Hubungan Jenis Histerektomi Dengan Komplikasi Operasi Pada Pasien Dengan Kelainan Ginekologi Di RSUP. H. Adam Malik Medan Periode 1 Januari 2010 S/D 31 Desember 2012
BAB I PENDAHULUAN
SEMINAR HASIL PENELITIAN MAGISTER
HUBUNGAN JENIS HISTEREKTOMI DENGAN
KOMPLIKASI OPERASI PADA PASIEN DENGAN
KELAINAN GINEKOLOGI
DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
PERIODE 1 JANUARI 2010 S/D 31 DESEMBER 2012
OLEH:
Alfred Hara Sinuhaji
PEMBIMBING:
1. Dr. Yostoto B. Kaban, SpOG.K 2. Dr. Erwin Arsil, SpOG
PEMBANDING:
1. Prof. dr. Delfi Lutan, M,Sc, SpOG.K 2. Dr. Herbet Sihite, SpOG
3. Dr Edy Ardiansyah, M.Ked(OG), SpOG.K
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN-RSUD Dr. PIRNGADI 2014
(2)
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5
PEMBIMBING:
Dr. Yostoto B. Kaban, SpOG.K
Dr. Erwin Arsil, SpOG
PENYANGGAH :
Prof. dr. Delfi Lutan, M,Sc, SpOG.K
Dr. Herbet Sihite, SpOG
Dr Edy Ardiansyah, M.Ked(OG), SpOG.K
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister
(3)
KATA PENGANTAR
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Master Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi. Sebagai manusia biasa saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan khususnya tentang :
Segala puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat anugerahNya maka penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
“ HUBUNGAN JENIS HISTEREKTOMI DENGAN KOMPLIKASI OPERASI PADA PASIEN DENGAN KELAINAN GINEKOLOGI
DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
PERIODE 1 JANUARI 2010 S/D 31 DESEMBER 2012 ”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran USU Medan
(4)
2. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr.dr M. Fidel Ganis Siregar,SpOG(K), Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Henry Salim Siregar, SpOG (K), Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Dr. M. Rhiza Z. Tala, SpOG (K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr. M. Fauzie sahil, SpOG (K), Dr. Deri Edianto, SpOG (K), Prof. Dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Djafar Siddik, SpOG (K); Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG (K); Prof. DR. Dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K); Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K); Prof. Dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K); dan Prof. Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K); yang secara bersama-sama telah berkenan menerima saya untuk mengikuti pendidikan dokter spesialis di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
3. dr.Yostoto B. Kaban, SpOG (K) yang telah memberikan pengarahan kepada saya dalam melakukan penelitian ini sekaligus sebagai pembimbing utama saya bersama dengan dr Erwin Arsil, SpOG yang telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
.
4. Prof dr.Delfi,MSc SpOG K; dr. Herbet Sihite, SpOG, dr. Edy Ardiansyah, M Ked OG SpOG selaku penyanggah dan narasumber yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai..
(5)
5. dr. M Oky Prabudi, SpOG sebagai pembimbing
minirefarat magister saya yang berjudul “ TERAPI
OPERATRIF PADA ADENOMIOSIS UNTUK F E R T I L I T Y S P A R I N G ”.
6. dr. T. M Ichsan, SpOG selaku Bapak Angkat saya yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya dalam menghadapi masa-masa sulit selama pendidikan.
7. Kepada Dr. Surya Dharma, MPH, yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.
8. Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan. Semoga Yang Maha Pengasih membalas budi baik guru-guru saya.
9. Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
10. Direktur Rumkit tk.II Puteri hijau Kesdam II/BB, Medan beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama bertugas di Rumah sakit tersebut.
11.Direktur RSU Sundari Medan beserta staf yang telah memberi kesempatan dan sarana kepada saya untuk bekerja sama selama bertugas di Rumah Sakit tersebut.
(6)
12. Kepada seluruh teman sejawat PPDS yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, Dokter muda, bidan, paramedik, karyawan / karyawati di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU dan pasien pasien yang telah ikut membantu dan bekerja sama dengan saya dalam menjalani pendidikan Magister Kedokteran Klinis Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam malik.
Hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya sampaikan kepada kedua orang tua saya yang tersayang dan terkasih. Ayahanda alm Andy Ronald Sinuhaji, BA dan Ibunda Inganna Br. Sembiring, AmKeb, yang telah banyak membantu mendoakan dan memberikan dorongan dan perhatian kepada saya selama mengikuti pendidikan ini.
Buat kakak kandung saya yang tercinta Margaretha Emagda Bybyna Sinuhaji dan keluarga, terima kasih atas bantuan, dorongan semangat dan doa yang telah diberikan selama ini.
Kepada seluruh Keluarga handai tolan yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Medan, Juli 2014
(7)
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN BAB I BAB II ... ……….. ……….. ………. ………... PENDAHULUAN...
1.1. Latar Belakang Masalah... 1.2. Rumusan Masalah... 1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum……….. 1.3.2 Tujuan Khusus………. 1.4. Manfaat Penelitian ………
TINJAUAN PUSTAKA.... 2. 1. Epidemiologi dan Indikasi dari
Histerektomi... 2. 2. Faktor yang Mempengaruhi Angka Kejadian Histerektomi...
2.2.1 Usia... 2.2.2 Variasi Geografis... 2.2.3 Faktor Sosioekonomi... 2.2.4 Faktor Tenaga Kesehatan... 2.3. Indikasi Histerektomi... 2.4. Pemilihan Rute Histerektomi...
i iv v vi vii 1 1 3 3 3 3 4 5 5 6 6 7 7 8 8 14
(8)
BAB III
BAB IV
2.5. Komplikasi Histerektomi... 2.5.1. Demam dan Infeksi Intraoperative... 2.5.1.1. Demam... 2.5.1.2. Infeksi pada Area Operasi... 2.5.2. Trauma Saluran Kemih Bagian
Bawah... 2.5.3. Trauma Kandung Kencing... 2.5.4. Trauma Ureter... 2.5.5. Fistula Vesikovagina... 2.5.6. Trauma Usus... 2.5.7. Eviserasi Puncak Vagina……… 2.6. Kerangka Konsep...
Metodologi Penelitian...
3.1. Jenis Penelitian... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 3.2.1. Lokasi Penelitian... 3.2.2. Waktu Penelitian... 3.3. Objek Penelitian... 3.4. Metode Pengumpulan Data... 3.5. Kriteria Penelitian... 3.5.1. Kriteria Inklusi... 3.5.2. Kriteria Eksklusi... 3.6. Defenisi Operasional... 3.7. Alur Penelitian ... 3.8. Teknik Analisa Data...
Tabel Hasil dan Diskusi Pembahasan...
Tabel 4.1. Jumlah Penderita Mioma Uteri, Prolapsus Uteri, Hiperplasia Endometrium,
Adenomiosis... Tabel 4.2. Tabel Distribusi Penderita pada Jenis
Histerektomi Abdominal dan
16 18 18 19 20 20 21 21 22 23 24 25 25 25 25 25 26 26 26 26 26 27 29 30 31 31
(9)
BAB V
Histerektomi Vaginal………..………... Tabel 4.3 Tabel Distribusi Penderita pada Tekhnik
Total Histerektomi dan Subtotal
Histerektomi ………..………..………... Tabel 4.4 Tabulasi Silang Komplikasi Histerektomi Antara Jenis Histerektomi Abdominal Dan Vaginal Histerektomi….……..………... Tabel 4.5 Tabulasi Silang Komplikasi Histerektomi Antara Tekhnik Subtotal Histerektomi dan Total Histerektomi ………... Tabel 4.6 Tabulasi Silang Komplikasi Histerektomi Berdasarkan Indikasi Histerektomi……… Tabel 4.7 Rerata Perdarahan dari Berbagai Tindakan Histerektomi………... Tabel 4.8 Tabulasi silang Lama Rawatan antara
Jenis Histerektomi abdominal dan vaginal Histerektomi ………. Tabel 4.9 Tabulasi Silang Lama Rawatan antara Tekhnik total Histerektomi dan Subtotal Histerektomi ……… Tabel 4.10Rerata lama Rawatan dari berbagai
Tindakan Histerektomi………...
KESIMPULAN DAN SARAN ……….. DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN ………
32
34
36
40 42
44
46
46
47
49 50 53
(10)
DAFTAR GAMBAR
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Perkiraan PresentasI Histerektomi :
Amerika Serikat 2000-2004……….……….. 8
Tabel 2 Perbandingan Antara Rute Histerektomi……… 15
(12)
DAFTAR SINGKATAN
BMI Body Mass Index
OD Odds Ratio
IVP Intravenouspielography
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Karakterisik Subjek Penelitian Lampiran 2 Ethical Clearance
Lampiran 3 Tabel Induk Penelitian
(14)
MANUSCRIPT
“HUBUNGAN JENIS HISTEREKTOMI DENGAN KOMPLIKASI OPERASI
PADA PASIEN DENGAN KELAINAN GINEKOLOGI DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN
PERIODE 1 JANUARI 2010 S/D 31 DESEMBER 2012 Sinuhaji AH, Kaban YB, Arsil E, Lutan D, Sihite H, Ardiansyah E
Departemen Obstetri Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, 2014
ABSTRAK
Pendahuluan: Histerektomi adalah merupakan prosedur operasi mayor yang paling sering dilakukan dalam bidang ginekologi. Komplikasi sangat bervariasi tergantung dari rute histerektomi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis histerektomi dengan komplikasi operasi yang terjadi pada penderita kelainan ginekologi di bagian ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan periode 1 Januari 2010-31 Desember 2012.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan desain retrospektif study dengan memakai data sekunder dari data rekam medis. Didapatkan 152 pasien yang dilakukan tindakan histerektomi dengan berbagai indikasi. Lalu dilakukan analisa dan bubungan antara tindakan histerektomi dengan komplikasi yang terjadi.
Hasil: Berdasarkan rerata perdarahan, dari data hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna antara rerata perdarahan pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi (1038,96 + 521,609 )ml jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi (292,65 + 144,353)ml dengan nilai p < 0,05. Berdasarkan rerata lama rawatan, dari data hasil penelitian, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna antara rerata lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi (5,24 + 1,379) hari jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi (5,65 + 0,862)hari dengan p = 0,243.
Kesimpulan : Komplikasi lebih sedikit terjadi pada jenis tindakan vaginal histerektomi dibandingkan abdominal histerektomi
Kata Kunci: abdominal histerektomi, vaginal histerektomi, total histerektomi, subtotal histerektomi
(15)
“ASSOCIATION BETWEEN TYPE OF HYSTERECTOMIES AND COMPLICATION FOR PATIENT WITH ABNORMAL GYNECOLOGIC
AT H.ADAM MALIK HOSPPITAL
PERIODE JANUARI 1ST 2010 UNTIL DECEMBER 31ST 2012 Sinuhaji AH, Kaban YB, Arsil E, Lutan D, Sihite H, Ardiansyah E
Department of Obstetrics and Gynecology Faculty of Medicine-University of Sumatera Utara
Medan, 2014
ABSTRACT
Introduction: Hysterectomy is one of the most frequently performed major surgical procedure in gynecologic. The complications are dependent on the route of hysterectomy. This study was purposed to know the association between type of hysterectomies with its complication for patient with abnormal gynecologic.
