Dalam Bidang Agama Marjinalisasi pada Tokoh Frau Marthe a. Dalam Lingkup Keluarga

“Sibylle baru mengatakan padaku hari ini: Dia juga akhirnya merasa dirinya seperti terpukau Itulah hasil perbuatannya Ia memperbodoh dirinya sendiri” GRETCHEN: “Wieso?” “Kenapa begitu?” LIESCHEN: “Es stinkt Sie füttert zwei, wenn sie nun ißt und trinkt.” Goethe, 1982:112 “Bau tengik Dia memberi makan dua orang ketika makan dan minum.” Penuturan Lieschen dapat dipandang sebagai representasi pandangan masyarakat yaitu bahwa perempuan yang keluar rumah pada malam hari akan membawa musibah bagi nama baik keluarganya. Jika sampai terjadi kehamilan di luar nikah pelecehan, pemerkosaan, dan sejenisnya, maka pihak yang disalahkan adalah si perempuan itu sendiri. Penuturan Lieschen sarat akan sarkasme. Ia menganggap kehamilan itu sebagai kebodohan Bärbelchen sendiri. Di sini terlihat bahwa bukan saja laki-laki yang menyalahkan perempuan jika terjadi penyimpangan tindakan seksual, tetapi kaum perempuan sendiri juga akan berpandangan yang sama androsentris.

c. Dalam Bidang Ekonomi

Data tentang marjinalisasi tokoh Bärbelchen dalam bidang ekonomi tidak peneliti temukan dalam drama ini.

d. Dalam Bidang Agama

Sebelumnya telah peneliti jelaskan di atas, tentang misogini agama terhadap kaum perempuan.Sebuah lembaga yang dianggapsakral yaitu agama pun turut andil dalam pemojokkan kaum perempuan. Menurut Fakih 2008: 137, penafsiran agama telah meletakkan kaum perempuan dalam kedudukan dan martabat yang subordinatif terhadap kaum laki-laki. Hal ini tergambar dari kalimat Lieschen: “Im Sünderhemdchen Kirchbuß tun” Goethe, 1982: 112-113“Dalam kemeja dosa membuat denda gereja”. Menurut latar belakang sejarah gereja, pada abad ke 18 masih terdapat tradisi denda kepada umat yang berbuat dosa Wispi, 1999: 254-255, dalam pengertian ini adalah Bärbelchen yang melakukan dosa. Di mata agama dan masyarakat, iaadalah pihak yang disalahkan dan harus membayar denda kepada gereja. Fakih 2008: 132-134 juga berpendapat, tafsir keagamaan memegang peranan penting dalam melegitimasi dominasi atas kaum perempuan. Interpretasi terhadap ajaran agama sangat dipengaruhi oleh kaca mata pandang yang digunakan oleh penafsirnya, yang seringkali juga berkaitan dengan seberapa jauh keuntungan spiritual dan material yang bisa diperoleh: artinya tafsir agama erat kaitannya dengan aspek ekonomi, politik, kultural, dan juga idiologi. Seluruhnya