tidak terlepas dari kategori kondisi ekonomi keluarga.
Faktor yang ke tiga adalah mengenai faktor pendidikan, dari hasil penelitian yang di lakukan peneliti, di dapatkan suatu gambaran bahwa pendidikan juga merupakan
faktor penyebab terjadinya pernikahan usia muda.Dimana pemahaman dan pengetahuan masih kurang.Sehingga pola berfikir responden juga masih kurang
matang.Rendahnya tingkat pendidikan juga berkaitan dengan faktor ekonomi keluarga, dimana kondisi ekonomi keluarga menyebabkan anak putus sekolah.
Faktor ke empat adalah faktor ketidaktahuan responden terhadap resiko pernikahan usia muda baik itu resiko fisik dan fisikis.Dari gambaran yang di dapat
menurut peneliti, faktor ini juga saling berkaitan dengan faktor pendidikan. Yangmana responden menikah di usia muda salah satunya juga di picuh oleh faktor
pendidikan.Dan faktor ke lima adalah faktor pola asuh orangtua responden.Yangmana hal ini masih berkaitan dengan faktor pendidikan.Atau latar
belakang pendidikan orangtua responden mempengaruhi pola asuh orang-tua dalam mendidik anak.
Melalui faktor-faktor yang telah di uraikan di atas, di ketahui bahwa keseluruhan faktor tersebut saling memberikan kontribusi dan mempengaruhi satu
sama lain dalam menyebabkan responden menikah di usia muda di kelurahan Sawit Seberang. Tetapi dalam hal ini factor yang mendominasi 4 responden menikah di
usia muda yaitu di bawah 18 tahun adalah faktor ekonomi Kemiskinan dan faktor lain penyebabnya adalah factor pendidikan, lingkungan, pola asuh orangtua,
92
kemauan sendiri dan hamil duluan. Kemudian faktor yang selanjutnya adalah disebabkan oleh factor ketidaktahuan responden terhadap resiko pernikahan usia
muda.
93
BAB VI PENUTUP