Methods: This study was survey retrospective study with using data secunder from medical record. There were 152 patients with many different gynecology diagnose. This data has been analized to find the association between hysterectomy and its complication.
Result: In this study, there is significant differences of blood loss between abdominal hysterectomy (1038,96 + 521,609 )ml and vaginal hysterectomy (292,65 + 144,353)ml with p value < 0,05. And based on period of hospitalization, there is no significant difference between abdominal hysterectomy (5,24 + 1,379) days and vaginal hysterectomy (5,65 + 0,862) days.
Conclusion: There were fewer complication in vaginal hysterectomy rather than abdominal hysterectomy.
Key Word: abdominal histerektomi, vaginal histerektomi, total histerektomi, subtotal histerektomi
(16)
MANUSCRIPT
“HUBUNGAN JENIS HISTEREKTOMI DENGAN KOMPLIKASI OPERASI
PADA PASIEN DENGAN KELAINAN GINEKOLOGI DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN
PERIODE 1 JANUARI 2010 S/D 31 DESEMBER 2012 Sinuhaji AH, Kaban YB, Arsil E, Lutan D, Sihite H, Ardiansyah E
Departemen Obstetri Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, 2014
ABSTRAK
Pendahuluan: Histerektomi adalah merupakan prosedur operasi mayor yang paling sering dilakukan dalam bidang ginekologi. Komplikasi sangat bervariasi tergantung dari rute histerektomi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jenis histerektomi dengan komplikasi operasi yang terjadi pada penderita kelainan ginekologi di bagian ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan periode 1 Januari 2010-31 Desember 2012.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan desain retrospektif study dengan memakai data sekunder dari data rekam medis. Didapatkan 152 pasien yang dilakukan tindakan histerektomi dengan berbagai indikasi. Lalu dilakukan analisa dan bubungan antara tindakan histerektomi dengan komplikasi yang terjadi.
Hasil: Berdasarkan rerata perdarahan, dari data hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna antara rerata perdarahan pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi (1038,96 + 521,609 )ml jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi (292,65 + 144,353)ml dengan nilai p < 0,05. Berdasarkan rerata lama rawatan, dari data hasil penelitian, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna antara rerata lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi (5,24 + 1,379) hari jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi (5,65 + 0,862)hari dengan p = 0,243.
Kesimpulan : Komplikasi lebih sedikit terjadi pada jenis tindakan vaginal histerektomi dibandingkan abdominal histerektomi
Kata Kunci: abdominal histerektomi, vaginal histerektomi, total histerektomi, subtotal histerektomi
(17)
“ASSOCIATION BETWEEN TYPE OF HYSTERECTOMIES AND COMPLICATION FOR PATIENT WITH ABNORMAL GYNECOLOGIC
AT H.ADAM MALIK HOSPPITAL
PERIODE JANUARI 1ST 2010 UNTIL DECEMBER 31ST 2012 Sinuhaji AH, Kaban YB, Arsil E, Lutan D, Sihite H, Ardiansyah E
Department of Obstetrics and Gynecology Faculty of Medicine-University of Sumatera Utara
Medan, 2014
ABSTRACT
Introduction: Hysterectomy is one of the most frequently performed major surgical procedure in gynecologic. The complications are dependent on the route of hysterectomy. This study was purposed to know the association between type of hysterectomies with its complication for patient with abnormal gynecologic.
Methods: This study was survey retrospective study with using data secunder from medical record. There were 152 patients with many different gynecology diagnose. This data has been analized to find the association between hysterectomy and its complication.
Result: In this study, there is significant differences of blood loss between abdominal hysterectomy (1038,96 + 521,609 )ml and vaginal hysterectomy (292,65 + 144,353)ml with p value < 0,05. And based on period of hospitalization, there is no significant difference between abdominal hysterectomy (5,24 + 1,379) days and vaginal hysterectomy (5,65 + 0,862) days.
Conclusion: There were fewer complication in vaginal hysterectomy rather than abdominal hysterectomy.
Key Word: abdominal histerektomi, vaginal histerektomi, total histerektomi, subtotal histerektomi
(18)
BAB I PENDAHULUIAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Histerektomi adalah merupakan prosedur operasi mayor yang paling sering dilakukan dalam bidang ginekologi. Pada statistik Kanada, antara tahun 1981 sampai dengan tahun 1997, tindakan histerektomi menurun dari 937 menjadi 628 tindakan per 100.000 wanita antara usia 35 tahun. Pada tahun 1998-1999, 462 histerektomi dilakukan pada 100.000 wanita pada umur berkisar 20 tahun ke atas.
Histerektomi memiliki rentang indikasi yang sangat luas. Sangat sulit dalam menentukan indikasi yang jelas dalam melakukan tindakan histerektomi. Teknologi yang baru dilakukan mulai dari tindakan konservatif terhadap perdarahan uterus abnormal dan mioma uterus. Namun ada perbedaan teknologi baru ini jika dibandingkan dengan
histerektomi sebelumnya terhadap hasil jangka panjang dan
meningkatkan kualitas hidup pasien.
1
Tahun 1981-1982, 22 persen dari histerektomi dilakukan secara pervaginam. Pada tahun 1999-2000, proporsi dari histerektomi pervaginam meningkat menjadi 32 persen dari semua tindakan histerektomi di Kanada. Rata-rata lamanya rawatan rumah sakit juga menurun dari 9,7 hari pada tahun 1981-1982 menjadi 4,4 hari pada tahun 1999-2000. Namun, walaupun demikian, pilihan tindakan tersebut tetap tergantung dari keputusan ahli bedah itu sendiri dengan dibatasi oleh
(19)
persetujuan medis pasien itu sendiri. Pada abad 20, histerektomi abdominal telah menjadi tindakan pilihan dengan perbandingan 3 : 1 jika dibandingkan dengan histerektomi vaginal. Namun dengan perkembangan zaman, histerektomi dapat dilakukan secara laparoskopik dan robotik dengan indikasi yang sama.
Sama seperti tindakan bedah lainnya, komplikasi yang berhubungan dengan histerektomi harus bener-bener dipersiapkan sehingga ahli bedah dan pasien mengerti mengenai keuntungan dan kerugian dari tindakan tersebut. Angka kematian dari tindakan histerektomi diperkirakan 0,12 – 0,38 dalam setiap 1000 tindakan pembedahan, dan meningkat jika indikasinya dikaitkan dengan obstetri dan keganasan. Kunjungan rumah sakit ulangan sekitar 4% dalam tahun pertama setelah tindakan histerektomi.
2
Rata-rata angka komplikasi sangat bervariasi tergantung dari rute histerektomi. Rata-rata komplikasi yang paling rendah adalah simpel vaginal histerektomi. Histerektomi laparoskopi, sama seperti prosedur laparoskopi lainnya sangat berhubungan dengan dengan komplikasi prosedurnya sendiri.
3
(20)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, maka timbul permasalahan : “Bagaimana hubungan jenis histerektomi dengan komplikasi yang terjadi pada penderita kelainan ginekologi di bagian Ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan periode 1 Januari 2010-31 Desember 2012?”
I.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara jenis histerektomi dengan komplikasi operasi yang terjadi pada penderita kelainan ginekologi di bagian ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan periode 1 Januari 2010-31 Desember 2012.
1.3.1. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara jenis histerektomi dengan komplikasi operasi yang terjadi akibat jenis histerektomi pada penderita kelainan ginekologi di bagian ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan periode 1 Januari 2010-31 Desember 2012.
2. Untuk mengetahui hubungan antara teknik histerektomi dengan komplikasi operasi yang terjadi akibat tekhnik histerektomi pada penderita kelainan ginekologi di bagian ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan periode 1 Januari 2010-31 Desember 2012.
(21)
3. Untuk mengetahui hubungan antara jenis histerektomi dengan lama masa rawatan penderita kelainan ginekologi di bagian ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan periode 1 Januari 2010-31 Desember 2012.
4. Untuk mengetahui hubungan antara teknik histerektomi dengan lama masa rawatan penderita kelainan ginekologi di bagian ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan periode 1 Januari 2010-31 Desember 2012.
I.4. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini mempunyai manfaat :
1. Dengan hasil penelitian ini didapatkan informasi mengenai profil karakteristik dari tindakan histerektomi yang dilakukan terhadap penderita kelainan ginekologi pada RSUP Haji Adam Malik Medan 2. Dengan hasil penelitian ini didapatkan informasi mengenai
hubungan jenis histerektomi dengan komplikasi yang terjadi pada penderita kelainan ginekologi pada RSUP Haji Adam Malik Medan 3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khhususnya di bidang ginekologi.
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. EPIDEMIOLOGI DAN INDIKASI DARI HISTEREKTOMI
Pada saat ini, histerektomi merupakan operasi mayor kedua yang paling sering dilakukan pada wanita di Amerika Serikat, mengikuti operasi Seksio Sesarea. Lebih dari 600.000 histerektomi dilakukan setiap tahunnya di Amerika Serikat dengan biaya rata-rata 5 juta dolar. Namun terdapat angka penurunan yang berarti dalam beberapa dekade terakhir sekitar 10,4 dari 100 wanita pada tahun 1975 sampai 6 per 1000 wanita pada tahun 1997, menjadi 5,4 per 1000 wanita pada tahun 2002 dan 2004.. Penjelasan yang dapat diambil dari fenomena tersebut adalah dikarenakan adanya perubahan dari sikap wanita dan dokter dalam menyikapi tindakan histerektomi tersebut dan didapatkan peningkatan terapi alternatif lain terhadap kelainan ginekologi.
3
Pada beberapa dekade ini, perkembangan operasi histerektomi telah berkembang secara pesat. Sekitar dua pertiga histerektomi dilakukan perabdominal di Amerika Serikat dan telah berubah dalam dua dekade terakhir ini dikarenakan ditemukan keuntungan yang lebih pada pendekatan prosedur pervaginam dan perlaparoskopik, yang berupa lama rawatan, lama penyembuhan dan biaya yang diperlukan. Angka rata-rata dari histerektomi laparoskopi meningkat sekitar 0,3 % pada tahun 1990 menjadi 11,8% di tahun 2003. Sekitar 5,5 % dari histerektomi, mulut rahim dipreservasi (subtotal histerektomi).
