Deskripsi Drama Faust IKarya Johann Wolfgang von Goethe
Faust dan Mephistopheles meminta ijin untuk bergabung dengan kumpulan mereka. Namun lagi-lagi kepandaian berbicara Mephistopheles membuat
mereka cepat melebur dalam keakraban dengan perkumpulan itu. Ia menunjukkan kehebatannya dengan membawakan lagu balada dan pemuda-
pemuda tadi terkesima dengan lirik lagu itu. Ketika sudah cukup membaur,Mephistopheles menawarkan mereka minuman terbaik.Melihat
antusiasme para pemuda itu, Mephistopheles mulai bermain sulap sebagai salah satu kepandaiannya. Dengan sangat meyakinkan, ia menjanjikan akan
segera menghidangkan berbagai macam anggur sesuai dengan permintaan masing-masing.
Mephistopheles pun
membacakan mantra
untuk mengelabuhi penglihatan para pemuda itu.Ketika mereka sedang menunggu
anggur itu mengalir dari botol, keluarlah anggur sesuai dengan permintaan mereka.Akan tetapi tanpa mereka sadari, sesungguhnya yang mengucur itu
hanyalah bayangan.Mereka telah tertipu oleh hipnotis Mephistopheles. Setelah puas dengan permainannya, Mephistopheles melepas daya
sihirnya lalu segera pergi dengan Faust dari tempat itu, menunggangi sebuah pasu, menuju tempat seorang tukang sihir. Siebel, Frosch, Altmayer, dan
Brander dibuatnya terbingung-bingung dengan peristiwa yang baru saja mereka alami. Dari tempat minum-minum tadi Mephistophelesmengajak
Faust pergi ke dapur seorang tukang sihir Hexenküche untuk menunjukkan kepadanya hal-hal dunia sihir yang menakjubkan dan mengubah Faust yang
sudah berusia 80 tahun menjadi muda kembali tanpa bersusah payah mengeluarkan uang. Peristiwa ini menjadi awal Faust mulai tertarik
kepadawanita cantik yang dilihatnya dalam sebuah cermin ajaib. Untuk memuaskan sahabat barunya, Mephistopheles membawa Faust bertemu
gadis tersebut, yaitu Margarete. Margarete adalah seorang gadis belia berusia sekitar 14 tahun dan berasal dari keluarga sederhana yang taat
beragama. Kedekatan mereka membawa bencana bagi diri si gadis, yaitu hamil di luar nikah, padahal ia adalah kebanggaan kakaknya, Valentin.
Valentin merasa bangga karena semua teman-teman tentaranya dan seluruh isi kota selalu memuji-muji kecantikan adiknya itu. Namun
kedekatannya dengan Faust menjadi awal kehancuran keluarga Margarete. Selain kehamilan itu sendiri, Margarete juga mengalami musibah beruntun
yaitu kematian ibu dan kakaknya yang juga disebabkan oleh Faust. Kematian ibunya terjadi pada malam ketika ia dan Faust melakukan
persetubuhan. Atas saran Faust, Margarete memasukkan obat tidur ke dalam minuman ibunya supaya mereka berdua bisa bebas bermesraan tanpa
ketahuan ibunya. Sayangnya obat yang diberikan itu dosisnya terlalu tinggi sehingga ibunda Margarete tewas.
Kematian kedua menimpa kakaknya, Valentin. Valentin yang merasa reputasinya ikut hancur saat teman-teman sejawatnya menggosipkan
kehamilan Margaret, menjadi naik pitam pada laki-laki yang dicurigainya telah meniduri adiknya, yaitu Faust. Atas bantuan Mephistopheles, Faust
membunuh Valentin yang mengajak bertarung. Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Valentin sempat mengungkapkan kekecewaannya kepada
adiknya itu dan mengutuknya.
Semua permasalahan berat ini telah menambah konflik batin yang tak terbayangkan dalam diri Margarete, seolah ia adalah akar dari semua
masalah itu. Semua permasalahan yang kompleks itu harus ditanggung oleh Margarete seorang diri, karena Faust telah pergi meninggalkannya tanpa
jejak. Margarete terpojok dalam suatu posisi yang membuatnya mengambil keputusan nekat tanpa berpikir panjang lagi, yaitu membunuh anaknya
sendiri yang baru saja dilahirkan. Masyarakat mengutuk perbuatannya itu dan menyeretnya ke pengadilan. Di sana ia divonis hukuman mati, yaitu
dipenggal kepalanya. Faust sempat datang untuk menyelamatkannya, namun Margarete lebih memilih untuk menjalani vonis tersebut sebagai penebusan
dosanya. Selain menceritakan tragedi, drama Faust I juga menceritakan
ketidakadilan gender yaitu marjinalisasi perempuan dan dominasi laki- laki.Di antaranya dialami oleh tokoh Margarete, Frau Marthe dan
Bärbelchen. Frau Marthe adalah tetangga Margarete yang telah lama ditinggal
pergi oleh suaminya yang merantau.Di tanah rantauan, suaminya ternyata berselingkuh.Ia sama sekali tidak meninggalkan warisan untuk istrinya yang
tidak memiliki keahlian khusus untuk mencari nafkah. Frau Marthe hidup dalam ketergantungan finansialnya terhadap suaminya, padahal ia harus
menghidupi anak-anaknya. Letak masalahnya yaitu ia tidak bisa mandiri setelah kematian suaminya. Hal ini adalah konsekuensi hierarkhi dalam
budaya patriarkhi.
Tokoh perempuan berikutnya adalah Bärbelchen.Iaadalah seorang gadis seumuran Margarete. Ia juga ditinggal pergi kekasihnya setelah hamil.
Menurut penuturan Lieschen, Bärbelchen jatuh cinta dengan seorang pria yang membuatnya sangat tergila-gila. Sayangnya, laki-laki itu hanya
memanfaatkan Bärbelchen sebagaimana sebuah objek yang bisa mendatangkan kesenangan bagi si laki-laki.