Dalam Bidang Agama Marjinalisasi pada Tokoh Bärbelchen a. Dalam Lingkup Keluarga
MEPHISTOPHELES: “Hier ist ein Kästchen leidlich schwer,
Ich habs wo anders hergenommen. Stellts hier nur immer in den Schrein,
Ich schwör Euch, ihr vergehn die Sinnen; Ich tat Euch Sächelchen hinein,
Um eine andre zu gewinnen.” Goethe, 1982: 86 “Ini ada permata yang bukan main beratnya,
Aku membawanya dari suatu tempat ke sini. Letakkan saja dalam peti;
Aku bersumpah kepadamu dia akan sangat tergoda; Aku lakukan ini untukmu,
Agar dapat memenangkan dia.”
Masyarakat, terutama laki-laki, memiliki kriteria fisik tertentu untuk dipenuhi oleh perempuan, misalnya ada tuntutan bahwa
perempuan harus cantik, memiliki tubuh yang berlekuk halus, kulit yang lembut, lemah gemulai, ramping, bila perlu seksi. Tuntutan-
tuntutan ini tidak diumumkan secara nyata dan gamblang, tetapi mendesak perempuan secara halus, misalnya dengan pujian jika
perempuan tersebut memiliki keunggulan-keunggulan fisik yang diharapkan oleh kanon estetika.
Perempuan tidak memiliki pilihan lain selain memenuhi tuntutan-tuntutan tadi karena ia hidup dalam masyarakat, yang
didominasi oleh kaum yang menentukan tuntutan-tuntutan tersebut. Dengan kata lain, karena perempuan adalah kaum yang terdominasi, ia
akan takluk pada berbagai jenis intimidasi yang dilakukan oleh kaum dominan. Ia tak memiliki hak dan kuasa dalam budaya patriarkhi.
Maka satu-satunya yang dapat ia lakukan adalah membuktikan eksistensinya dengan menuruti semua aturan estetika yang dibuat oleh
masyarakat tersebut. Pemenuhan tuntutan itu adalah salah satu usahanya dalam aktualisasi diri supaya mendapat pengakuan dan
diterima. Hal ini ada kaitannya dengan ideologi androsentris yang membuat perempuan memandang dirinya dalam posisi sebagaimana
laki-laki memandangnya. Salah satu bukti tuntutan implisit laki-laki terhadap fisik
perempuan tercermin dalam perkataan Faust tentang Margarete ketika pertama kali dilihatnya gadis itu di jalan.
FAUST: “Beim Himmel, dieses Kind ist schönGoethe, 1982: 82
“Demi surga,anak ini cantik bukan kepalang” ...
“Der Lippe Rot, der Wange Licht, Die Tage der Welt vergeß ichs nicht” Goethe, 1982: 83
“Bibirnya merah, pipinya cerah, Tak akan kulupakan sepanjang waktu”
Perkataan Faust di atas mencerminkan bahwa suka tidaknya ia kepada seorang perempuan bergantung pada cantik tidaknya
perempuan tersebut. Suatu pesan tersirat dari monolog di atas bahwa laki-laki memandang perempuan tidak lebih dari setumpuk tulang dan
daging yang tidak memiliki kompleksitas layaknya seorang manusia utuh. Padahal perempuan bukan hanya tubuh belaka. Pandangan laki-
laki yang seperti ini mengabaikan fakta yang sebenarnya yaitu perempuan juga memiliki pikiran otak dan perasaan. Akibat adanya
pandangan androsentris ini, perempuan semakin terpacu untuk
membentuk, merawat dan menjaga bentuk tubuhnya seperti tolok ukur yang diinginkan oleh oleh laki-laki, dan lama-kelamaan mulai
mengesampingkan aktivitas-aktivitas yang melibatkan proses berpikir. Sebenarnya
ini juga
merupakan suatu
proses penjinakan
pendominasian laki-laki atas perempuan: perempuan disingkirkan dari proses berpikir supaya laki-lakilah kaum yang awet dalam kuasa ilmu
pengetahuan, tafsir agama, tahta kekuasaan, dan dunia politik lainnya. Seperti yang peneliti sebutkan sebelumnya, bahwa perempuan
memandang dirinya dari sudut pandang laki-laki androsentris, maka kutipan dialog berikut ini, adalah cerminan bagaimana tokoh
Margarete menjelek-jelekkan tangannya yang rajin dan selalu giat bekerja di hadapan Faust. Ketika Faust mencium tangan Margarete,
gadis itu menempik dan terheran oleh sikap Faust yang demikian terhadap kedua tangannya yang dianggapnya kasar dan tak layak
dicium. Ia malu memperlihatkannya karena menurutnya mereka bukanlah tangan-tangan terawat dan lembut seperti yang diimpikan
oleh para pria dan perempuan.
MARGARETE: “Inkommodiert Euch nichtWie könnt Ihr sie nur küssen?
Sie ist so garstig, ist so rauh” Goethe, 1982: 97 “Jangan merepotkan diri
Bagaimana anda bisa mencium tanganku? Tangan ini begitu buruk, begitu kasar”
Tuntutan masyarakat dapat menimbulkan depresiasi diri perempuan karena menganggap tubuh mereka tidak sesuai dengan