(23)
2.2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN HISTEREKTOMI
Faktor yang ikut mempengaruhi tingkat angka histerektomi disamping indikasi medis adalah diantaranya : paritas, kesehatan yang rendah, menarche dini, peningkatan BMI, , status merokok, sosioekonomis yang rendah, geografi, dan faktor tenaga kesehatan. Usia juga mempunyai peranan penting dalam histerektomi. Beberapa penelitian juga menunjukkan perbedaan ras sangat berpengaruh terhadap tingkat kejadian histerektomi, antara wanita berkulit hitam dan berkulit putih. Hal ini mungkin disebabkan karena angka kejadian leiomioma sangat tinggi di wanita dengan ras kulit hitam.
3
Walaupun hubungan antara tingkat histerektomi dengan berbagai faktor belum sangat jelas, namun beberapa faktor telah ditetapkan berupa : usia, geografi, sosioekonomi dan faktor tenaga kesehatan.
2.2.1 Usia
Prevalensi histerektomi di Amerika Serikat meningkat sejalan mencapai puncaknya pada usia 75 tahun, dan kemudian menurun. Pada usia reproduksi ( 18-44) tahun, angka histerektomi mencapai 18 % dan pada usia 75 tahun mencapai 48%. Usia juga memegang peranan penting terhadap indikasi dari histerektomi itu sendiri.
(24)
2.2.2. Variasi Geografis
Prevalensi histerektomi juga berbeda dari setiap negara. Prevalensi histerektomi sangat tinggi di negara Amerika Serikat dan Australia yang merupakan 2 x lipatnya dari negara Norwegia, Denmark dan Italia. Begitu juga dengan rute dari histerektomi itu sendiri berbeda dari negara dengan negara yang lain. Sebagai contoh, proporsi dari hiterektomi perabdominal di Australia sekitar 46%-52 % dibandingkan dengan 80% di negara Inggris, dan 90% di Turki. Perbedaan tersebut belum dapat dijelaskan, namun dianggap karena adanya perbedaan sistem kesehatan dan kemampuan tenaga kesehatan itu sendiri.
3
2.2.3. Faktor Sosioekonomi
Rendahnya tingkat sosioekonomi berhubungan erat dengan peningkatan prevalensi histerektomi yang didapatkan data dari berbagai penelitian. Sebagai tambahan obesitas dan merokok juga mempunyai hubungan yang sama. Penelitian di Inggris menunjukkan bahwa hubungan antara rendahnya sosioekonomi dengan meningkatnya histerektomi. Namun penelitian lain di Inggris pada tahun 1920 dan 1930 menunjukkan hal yang sebaliknya. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan adanya perbedaan sistem kesehatan, perbedaan keputusan antara wanita dengan dokter, budaya yang berhubungan dengan infertilitas yang selalu berubah dari waktu ke waktu.
3
(25)
2.2.4. Faktor Tenaga Kesehatan
Faktor ini dianggap berperan dengan tingkat prevalensi histerektomi, termasuk di dalamnya jenis kelamin, jenis praktek, dan pengalaman kerja dari tenaga kesehatan itu sendiri.
3
2.3. INDIKASI HISTEREKTOMI
Secara garis besar, adapun indikasi dilakukannya tindakan histerektomi adalah untuk mengobati keluhan seperti: nyeri, pendarahan, dan ataupun keduanya. Berdasarkan perkiraan, leiomioma, prolapsus organ panggul dan endometriosis adalah indikasi yang paling sering dilakukan, sebanyak 70% dari semua tindakan histerektomi. 3
Tabel.1 Perkiraaan persentase Histerektomi : Amerika Serikat 2000-20045
Tahun
Indikasi
Kanker
Hiperplasia endometrium
Mioma uterus
Endometriosis
Prolapsus uterus
Lain-lain*
2000 8,9 2,3 44,2 15,3 15,5 13,6
2001 9,2 2,4 39,0 20,1 15,1 14,2
2002 9,2 2,6 41,6 17,8 13,5 15,4
2003 9,2 3,1 39,8 18,3 14,0 15,7
2004 9,4 3,0 38,7 17,1 14,5 17,3
Rata-rata
9,2 2,7 40,7 17,7 14,5 15,2
*Termasuk di dalamnya displasia dan kelainan menstruasi
Adaptasi dari Whiteman MK, Hillis SD, Jamieson DJ, et al : Inpatient Hysterectomy Surveillamce in United States, 2000-2004. Am J Obstet Gynecol 2008;198-34
(26)
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, usia memegang peranan penting dalam hubungannya dengan tindakan histerektomi. Pada usia reproduksi, mioma uterus, dan iregularitas dari menstruasi adalah indikasi terbanyak. Di usia post menopause, prolapsus organ panggul, premalignansi dan malignansi tumor adalah indikasi terbanyak.
Pada tahun 1997-2005, angka kejadian histerektomi untuk mioma uterus menurun walaupun angka kejadian perdarahan menstruasi, endometriosis dan nyeri meningkat. Hal ini mungkin dikarenakan adanya pengobatan aternatif lain terhadap penyakit ini tanpa perlu dilakukannya histerektomi.
Secara umum, sebelum dilakukan tindakan histerektomi, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan :
3
1. Pasien harus punya keturunan
3
2. Telah dilakukan terapi medis ataupun tindakan non operasi yang adekuat
3. Pemeriksaan telah dilakukan untuk mengetahui penyebab di luar rahim yang menyebabkan gejala yang dialami pasien atau berbagai penyebab yang dapat mengakibatkan tindakan histerektomi tidak tepat
4. Jika memang terdapat indikasi histerektomi, maka keganasan harus dapat disingkirkan
5. Persetujuan tindakan medis harus dilakukan termasuk di dalamnya keuntungan dan kerugian dari histerektomi dan dilakukan diskusi
(27)
Rekomendasi : Penyakit Jinak
1
• Leiomioma : untuk mioma yang memiliki gejala, histerektomi akan memberikan solusi tehadap menorargia dan gejala penekanan yang diakibatkan oleh pembesaran rahim (I-A
• Perdarahan uterus abnormal : lesi endometrium harus disingkirkan dan pengobatan alternatif harus dipertimbangkan sebagai terapi lini pertama. (III-A)
• Endometriosis : histerektomi sering diindikasikan karena adanya gejala yang berat dengan kegagalan terapi dengan pengpbatan dan fertilitas tidak lagi diinginkan. (I-B)
• Relaksasi Pelvic : pembedahan dengan histerektomi pervaginam menjadi indikasi yang bagus. (II-B)
• Nyeri Panggul : pendekatan multidisiplin sangat direkomendasikan, sebab sangat sedikit evindense dari histerektomi yang dianggap dapat mengobati dismenorea atau penyakit panggul yang lainnya (II-C)
Penyakit pre-invasive :
• Histerektomi diindikasikan terhadap hiperplasia endometrium dengan atipia . (I-A)
• Intraepitelial neoplasia servikal tidak merupakan indikasi untuk histerektomi (I-B)
(28)
• Simpel histerektomi sebagai pengobatan pilihan terhadap adenokarsinoma serviks insitu ketika penyakit invasive telah disingkirkan. (I-B)
Penyakit Invasive:
• Histerektomi telah diterima sebagai pengobatan ataupun prosedur staging untuk karsinoma endometrium. dapat berperan sebagai staging ataupun pengobatan terhadap karsinoma serviks, epitel ovarium dan tuba falopi. (II-B)
Kondisi Akut :
• Histerektomi diindikasikan sebagai pengobatan terhadap
perdarahan post partum yang tidak tertangani setelah pemberian medikamentosa dilakukan. (II-B)
• Abses Tubo Ovarium yang telah ruptur atau tidak respon dengan pemberian antibiotik dapat diterapi dengan histerektomi dengan bilateral salphingo-oophorektomi pada beberapa kasus (I-C)
• Histerektomi diperlukan pada kasus menorargia yang akut sebagai pertimbangan lain dengan terapi medikamentosa. (II-C)
Indikasi lain :
• Konsultasi dengan ahli onkologi atau genetik diperlukan dalam mempertimbangkan histerektomi dan oophorektomi propilaktik pada riwayat keluarga dengan kanker ovarium (III-C)
(29)
Pendekatan Pembedahan :
• Rute vaginal menjadi pilihan pertama untuk semua kondisi jinak. Pendekatan laparoskopik harus dipertimbangkan.
2.4. PEMILIHAN RUTE HISTEREKTOMI
Pemilihan rute histerektomi ini didasarkan kepada individualisasi pasien itu sendiri dan indikasi pembedahan. Faktor yang sangat penting dalam hal ini adalah tingkat keparahan penyakit dan perlunya prosedur tambahan, resiko dan keuntungan histerektomi itu sendiri, pilihan pasien, kompetensi ahli bedah, dan tersedianya fasilitas. Dalam memilih rute histerektomi, ahli bedah harus memikirkan beberapa faktor yang diantaranya :
6
1. Akses apa yang terbaik yang dapat dilakukan untuk mengobati penyakit sehingga memerlukan histerektomi?
2. Rute manakah yang paling aman terhadap pasien? Teknik yang mana yang memiliki resiko paling kecil terhadap pasien?
3. Adakah tindakan spesial atau tindakan tambahan yang masih diperlukan? Dan akses mana yang terbaik terhadap tindakan tersebut?
4. Tindakan mana yang terbaik yang dapat dilakukan sehingga pasien cepat sembuh?
5. Apakah pasien setuju setelah mendapat penjelasan terhadap prosedur tindakan ini?
(30)
Adanya penyakit tambahan diluar uterus, misalnya penyakit adneksa, endometriosis, tumor pada Kavum Douglas, atau adhesi pelvis menjadi penghalang dilakukannya histerektomi per abdominal. Oleh karena itu diagnosa ataupun pemeriksaan diperlukan sebelum dilakukannya tindakan tersebut, yaitu laparoskopi yang kemudian diikuti dengan tindakan histerektomi pervaginal.
Laparaskopi operatif yang dilakukan terhadap rahim masih menjadi perdebatan mengenai indikasi yang tepat dan keuntungan dan kerugiannya bila dibandingkan dengan tipe histerektomi yang lain.
(31)
Gambar 1 Pemilihan Rute Histerektomi6
Iya tidak
Iya Iya tidak
Iya Iya tidak tidak
tidak Iya
Atau Atau
Tidak
Iya
Iya Tidak
Tidak Iya
Tindakan Histerektomi untuk Kelainan Ginekologis Aksesbilitas uterus Tindakan Histerektomi untuk Kelainan Ginekologis Adanya kemungkinan dilakukan histerektomi laparoskopi Uterus < 280 gr
(<12 minggu)
Dapat diakukan pengecilan massa Patologi berada pada
uterus Abdominal
histerektomi Histerektomi laparoskopi Histerektomi Pervaginam Pemeriksaan Laparoskopi Pencarian ekstra-uterine patologi
Laparoskopi operatif jika diperlukan
Adanya endometriosis berat dengan adhesi Aksesbilitas dari
(32)
Tabel 2. Perbandingan antara Rute Histerektomi Histerektomi Vaginal
6
Histerektomi Laparaskopi Versus Abdominal
Histerektomi
Versus Laparoskopi Histerektomi
Versus Abdominal Histerektomi Rawat inap yang
singkat
Cepat kembali ke aktivitas yang normal
Penurunan angka kejadian demam
Waktu operasi yang lebih singkat
Pemulihan yang lebih cepat untuk kembali ke aktifitas normal.
Rawat inap yang singkat,Jumlah darah yang hilang lebih sedikit, penurunan Hb juga sangat sedikit
Penurunan kejadian
demam dan infeksi luka yang sedikit
Waktu operasi relatif lama namun tingginya
kejadian trauma
kandung kencing dan ureter
Berdasarkan review dari Cochrane, telah ditetapkan bahwa histerektomi pervaginam menjadi rute dalam melakukan histerektomi.7
(33)
2.5. KOMPLIKASI HISTEREKTOMI
Penelitian dari Maryland Women’s Health, penelitian kohort prosepective dari 1299 wanita yang dilakukan histerektomi untuk penyakit yang bukan keganasan, dilaporkan 66,8% dari pasien memiliki satu atau lebih dari komplikasi sedang, 11,1% memiliki satu atau lebih dari komplikasi berat, dan hanya 0,7% yang mendapatkan komplikasi berat. (kjerulff et al 200a). Kunjungan ulangan ke rumah sakit yang berkaitan dengan histerektomi sekiar 4% dalam tahun pertama. Dengan alasan yang paling sering adalah komplikasi luka operasi, perlengketan karena operasi, sumbatan saluran pencernaan, dan masalah dari saluran kemih. 8
Angka rata-rata komplikasi sangat bervariasi tergantung dari rute histerektomi itu sendiri. Angka komplikasi yang paling rendah adalah simpel vagina histerektomi, walaupun komplikasi itu sendiri akan meningkat bersamaan dengan tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki prolaps. Penelitian yang membandingkan antara laparoskopi dengan histerektomi abdominal dan antara laparoskopi dengan histerektomi pervaginam untuk penyakit non keganasan ( Garry et al, 2004). Sebanyak 1346 pasien yang dilakukan operasi, uterus dengan besar lebih dari usia kehamilan 12 minggu dan prolapsus uterus dengan grade 2 atau lebih di singkirkan.
(34)
Tabel 3. menunjukkan komplikasi yang terjadi. 9
Komplikasi
Abdominal Vaginal
Abdominal histerektomi
(%)
Laparoskopi histerektomi
(%)
Vaginal Histerektom
i (%)
Laparaskopi Histerektomi
(%) Sedikitnya
komplikasi mayor *
6,2 7,2 5,4 6,7
Konversi intraoperative
menjadi laparotomi
- 3,9 4,2 6,7
Perdarahan banyak
2,4 4,6 2,9 5,1
Cedera usus 1 0,2 0 0
Cedera ureter+ 0 0,9 0 0,3
Cedera kandung
kencing
1 2,1 1,2 0,9
Lain-lain - 2,1 2,4 1,8 3,9
*selain konversi intraoperatif menjadi laparotomi
+perdarahan banyak didefenisikan perdarahan yang membutuhkan transfusi darah
-termasuk di dalamnya komplikasi anastesi, kembali ke ruang operasi, hematoma, wound dehiscense.
(35)
Penelitian ini juga memperlihatkan keuntungan yaitu rasa sakit yang sedikit, rawatan lebih singkat, penyembuhan yang cepat dan meningkatnya kualitas hidup pada pasien degan histerektomi laparoskopi.9
Komplikasi intraoperative yang paling serius dari histerektomi adalah perdarahan dan cedera dari saluran kemih bagian bawah. Dengan defenisi perdarahan adalah kehilangan darah lebih dari 1000 ml atau dengan kriteria perdarahan yang memerlukan transfusi darah. Dengan menggunakan defenisi tersebut, perdarahan pada saat histerektomi berkisar antara 1 % sampai 3%. Perdarahan setelah operasi biasanya terjadi dari pembuluh darah dari uterus dan ovarium. Perdarahan arteri dari vagina biasanya dari ikatan arteri uterina yang terlepas. Perdarahan dari vena dapat menyebabkan hematoma panggul. Berdasarkan riview sistematis dari Cochrane, angka transfusi antara abdominal, vaginal atau laparoskopi, subtotal histerektomi memiliki angka yang paling rendah dalam perdarahan. Resiko perdarahan meningkat dengan adanya endometriosis , keganasan, pembesaran uterus dengan mioma (> 500gr) dan adanya massa pelvic yang ditemukan durante operasi. 9
2.5.1. Demam dan infeksi intraoperative10 2.5.1.1 Demam
Komplikasi post operatisi yang paling sering adalah demam yang terjadi sekitar 10%-20% wanita. Hal ini terjadi dikarenakan berbagai alasan : 1) infeksi pada area operasi, 2) infeksi dari tempat yang jauh dari
(36)
area operasi, 3) penyebab yang tidak diketahui. Demam dapat mengakibatkan peningkatan lama rawatan sekitar 1 sampai 2 hari. Demam yang tidak hilang dengan tanda dan simptom dan adanya temuan laboatorium dengan sangkaan berasal dari area operasi, membutuhkan antibiotik.
2.5.1.2. Infeksi pada Area Operasi10,11,12
Walaupun data yang ada sangat bervariasi, namun infeksi pada daerah operasi histerektomi berkisar antara 3%-5%, dan meningkat 12% pada wanita obese. Faktor pasien yang dapat meningkatkan infeksi pada area operasi : obesitas, usia, kondisi medis, kehilangan darah, trauma jaringan, malnutrisi, merokok, flora normal pada vagina, immunosupresif (Walsh et al, 2009; Boesch and Umek,2009). Faktor yang mempengaruhi wanita obese menyebabkan peningkatan angka infeksi dikarenakan : sedikitnya vaskularisasi subtcutaneus, peningkatan tekanan intraabdomen yang menyebabkan regangan pada jahitan luka operasi, pertumbuhan bakteri pada kulit, angka prevalensi hiperglisemia, lamanya operasi, dan penurunan kadar antibiotik profila ksis pada jaringan ( walsh et al, 2009). Rute histerektomi juga sangat berperan: Rievie Cochrane (Nieboer et al 2009) melaporkan bahwa histerektomi vagina memiliki angkat komplikasi demam dan infeksi yang paling sedikit dibandingkan dengan histerektomi abdominal (OR 0,42). Dan histerktomi laparoskopi lebih sedikit infeksi dinding abdomen dibandingkan dengan histerekotomi abdominal (OR 0,31).
(37)
2.5.2.Trauma Saluran Kemih bagian bawah10
Termasuk di dalamnya trauma kandung kencing, trauma ureter, trauma urethral, fistula vesikovagina, sekitar 0,5%-3% dari tindakan histerektomi. Terdapat peningkatan kejadian trauma saluran kemih bagian bawah pada wanita dengan riwayat operasi seksio sesarea, penyakit panggul, kehamilan, keganasan. Sistematis review dari 27 penelitian memperlihatkan histerektomi laparoskopi memiliki resiko 2,6 kali mengalami resiko trauma saluran kemih dibandingkan dengan histerektomi perabdominal.
2.5.3. Trauma kandung kencing10
Trauma kandung kencing yang terjadi pada histerektomi sekitar 0,5-2% dari semua kasus. Beberapa penelitian memperlihatkan peningkatan trauma kandung kencing pada histerektomi pervaginam, namun penelitian lainnya tidak. Trauma kandung kencing terjadi karena ligasi, trauma panas dan kauter, atau sistostomi. Perlengketan antara uterus dan kandung kencing, misalnya pada riwayat operasi seksio sesarea, dapat meningkatan angka kejadian sistostomi. Dan usaha untuk memperbaiki trauma kandung kencing harus secepat mungkin dilakukan karena dapat meningkatkan angkat kesakitan seperti demam, peningkatan lama rawatan, fistua vesiko vagina, dan tambahan operasi lainya. Jika ada sangkaan terjadinya trauma pada kandung kencing, maka dapat dilihat dengan melakukan pengisian secara retrograde kandung kencing dengan cairan methyen blue, dan dilihat ada atau tidaknya ekstravasasi dari
(38)
cairan tersebut. Jika terjadi trauma kandung kencing, dapat dijahit dengan menggunakan benang 2-0/3-0.
2.5.4. Trauma ureter10
Resiko terjadinya trauma ureter terjadi pada 0,2%-0,8% setelah abdominal histerektomi, 0,05% - 1% setelah vaginal histerektomi, dan 0,2%-3,4% setelah laparoskopi histerektomi. Lokasi yang paling sering adalah 3-4 cm distal ureter pada tempat bersilangnya ureter dengan arteri uterina memasuki kandung kencing. Penilaian trauma ureter harus dilakukan secara cepat selama operasi untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.
Jika terdapat kecurigaan terjadinya trauma ureter, maka durante operasi dapat dilakukan sistoskopi dengan indigo carmine untuk melihat patensi ureter. Dan sebagai tambahan, bahkan ada beberapa para ahli yang menyarankan melakukan sistoskopi secara rutin terhadap semua tindakan histerektomi. Ureteral cateter dapat ditempatkan sebelum operasi walaupun tidak direkomendasikan. Intraoperative retrograde uterogram sangat efektif dalam melokalisasi trauma ureter dan sangat efektif dalam memeperbaiki ureter tersebut. Tehnik lain adalah dengan melakukan open atau laparoskopi dengan retroperitoneal diseksi ureter untuk melihat truma, atau dengan sistoskopi melalui insisi sistostomi.
2.5.5. Fistula Vesikovagina10
Komplikasi ini merupakan komplikasi jarang dalam histerektomi dengan angka insidensi 0,1%-0,2%. Langkah yang dapat dilakukan untuk
(39)
menghindari komplikasi ini adalah dengan mengidentifikasi tempat yang tepat antara serviks dan kandung kencing, dengan menggunakan gunting diseksi daripada menggunakan diseksi secara tumpul atau elektrokauter. Melalui penelitian dengan menggunakan hewan, kejadian fistula sangat erat hubungannya dengan trauma kandung kencing yang tidak terdeteksi. Diagnosis dapat dilakukan dengan menggunakan sistoskopi atau mengisi kandung kencing dengan methylen blue dan menempatkan tampon pada vagina. Jika tidak ada tampak methilen blue, maka fistel harus ditegakkan dengan menggunakan rute intravenous atau dengan menggunakan evaluasi radiologis dengan IVP atau CT-Scan. Fistula yang kecil dapat sembuh spontan setelah 6-12 minggu setelah dilakukan drainage vagina, namun jika tidak terjadi penyembuhan, terapi operasi diperlukan.
2.5.6. Trauma Usus10
Trauma usus terjadi sekitar 0,1%-1% dari tindakan histerektomi. Trauma usus halus biasanya terjadi saat hendak memasuki kavum abdomen terutama pada pasien dengan adhesi intrabdomen. Laserasi kecil dapat diperbaiki dengan jahitan dua lapis Trauma usus dapat dilakukan penjahitan dua lapisan, lapisan pertama dengan benang 3-0 yang dapat diabsobrsi untuk mukosa dan lapisan kedua dengan menggunakan benang silk 3-0/2-0 dengan jahitan interrupted. Trauma rektum sering terjadi pada tindakan histerektomi pervaginam, ketika melakukan usaha perbaikan rektokel, atau pada kasus perlengketan kavum douglas dengan keganasan atau malignansi. Laserasi kecil dapat
(40)
diperbaiki dengan jahitan dua lapis namun jika laserasi besar harus dilakukan tindakan pembedahan diversi colostomi atau rektal reseksi.
2.5.7. Eviserasi Puncak Vagina10,13
Dehisense dari puncak vagina sangat jarang terjadi, apakah dengan atau tanpa eviserasi dari usus halus, sangat jarang namun dapat terjadi dengan menggunakan operasi robotik atau total laparoskopi. Waktu rata-rata antara terjadinya eviserasi tersebut sekitar 11 minggu, dan 6 dari 10 pasien dengan komplikasi ini mengalami juga eviserasi usus. Penelitian terbaru menunjukkan terjadinya eviserasi puncak vagina pada penggunakan bedah robotik dan radikal histerektomi 4,1% dengan eviserasi usus sepertiga kasus (Kho et al 2009).
(41)
2.6. KERANGKA KONSEP
K O M P L I K A S I
(42)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan desain retrospektif study dengan memakai data sekunder dari data rekam medis pada semua pasien dengan kelainan ginekologi yang dilakukan tindakan histerektomi pada RSUP Haji Adam Malik Medan dari tahun 1 Januari 2010 s/d 31 Desember 2012.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan alasan rumah sakit tersebut merupakan pusat pelayanan kesehatan yang besar di Medan, mudah dijangkau oleh masyarakat, dengan jumlah pasien relatif banyak. Rumah sakit tersebut memiliki ahli-ahli kebidanan, fasilitas memadai dan data-data rekam medis yang lengkap. Selain itu, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit rujukan pusat untuk kota medan umumnya.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian mulai dilaksanakan pada 1 September 2013 s/d 31 November 2013.
(43)
3.3. Objek Penelitian
Data seluruh penderita kelainan ginekologi yang dilakukan tindakan histerektomi di bagian ginekologi RSUP Haji Adam Malik, Medan periode 1 Januari 2010 s/d 31 Desember 2012.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam medik seluruh penderita kelainan ginekologi yang dilakukan tindakan histerektomi di bagian RSUP Haji Adam Malik, Medan periode 1 Januari 2010 s/d 31 Desember 2012, kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diteliti.
3.5. Kriteria Penelitian 3.5.1. Kriteria Inklusi
o Semua pasien dengan kelainan ginekologi yang dilakukan prosedur
histerektomi.
3.5.2. Kriteria eksklusi
o Pasien dengan kelainan ginekologi yang dilakukan prosedur
histerektomi, namun durante operasi terdapat adhesi yang luas terhadap organ abdomen.
(44)
3.6. Defenisi Operasional
o Kelainan ginekologi adalah kelainan pada penderita dengan
diagnosa mioma uteri, adenomiosis, hiperplasia endometrium, dan prolapsus uteri.
o Total Abdominal Histerektomi adalah pengangkatan rahim beserta
mulut rahim dengan melakukan insisi di dinding perut.
o Subtotal Abdominal Histerektomi adalah pengangkatan rahim tanpa
mulut rahim dengan melakukan insisi di dinding perut.
o Total vaginal histerektomi adalah pengangkatan rahim dengan
mulut rahim melalui vagina.
o Mioma uteri adalah kelainan jinak pada rahim yang berasal dari otot
dinding rahim yang ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi.
o Adenomiosis adalah kelainan jinak dari uterus dimana endometrium
tumbuh ke dalam lapisan miometrium yang ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi.
(45)
o Prolapsus alat genitalia dapat yaitu suatu organ genitalia turun ke
dalam vagina, bahkan keluar liang vagina.
o Hiperplasia endometrium yaitu proliferasi dari kelenjar menjadi
bentuk yang tidak beraturan dan ukuran dengan peningkatan rasio antara kelenjar dan stroma.yang ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologi jaringan.
o Komplikasi perdarahan merupakan komplikasi yang berupa
kehilangan darah durante operasi dengan jumlah > 1500 cc darah.
o Komplikasi berupa Wound Dehisence adalah komplikasi berupa
terbukanya jahitan operasi pada saat melakukan penggantian kasa pertama kali pasca operasi.
(46)
3.7. Alur Penelitian
Pencatatan karakteristik penderita, jenis tindakan, kelainan ginekologi dan
komplikasi
Analisa deskriptif dan hubungan antara tindakan histerektomi dengan komplikasi
yang terjadi Data Rekam Medik RSU Haji Adam Malik Medan
(47)
3.8. Teknik Analisa Data
Analisa data berdasarkan data yang dikumpulkan melalui data sekunder melalui rekam medik pasien yang berobat dalam kurung waktu 1 Januari 2010 s/d 31 Desember 2012. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui hubungan antara komplikasi tindakan histerektomi dengan jenis tindakan histerektomi.
(48)
BAB IV
TABEL HASIL DAN DISKUSI
Tabel 4.1. Jumlah penderita mioma uteri, prolapsus uteri, hiperplasia endometrium, adenomiosis
Diagnosa N %
Mioma uteri 124 81.6
Prolapsus uteri 18 11.8
Hiperplasia endometrium 4 2.6
Adenomiosis 6 3.9
Total 152 100.0
Hasil data yang didapat mengenai tindakan histerektomi di RS Haji Adam Malik pada periode 1 Januari 2010 s/d 31 Desember 2012 berdasarkan diagnosa, jumlah pasien yang dilakukan tindakan histerektomi sebanyak 152 pasien dan pasien dengan diagnosa mioma uteri adalah yang paling banyak dilakukan tindakan histerektomi sebanyak 124 orang (81,6%).
(49)
Tabel. 4.2. Tabel distribusi penderita pada jenis histerektomi abdominal dan histerektomi vaginal
Tekhnik Histerektomi
P Value Abdominal
Histerektomi
Vaginal Histerektomi
N % N %
Usia (tahun) 0,000
20-40
32 23,7 1 5,9
41-50 73 54,1 4 23,5
.> 50 30 22,2 12 70,6
Total 135 100 17 100
Paritas 0,115
Nulipara 28 20,7 0 0
Primipara 13 9,6 2 11,8
Multipara 94 69,6 15 88,2
Total 135 100 17 100
Diagnosa 0,000
Mioma uteri 123 91,1 1 5,9
Prolapsus uteri 2 1,5 16 94,1
Hiperplasia endometrium
4 3 0 2,6
Adenomiosis 6 4,4 0 0
(50)
Dari hasil data penelitian, didapatkan adanya perbedaan bermakna berdasarkan jenis histerektomi abdominal dan vaginal terhadap usia pasien dimana histerektomi abdominal paling banyak dilakukan pada usia 41-50 tahun sebanyak 73 orang (54,1%) dan histerektomi vaginal paling banyak dilakukan pada usia > 50 tahun sebanyak 12 orang (70,6%). Hal ini mungkin disebabkan karena pasien yang dilakukan histerektomi vaginal pada rumah sakit Haji Adam Malik hanya pada pasien dengan prolapsus uterus tanpa ada kelainan lain yang menyertai. Sedangkan salah satu faktor resiko dari prolapsus uterus adalah usia tua.
Tidak ada perbedaan bermakna berdasarkan jenis histerektomi abdominal dan vaginal terhadap paritas pasien dimana abdominal histerektomi (69,6%) dan vaginal histerektomi (88,2%) banyak dilakukan pada pasien multipara. Didasarkan kepada epidemiologi dan patofisiologi terjadinya mioma dan prolapsus uterus, paritas merupakan hal yang memegang peranan penting, dan banyak terjadi pada pasien dengan paritas yang tinggi.
Dari hasil penelitian, didapatkan perbedaan bermakna dari jenis histerektomi abdominal dan histerektomi vaginal berdasarkan diagnosa ginekologi pasien, dimana histerektomi abdominal paling banyak dilakukan pada pasien dengan diagnosa mioma uteri sebanyak 123 orang (91,1%) dan vaginal histerektomi paling banyak dilakukan pada pasien dengan diagnosa prolapsus uteri sebanyak 16 orang (94,1%).
Hal ini berbeda dengan penelitian oleh Christian Ottosen,dkk, pada tahun 2000 di rumah sakit Helsingborg, Swedia. Mereka melakukan
(51)
penelitian terhadap tindakan histerektomi (total andominal, vaginal dan laparoskopi) dengan jumlah pasien masing-masing 40 orang. Mereka mendapatkan vaginal histerektomi merupakan jenis histerektomi yang paling banyak dilakukan dengan indikasi mioma uteri ( 31/40) orang. 20 Namun pada penelitian ini, mereka membatasi tindakan histerektomi hanya pada uterus dengan ukuran dibawah uterus usia kehamilan 16 minggu dan tanpa adanya riwayat adhesi pada kavum abdomen.
Tabel. 4.3. Tabel distribusi penderita pada tekhnik total histerektomi dan subtotal histerektomi
Tekhnik Histerektomi
P- Value Total Histerektomi Subtotal Histerektomi
N % N %
Usia (tahun) 0,921
20-40 30 22,6 3 15,8
41-50 64 48,1 13 68,4
.> 50 39 29,3 3 15,8
Total 133 100 19 100
Paritas 0,453
Nulipara 21 15,8 7 36,8
Primipara 15 11,3 0 0
Multipara 97 72,9 12 63,2
(52)
Diagnosa 0,179
Mioma uteri 105 78,9 19 100
Prolapsus uteri 18 13,5 0 0
Hiperplasia endometrium
4 3,0 0 0
Adenomiosis 6 4,5 0 0
Total 133 100 19 100
Dari hasil data penelitian, tidak ada perbedaan bermakna berdasarkan tekhnik total dan subtotal histerektomi terhadap usia pasien, dimana total histerektomi banyak dilakukan pada usia 41-50 tahun sebanyak 64 orang (48,1%) dan subtotal histerektomi juga paling banyak dilakukan pada usia 41-50 tahun sebanyak 13 orang (68,4%). Hal ini mungkin disebabkan karena pasien dari histerektomi pervaginam tersebut masuk ke dalam data total abdominal histerektomi, sehingga datanya tidak jauh berbeda.
Tidak ada perbedaan bermakna berdasarkan tekhnik histerektomi total dan subtotal terhadap paritas pasien dimana total histerektomi banyak dilakukan pada pasien multipara sebanyak 97 orang (72,9%) dan subtotal histerektomi juga banyak dilakukan pada pasien multipara sebanyak 12 orang (63,2%).
Dari hasil penelitian ini, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna dari tekhnik total dan subtotal histerektomi berdasarkan diagnosa ginekologi pasien, dimana total histerektomi paling banyak dilakukan pada pasien dengan diagnosa mioma uteri sebanyak 105 orang
(53)
( 78,9%) dan juga subtotal histerektomi paling banyak dilakukan pada pasien dengan diagnosa mioma uteri sebanyak 19 orang ( 100%).
Pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi didasarkan kepada kesulitan yang didapatkan pada saat hendak melakukan tindakan total histerektomi. Dikarenakan adanya massa pada bagian bawah rahim, dan adanya adhesi yang menyebabkan kesulitan dalam membebaskan rahim dari kandung kencing.
.
Tabel 4.4. Tabulasi Silang Komplikasi Histerektomi pada jenis histerektomi abdominal dan vaginal histerektomi
Komplikasi
Jenis Histerektomi Abdominal
Histerektomi
Vaginal Histerektomi
N % N %
Intraoperative
Perdarahan 23 17,0 0 0
Saluran pencernaan 0 0 0 0
Saluran kemih
- Vesica urinaria 1 0,7 0 0
- Trauma Ureter 1 0,7 0 0
Tak ada Komplikasi 110 81,5 17 100
(54)
Post operative
Demam 0 0 0 0
Wound Dehiscence 2 1,5 0 0
Inkontinensia urine 1 0,7 1 5,9
Vesico-Vagina Fistel 0 0 0 0
Tidak ada Komplikasi 132 97,8 16 94,1
Total 135 100 17 100
Dari data hasil penelitian, dari 135 pasien yang dilakukan tindakan histerektomi abdominal, 23 pasien (17%) yang mengalami komplikasi intraoperasi berupa pedarahan dan 110 pasien (81,5%) tidak mengalami komplikasi. Dari jumlah total 17 pasien yang dilakukan tindakan histerektomi vaginal, tidak ada satu pasienpun yang mengalami komplikasi intraoperasi. Hanya 1 orang ( 0,7 %) dari 135 pasien yang mengalami komplikasi berupa trauma vesica urinaria dan hanya 1 orang (0,7 %) pasien juga yang mengalami trauma ureter. Berdasarkan literature, trauma kandung kencing yang terjadi pada tindakan histerektomi sekitar 0,5-2 % dari semua kasus dan trauma ureter yang terjadi sekitar 0,2-0,8% pada kasus abdominal histerektomi dan 0,05-1% pada tindakan vaginal histerektomi. 10
Kebanyakan pada pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi yang mengalami komplikasi perdarahan memiliki massa tumor pada rahim yang besar, lebih besar dari uterus usia kehamilan 20 minggu dan posisi nya berada pada bagian anterior atau posterior di
(55)
rahim, yang dapat mempersulit untuk dilakukan tindakan histerektomi. Sedangkan untuk pasien yang dilakukan vaginal histerektomi tidak ada komplikasi perdarahan, yang mungkin disebabkan seleksi yang ketat pada saat pemilihan pasien. Untuk kompilkasi berupa trauma ureter dan kandung kencing, juga banyak diakibatkan karena letak tumor yang dekat dengan posisi ureter atau mendekati vesika urinaria. Sehingga pada saat membebaskan tumor tersebut, ureter terpotong dan kandung kencing laserasi. Namun durante operasi, pasien langsung dikonsul ke bagian bedah urologi untuk dilakukan reanastomose ureter dan penjahitan kandung kencing.
Pada komplikasi post operasi, dari jumlah total 135 pasien yang dilakukan tindakan histerektomi abdominal, sebanyak 2 pasien (1,5%) yang mengalami komplikasi wound dehiscense dan 1 pasien (0,7%) mengalami komplikasi inkontinensia urine. Dari jumlah total 17 pasien yang dilakukan tindakan histerektomi vaginal, hanya 1 pasien (5,9%) yang mengalami komplikasi post operasi berupa inkontinensia urine.
Komplikasi berupa inkontenensia urine adalah komplikasi yang biasa saja terjadi pada pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi. Hal ini disebabkan area tindakan tersebut dan prosedur tindakan tersebut sangat banyak memanipulasi kandung kencing. Sedangkan pada pasien dengan komplikasi wound dehiscense, terjadi pada pasien dengan riwayat diabetes mellitus dan pada pasien obesitas.
(56)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Tariq M, dkk21 pada tahun 2003 terhadap pasien dengan kelainan ginekologi tanpa adanya prolapsus uterus. Mereka membagi kasus menjadi dua kelompok histerektomi dengan masing-masing kelompok berjumlah jumlah 18 pasien. Mereka membatasi kasus hanya pada uterus dengan besar dibawah uterus usia kehamilan 14 minggu, tidak adanya patologi dari adneksa dan akses pervaginam yang luas. Hasilnya mereka tidak mendapatkan adanya perbedaan komplikasi intraoperasi dan postoperasi antara kedua kelompok abdominal dan vaginal histerektomi. Walaupun pada kasus vaginal histerektomi, ada 2 pasien yang kehilangan darah lebih dari 1 liter dan satu pasien yang dirujuk ke rumah sakit karena perdarahan pervaginam yang hebat pada 11 hari post operasi. Namun ternyata pada pasien ini, didapatkan riwayat operasi seksio secarea.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh L. Bennassi, dkk, 2002. Mereka melakukan penelitian terhadap dua kelompok abdominal dan vaginal histerektomi yang sama-sama dengan indikasi mioma uteri dengan besar uterus antara 200 gr s/d 1300 gr. Masing-masing anggota kelompok sebanyak 60 pasien. Hasilnya mereka tidak mendapatkan adanya komplikasi intraoperasi pada dua kelompok histerektomi tersebut, baik berupa cedera kandung kencing maupun trauma ureter. 22
(57)
Tabel 4.5. Tabulasi Silang Komplikasi Histerektomi pada tekhnik subtotal histerektomi dan total histerektomi
Komplikasi
Tekhnik Histerektomi Subtotal
Histerektomi
Total Histerektomi
N % N %
Intraoperative
Saluran pencernaan 0 0 0 0
Saluran kemih
- Vesica urinaria 0 0 1 0,8
- Trauma Ureter 0 0 1 0,8
Tidak ada Komplikasi 15 78,9 112 84,2
Perdarahan 4 21,1 19 14,3
Total 19 100 133 100
Post operative
Demam 0 0 0 0
Wound Dehiscence 0 0 2 1,5
Inkontinensia urine 0 0 1 0,8
Vesico-Vagina Fistel 0 0 0 0
Tidak ada Komplikasi 19 100 130 97,7
(58)
Dari data hasil penelitian, jumlah total 19 pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi, 4 pasien( 21,1%) yang mengalami komplikasi intraoperasi berupa pedarahan dan 15 pasien (78,9%) tidak mengalami komplikasi. Dari jumlah total 133 pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi, pasien yang mengalami komplikasi intraoperasi berupa trauma kandung kencing sebanyak 1 pasien (0,8%) , trauma ureter sebanyak 1 pasien (0,8%) dan perdarahan sebanyak 19 pasien (14,3%). Dari table dapat dilihat , bahwa tidak adanya komplikasi intra operasi berupa kandung kencing dan ureter dari subtotal histerektomi, dikarenakan memang prosedur tindakan tersebut sangat jauh dari lokasi anatomis ureter dan kandung kencing. Oleh karena itu sangat sering tekhnik histerektomi ini, dijadikan sebagai alternatif dalam menghindari komplikasi berat yang terjadi.
Pada komplikasi post operasi, dari jumlah total 19 pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi, tidak ada pasien yang mengalami komplikasi post operasi. Namun dari jumlah total 133 pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi, 2 pasien (1,5%) mengalami komplikasi berupa wound dehiscense dan 1 pasien (0,8%) mengalami komplikasi berupa inkontinensia urine. Hal ini sangat bergantung kepada keadaan individual pasien itu sendiri. Dari data yang didapatkan, pada pasien dengan riwayat DM dan obesitas.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Helga Gimbel dkk pada tahun 2003 23, yang membandingkan antara total dan subtotal abdominal histerektomi. Semua data diambil secara random, dengan jumlah kasus
(59)
total histerektomi sebanyak 140 kasus dan subtotal histerektomi sebanyak 136 kasus. Mereka mendapatkan bahwa komplikasi operasi berupa trauma pada kandung kencing terjadi pada 2 orang pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi dan 1 orang pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi. Sedangkan perdarahan durante operasi > 1000 cc ada 1 orang pasien pada tindakan total abdominal histerektomi dan 2 orang pada pasien dengan tindakan subtotal adominal histerektomi. 23
Tabel 4.6. Tabulasi Silang Komplikasi Histerektomi berdasarkan indikasi histerektomi
Komplikasi
Indikasi histerektomi Mioma
uteri
Prolapsus Uteri
Hiperplasia endometrium
Adeno- Miosis
N % N % N % N %
Intraoperative
Saluran Cerna 0 0 0 0 0 0 0 0
Saluran kemih
- Vesica urinaria 1 0,8 0 0 0 0 0 0
- Trauma ureter 1 0,8 0 0 0 0 0 0
Perdarahan 22 17,1 0 0 0 0 1 16,7
Tidak ada komplikasi
100 80,6 18 100 4 100 5 83,3
(60)
Post operative
Demam 0 0 0 0 0 0 0 0
Wound Dehiscence 2 1,6 0 0 0 0 0 0
Inkontinensia urine 0 0 1 5,6 0 0 0 0
Vesico-Vagina fistel 0 0 0 0 0 0 0 0
Tidak ada komplikasi 122 98,4 17 94,4 4 100 6 100
Total 124 100 18 100 4 100 6 100
Dari data hasil penelitian, didapatkan komplikasi intra operasi yang paling banyak terjadi berupa perdarahan dan paling sering pada penderita mioma uteri yang dilakukan tindakan histerektomi sebanyak 22 pasien (17,1%), dan penderita yang paling banyak tidak mengalami komplikasi intra operasi adalah pada penderita prolapsus uteri. Hal ini sangat tergantung dari besar tumor dan posisi tumor. Kebanyakan pasien dengan komplikasi perdarahan memiliki tumor dengan ukuran yang besar. Hal ini mungkin disebabkan karena penderita yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi hanya pada pasien dengan diagnosa prolapsus uteri tanpa adanya penyulit. Misalnya: ukuran rahim yang besar, adanya tumor pada adneksa atau riwayat operasi sebelumnya yang dapat menyebabkan adhesi.
(61)
4.7 . Rerata Perdarahan dari Berbagai tindakan Histerektomi Mean +SD
Abdominal Histerektomi 1038,96 + 521,609
Vaginal Histerektomi 292,65 + 144,353
P- Value 0,000
Total Histerektomi 951,39 + 556,934
Subtotal Histerektomi 984,21+ 485,356
P-Value 0,808
Berdasarkan rerata perdarahan, dari data hasil penelitian, terdapat perbedaan bermakna antara rerata perdarahan pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi (1038,96 + 521,609 )ml jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi (292,65 + 144,353)ml dengan nilai p < 0,05.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Christian Ottosen,dkk, pada tahun 2000 di rumah sakit Helsingborg, Swedia. Mereka hanya membandingkan tindakan histerektomi pada pasien dengan besar uterus dibawah uterus usia kehamilan 16 minggu dan tanpa adanya riwayat adhesi serta akses ke vagina yang luas. Mereka mendapatkan perdarahan yang terjadi untuk abdominal histerektomi sekitar 225 ml bila dibandingkan dengan vaginal histerektomi 287 ml. Tidak ada perbedaan antara jumlah perdarahan dari kedua jenis histerektomi. 20
(62)
Pada penelitian Tariq Miskry dkk, pada tahun 2003, mendapatkan tidak adanya perbedaan antara rerata perdarahan abdominal histerektomi 353 (100-1000) ml dibandingkan dengan rerata perdarahan vaginal histerektomi 431 ( 50-1500) ml. Hal ini mungkin disebabkan karena penelitian ini hanya dilakukan pada uterus yang tidak terlalu besar (<besar uterus usia kehamilan 14 minggu) dan tidak adanya penyulit yang dapat menyebabkan komplikasi operasi. 21
Hal serupa dilakukan oleh L. Benassi, tahun 2002,22 terhadap dua kelompok histerektomi ( abdominal vs vaginal) pada pasien dengan rata-rata pembesaran uterus 300-400 gram. Mereka juga tidak mendapatkan perbedaan bermakna dari penurunan hemoglobin post operasi pada kedua kelompok. Hal ini berbeda pada penelitian saya dikarenakan pada penelitian saya, semua sampel pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerktomi hanya pada indikasi prolapsus vagina dan tanpa adanya pembesaran rahim dan penyulit dari tindakan histerektomi.
Berdasarkan data rerata perdarahan pada penelitian ini, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata perdarahan pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi (951,39 + 556,934) ml jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi (984,21+ 485,356) ml dengan nilai p = 0,808.
(63)
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Lama Rawatan antara jenis histerektomi abdominal dan vaginal histerektomi
Lama rawatan
Jenis histerektomi
Abdominal Histerektomi vaginal Histerektomi
n % n %
<5 hari 105 77,8 9 52,9
>5 hari 30 22,2 8 47,1
total 135 100 17 100
Dari hasil data penelitian, lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi dari jumlah total 135 pasien, sebanyak 105 pasien (77,8%) dengan lama rawatan < 5 hari. Dan lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi dari jumlah total 17 pasien, sebanyak 9 pasien (52,9%) dengan lama rawatan < 5 hari.
Tabel 4.9. Tabulasi Silang Lama Rawatan antara tekhnik total histerektomi dan subtotal histerektomi
Lama rawatan
tekhnik histerektomi
Total Histerektomi Subtotal Histerektomi
n % n %
<5 hari 102 76,7 12 63,2
>5 hari 31 23,3 7 36,8
(64)
Dari hasil data penelitian, lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi dari jumlah total 133 pasien, sebanyak 102 pasien (76,7%) dengan lama rawatan < 5 hari. Dan lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi dari jumlah total 19 pasien, sebanyak 12 pasien (63,2%) dengan lama rawatan < 5 hari.
Tabel 4.10. Rerata lama rawatan dari berbagai tindakan Histerektomi Mean +SD
Abdominal Histerektomi 5,24 + 1,379
Vaginal Histerektomi 5,65 + 0,862
P- Value 0,243
Total Histerektomi 5,29 + 1,401
Subtotal Histerektomi 5,32 +
P-Value
0,749 0,927
Berdasarkan rerata lama rawatan, dari data hasil penelitian, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna antara rerata lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan abdominal histerektomi (5,24 + 1,379) hari jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan vaginal histerektomi (5,65 + 0,862)hari dengan p = 0,243.
Penelitian ini memiliki hasil yang berbeda bila dibandingkan dengan penelitian oleh Christian Ottosen,dkk, 20 pada tahun 2000 di rumah sakit Helsingborg, Swedia. Mereka menemukan adanya perbedaan lama
(65)
rawatan antara abdominal histerektomi (3,7 hari) dengan vaginal histerektomi (2,8 hari).
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh L. Bennassi, dkk, 2002, adanya rerata lama rawatan yang lebih lama dari histerektomi abdominal ( 4,3 + 1,5 hari) dibandingkan dengan rerata lama rawatan histerektomi vaginal ( 3,4 + 0,7 hari).22
Berdasarkan data rerata lama rawatan, juga tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara rerata lama rawatan pasien yang dilakukan tindakan total histerektomi (5,29 + 1,401) hari jika dibandingkan dengan pasien yang dilakukan tindakan subtotal histerektomi (5,32 +
Tidak adanya perbedaan lama rawatan antara berbagai tindakan histerektomi pada penelitian ini dikarenakan lama rawatan pada pasien yang diakukan tindakan histerektomi di rumah sakit Haji Adam Malik berdasarkan ketentuan standar operasional prosedurnya, dirawat selama 4-5 hari, dengan ada atau tidaknya komplikasi.
(66)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat perbedaan bermakna pada jumlah rerata perdarahaan antara jenis histerektomi abdominal bila dibandingkan dengan jenis histerektomi pervaginal.
2. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada jumlah rerata perdarahaan antara tekhnik total histerektomi bila dibandingkan dengan subtotal histerektomi.
3. Tidak ditemukan adanya perbedaan lama rawatan antara jenis histerektomi abdominal dibandingkan dengan jenis histerektomi pervaginal
4. Tidak ditemukan adanya perbedaan lama rawatan antara teknik total histerektomi dibandingkan dengan jenis subtotal histerektomi.
5.2 Saran
1. Diharapkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar dan kriteria pasien yang lebih spesifik agar dapat melihat perbandingan antara komplikasi terjadi diantara berbagai tindakan histerektomi.
(67)
DAFTAR PUSTAKA
1. Guylaine Lefebvre. Et all.Hysterectomy. SOGC Clinical Practice Guidelines. No 109 tahun 2002.
2. Robert Kovac,Evidance-Based Hysterectomy. Gynecol Obstet 2013, 3:1.
3. Barber M.D, 2010. Epidemiology and Its Surgical Removal. In: Hysterectomy for Benign Disease. Philadelphia: Sounders. 65-75. 4. Coopert R, Lawlor DA, Hardy R: Socio-economic position and
hysterectomy: A cross-cohort comparison of women in Australia and Great Britain.J Epidemiol Community Health 2008;112(8);1126-1133.
5. Whiteman MK, Hillis SD, Jamieson DJ, et al : Inpatient
Hysterectomy Surveillamce in United States, 2000-2004. Am J Obstet Gynecol 2008;198-34.
6. Walter MD & Falcone T. Preoperative and Perioperative
Consideration and Choosing the Route of Hysterectomy. In: Hysterectomy for Benign Disease. Philadelphia: Sounders. 77-88. 7. Johnson N, Barlow D, Lethaby A, et al: Surgical approach to
hysterectomy for benign gynecological disease. Cochrane Database Syst Rev 2006;Issue 2:CD)3677.
8. Kjerulff KH, Langenberg PW, Rhodes JC, et al : Effectiveness of Hysterectomy. Obstet Gynecol 2000a;95:319-326.
9. Garry R, Fountain J, Mason S, et al: The Evaluate study: Two parallel randomized trails, one comparing laparoscopic with
(68)
abdominal histerectomy, the other comparing laparoscopic with vaginal hysterectomy. BMJ 2004;328:129-136
10. Walter MD & Barber MD Complications of Hysterectomy. In: Hysterectomy for Benign Disease. Philadelphia: Sounders. 77-88 11. Walsh C, Sfaice C, Hopf H : Prevention and management of
surgical site infection in morbidity obses women. Obstet Gynecol 2009;113:411-415
12. Niober TE, Johnson N, Lethaby A, et al: Surgical to Hysterectomy for benign gynecological disease. Cochrane database Syst Rev 2009;(3):CD003677.
13. Kho RM, Aki MN, Cornella JL, et al : incidence and characteristics of patients with vaginal cuff dehiscence after robotic prosedures. Obstet Gynecol 2009;114:231-235
14. Rock JA & Jones HW. Te Linde’s . Abdominal Hysterectomy. In : TeLinde’s Operative Gynecology. Tenth Edition. Lippincott Williams &Wilkins. 728-744
15. Wheeless CR & Roenneburg ML. Atlas of Pelvic Surgery.
Available at :
16. Walters MD. Vaginal Hysterectomy and Trachelectomy: Basic Surgical Techniques. In: Hysterectomy for Benign Disease. Philadelphia: Sounders. 123-134.
17. Kammerer-Doak DN, Rogers RG, Maybach JJ, Mickelson MT :
(69)
surgery: A randomized double-blind placebo-controlled trial. Am J Obstet Gynecol 2001:185:1344-1348.
18. Ascher-Walsh CJ, Capes T, Smith J, et al: Cervical vasopressin compared with no premedication and blood loss during vagina hysterectomy. Obstet Gynecol 2009;113:313-318.
19. O;Neal MG, Beste T, Shackelford DP: Utility of preemptive local analgesia in vaginal hysterectomy.Br J Obstet Gynaecol 2003;189:1539-1542.
20. Ottosen, C. et al. Three Methods for Hysterectomy : a Randomised, Prospective Study of Short Term Aoutcome . British Journal of Obstetrics and Gynecology. November 2000, Vol 107,pp.1380-1385
21. Miskry T and Magos A. : Randomized, Prospective , Double-blind Comparison of Abdominal and Vaginal Hysterectomy in Women without Uterovaginal Prolapse. Acta Obstet Gynecol Scand 2003 : 82: 351-358.
22. Benassi L, et al : Abdominal or Vaginal Hysterectomy for Enlarged Uteri : A Randomized Clinical Trial. Am J Obstet Gynecol
December 2002 volume 187, Number 6.
23. Gimbel H, et al : Randomised controlled trial of total compared with subtotal hysterectomy with one year follow up result. Br j Obstet Gynecol 110,2003. pp.1088-1098.
(70)
Lampiran 1 Data Pasien No
Nama :
Umur :
Alamat :
MR :
Paritas :
Diagnosa :
Hasil Histopatologi : Jenis Tindakan :
Lama Operasi :
Komplikasi Operasi : Intraoperative
o Saluran pencernaan o Saluran kemih
o Trauma Vesica urinaria o Trauma ureter
o Perdarahan
Post operative
o Demam
o Wound Dehiscense o Inkontinensia urine o Vesico-Vaginal fistel
(71)
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Histerektomi * Kelompok Umur
152 100.0% 0 .0% 152 100.0%
Jenis Histerektomi * Kelompok Umur Crosstabulation
Kelompok Umur
Total 20-40 41-50 >50
Jenis Histerektomi
Abdominal Histerektomi
Count 32 73 30 135
% within Jenis Histerektomi
23.7% 54.1% 22.2% 100.0%
Vaginal Histerektomi
Count 1 4 12 17
% within Jenis Histerektomi
5.9% 23.5% 70.6% 100.0%
Total Count 33 77 42 152
% within Jenis Histerektomi
21.7% 50.7% 27.6% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 17.772a 2 .000
Likelihood Ratio 15.841 2 .000
Linear-by-Linear Association 13.412 1 .000
N of Valid Cases 152
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,69.
(72)
Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Tes
Frequencies
Jenis Histerektomi N
Kelompok Umur Abdominal Histerektomi 135
Vaginal Histerektomi 17
Total 152
Test Statisticsa
Kelompok Umur
Most Extreme Differences Absolute .484
Positive .484
Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z 1.879
Asymp. Sig. (2-tailed) .002
a. Grouping Variable: Jenis Histerektomi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Jenis Histerektomi *
Kelompok Paritas
152 100.0% 0 .0% 152 100.0%
Jenis Histerektomi * Kelompok Paritas Crosstabulation
Kelompok Paritas
Total Nullipara Primipara Multipara Jenis
Histerektomi
Abdominal Histerektomi
Count 28 13 94 135
% within Jenis Histerektomi
20.7% 9.6% 69.6% 100.0%
Vaginal Histerektomi
Count 0 2 15 17
% within Jenis Histerektomi
.0% 11.8% 88.2% 100.0%
Total Count 28 15 109 152
(73)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4.325a 2 .115
Likelihood Ratio 7.393 2 .025
Linear-by-Linear Association 3.761 1 .052
N of Valid Cases 152
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,68.
Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Frequencies
Jenis Histerektomi N
Kelompok Paritas Abdominal Histerektomi 135
Vaginal Histerektomi 17
Total 152
Test Statisticsa
Kelompok Paritas
Most Extreme Differences Absolute .207
Positive .207
Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z .806
Asymp. Sig. (2-tailed) .535
a. Grouping Variable: Jenis Histerektomi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Histerektomi * Indikasi Tindakan Operasi
(74)
Jenis Histerektomi * Indikasi Tindakan Operasi Crosstabulation
Indikasi Tindakan Operasi
Total Miom a Uteri Proplapsu s Uteri Hiperplasia Endometriu m Adenomiosi s Jenis Histerekto mi Abdominal Histerekto mi
Count 123 2 4 6 135
% within Jenis Histerekto
mi
91.1% 1.5% 3.0% 4.4% 100.0
%
Vaginal Histerekto
mi
Count 1 16 0 0 17
% within Jenis Histerekto
mi
5.9% 94.1% .0% .0% 100.0
%
Total Count 124 18 4 6 152
% within Jenis Histerekto
mi
81.6% 11.8% 2.6% 3.9% 100.0
%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 124.117a 3 .000
Likelihood Ratio 82.316 3 .000
Linear-by-Linear Association 16.310 1 .000
N of Valid Cases 152
a. 4 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,45.
(75)
Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Frequencies
Jenis Histerektomi N
Indikasi Tindakan Operasi Abdominal Histerektomi 135
Vaginal Histerektomi 17
Total 152
Test Statisticsa
Indikasi Tindakan Operasi
Most Extreme Differences Absolute .852
Positive .852
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z 3.312
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Jenis Histerektomi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tehnik Histerektomi * Kelompok Umur
152 100.0% 0 .0% 152 100.0%
Tehnik Histerektomi * Kelompok Umur Crosstabulation
Kelompok Umur
Total 20-40 41-50 >50
Tehnik Histerektomi
Total Histerektomi
Count 30 64 39 133
% within Tehnik Histerektomi
22.6% 48.1% 29.3% 100.0%
Subtotal Histerektomi
Count 3 13 3 19
% within Tehnik Histerektomi
15.8% 68.4% 15.8% 100.0%
Total Count 33 77 42 152
% within Tehnik Histerektomi
(76)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 2.805a 2 .246
Likelihood Ratio 2.897 2 .235
Linear-by-Linear Association .154 1 .694
N of Valid Cases 152
Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Frequencies
Tehnik Histerektomi N
Kelompok Umur Total Histerektomi 133
Subtotal Histerektomi 19
Total 152
Test Statisticsa
Kelompok Umur
Most Extreme Differences Absolute .135
Positive .068
Negative -.135
Kolmogorov-Smirnov Z .552
Asymp. Sig. (2-tailed) .921
a. Grouping Variable: Tehnik Histerektomi
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tehnik Histerektomi * Kelompok Paritas
(77)
Tehnik Histerektomi * Kelompok Paritas Crosstabulation
Kelompok Paritas
Total Nullipara Primipara Multipara Tehnik
Histerektomi
Total Histerektomi
Count 21 15 97 133
% within Tehnik Histerektomi
15.8% 11.3% 72.9% 100.0%
Subtotal Histerektomi
Count 7 0 12 19
% within Tehnik Histerektomi
36.8% .0% 63.2% 100.0%
Total Count 28 15 109 152
% within Tehnik Histerektomi
18.4% 9.9% 71.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 6.364a 2 .041
Likelihood Ratio 7.465 2 .024
Linear-by-Linear Association 2.542 1 .111
N of Valid Cases 152
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,88.
Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Frequencies
Tehnik Histerektomi N
Kelompok Paritas Total Histerektomi 133
Subtotal Histerektomi 19
(1)
Tehnik Histerektomi * Komplikasi Pasca Operasi Crosstabulation Komplikasi Pasca Operasi
Total Retensi TAK
wound de Tehnik
Histerektomi
Total Histerektomi
Count 1 130 2 133
% within Tehnik Histerektomi
.8% 97.7% 1.5% 100.0%
Subtotal Histerektomi
Count 0 19 0 19
% within Tehnik Histerektomi
.0% 100.0% .0% 100.0%
Total Count 1 149 2 152
% within Tehnik Histerektomi
.7% 98.0% 1.3% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Indikasi Tindakan Operasi
* Komplikasi Intra Operasi
152 100.0% 0 .0% 152 100.0%
Indikasi Tindakan Operasi * Komplikasi Intra Operasi Crosstabulation Komplikasi Intra Operasi
Total Perdarah TAK
Trauma k
Trauma u Indikasi
Tindakan Operasi
Mioma Uteri Count 22 100 1 1 124
% within Indikasi Tindakan
Operasi
17.7% 80.6% .8% .8% 100.0%
(2)
Uteri % within Indikasi Tindakan
Operasi
.0% 100.0% .0% .0% 100.0%
Hiperplasia Endometrium
Count 0 4 0 0 4
% within Indikasi Tindakan
Operasi
.0% 100.0% .0% .0% 100.0%
Adenomiosis Count 1 5 0 0 6
% within Indikasi Tindakan
Operasi
16.7% 83.3% .0% .0% 100.0%
Total Count 23 127 1 1 152
% within Indikasi Tindakan
Operasi
15.1% 83.6% .7% .7% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Indikasi Tindakan Operasi * Komplikasi Pasca Operasi
(3)
Indikasi Tindakan Operasi * Komplikasi Pasca Operasi Crosstabulation Komplikasi Pasca
Operasi
Total Retensi TAK
wound de Indikasi Tindakan
Operasi
Mioma Uteri Count 0 122 2 124
% within Indikasi Tindakan Operasi
.0% 98.4% 1.6% 100.0%
Proplapsus Uteri Count 1 17 0 18 % within Indikasi
Tindakan Operasi
5.6% 94.4% .0% 100.0%
Hiperplasia Endometrium
Count 0 4 0 4
% within Indikasi Tindakan Operasi
.0% 100.0% .0% 100.0%
Adenomiosis Count 0 6 0 6
% within Indikasi Tindakan Operasi
.0% 100.0% .0% 100.0%
Total Count 1 149 2 152
% within Indikasi Tindakan Operasi
.7% 98.0% 1.3% 100.0%
Means
Case Processing Summary Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent Jumlah Perdarahan *
Jenis Histerektomi
152 100.0% 0 .0% 152 100.0%
Report Jumlah Perdarahan
Jenis Histerektomi Mean N Std. Deviation Abdominal Histerektomi 1038.96 135 521.609 Vaginal Histerektomi 292.65 17 144.353
(4)
ANOVA Table Sum of Squares df
Mean
Square F Sig. Jumlah
Perdarahan * Jenis Histerektomi
Between Groups
(Combined) 8409777.296 1 8409777.296 34.287 .000
Within Groups 3.679E7 150 245277.405
Total 4.520E7 151
Means
Case Processing Summary Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent Jumlah Perdarahan *
Tehnik Histerektomi
152 100.0% 0 .0% 152 100.0%
Report Jumlah Perdarahan
Tehnik Histerektomi Mean N Std. Deviation Total Histerektomi 951.39 133 556.934 Subtotal Histerektomi 984.21 19 485.356
Total 955.49 152 547.126
ANOVA Table Sum of Squares df
Mean
Square F Sig. Jumlah
Perdarahan * Tehnik Histerektomi
Between Groups
(Combined) 17907.166 1 17907.166 .059 .808
Within Groups 4.518E7 150 301223.206
(5)
Means
Case Processing Summary Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Lama Rawatan (Hari) * Jenis
Histerektomi 152 100,0% 0 0,0% 152 100,0%
Report Lama Rawatan (Hari)
Jenis Histerektomi Mean N Std. Deviation Abdominal Histerektomi 5,24 135 1,379
Vaginal Histerektomi 5,65 17 ,862
Total 5,29 152 1,335
ANOVA Table Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Lama Rawatan (Hari) * Jenis
Histerektomi
Between
Groups (Combined) 2,447 1 2,447 1,376 ,243 Within Groups 266,816 150 1,779
(6)
Means
Case Processing Summary Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent Lama Rawatan (Hari) *
Tehnik Histerektomi 152 100,0% 0 0,0% 152 100,0%
Report Lama Rawatan (Hari)
Tehnik Histerektomi Mean N Std. Deviation Total Histerektomi 5,29 133 1,401 Subtotal Histerektomi 5,32 19 ,749
Total 5,29 152 1,335
ANOVA Table Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
Lama Rawatan (Hari) * Tehnik Histerektomi
Between
Groups (Combined) ,015 1 ,015 ,008 ,927 Within Groups 269,248 150 1,795