Data Penginderaan Jauh untuk Penangkapan Ikan

16 Pengembangan Dan Penerapan Informasi Spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan Berdasarkan Data Pengindraan Jauh Data spasial atau sering juga disebut data keruangan adalah data yang terikat dengan posisi koordinat ruang di permukaan bumi. Data spasial dapat berupa peta dasar atau peta tematik, datainformasi yang diperoleh dari data penginderaan jauh satelit, atau data hasil pengamatan lapangan yang dikaitkan dengan posisi koordinat yang diukur dengan Global Positioning System GPS atau titik acuan berdasarkan posisi koordinat pada peta dasar. Data spasial berupa peta dasar atau peta tematik antara lain : 1 peta rupabumi; 2 peta laut kedalaman; 3 peta lingkungan pesisir dan laut. Data spasial berupa parameter fisik dan lingkungan terkini yang diperoleh dari data penginderaan jauh antara lain terdiri dari : 1 Data daerah potensi penangkapan ikan fishing ground. 2 Data lingkungan pesisir dan pantai seperti terumbu karang, mangrove, dan kualitas perairan. 3 Daerah potensi budidaya laut. Berdasarkan catatan bahwa, hasil tangkapan ikan lemuru di Selat Bali pernah mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu dari melebihi 6.500 ton pada tahun 1950 menjadi kurang 200 ton pada tahun 1956, tetapi kemudian naik lagi disebabkan oleh faktor-faktor atau peristiwa yang tidak diketahui. Penurunan stok ikan secara drastis dapat disebabkan oleh dua faktor yang saling berkaitan yaitu factor pertama adalah tekanan penangkapan berlebih dan pengaruh lingkungan oseanografi. Faktor kedua disebabkan oleh ketidakpastian dalam estimasi sumberdaya ikan lemuru sandine di Indonesia akibat kesenjangan informasi tentang distribusi ikan lemuru secara geografis dari stok ikan dalam potensi lestari Pet, 1997.

2.5 Data Penginderaan Jauh untuk Penangkapan Ikan

Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh untuk kelautan dikembangkan dengan beberapa alasan yaitu: a tersedianya sensor baru dengan resolusi spektral dan spasial yang dapat mengamatimengukur parameter oseanografi dengan lebih teliti; b kemudahan dalam mengakses data; c kemampuan mengolah dan mendisseminasikan data melalui sistem pengolahan digital; d meningkatnya kepedulian dari pengguna dalam memanfaatkan keunggulan dari teknologi penginderaan jauh Hartuti, 2006. Penggunaan data SPL dan kandungan klorofil-a yang dihitung dengan menggunakan data MODIS yang dihasilkan LAPAN dapat digunakan untuk prediksi zona potensi penangkapan ikan dengan analisis overlay antara citra kantur SPL dengan citra kontur kandungan klorofil-a. Wilayah tumpang tindih antara kontur SPL dan kontur klorofil-a yang merupakan indicator keberadaan ikan, dipredikasi sebagai zona potensi penangkapan ikan pelagis. Hasil penelitian yang dilakukan menujukkan bahwa ikan-ikan pelagis kecil tembang, kembung, layang dan cakalang cenderung tertangkap di perairan dengan suhu dalam selang 26 – 29 C dan konsentrasi klorofil-a 0,5 – 2,5 mgm 3 . Di sisi lain, Santos 2000 Informasi Spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan ZPPI 16 17 Pengembangan Dan Penerapan Informasi Spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan Berdasarkan Data Pengindraan Jauh menyatakan bahwa pemahaman tentang interaksi antara lingkungan oseanografi dengan organisme laut masih sangat minim dan sangat sulit untuk meneliti atau mengamati melalui kegiatan eksperimen. Pemanfaatan data satelit penginderaan jauh sangat penting untuk memecahkan masalah perikanan untuk mengetahui hubungan antara lingkungan oseanografi dengan penyebaran dan kelimpahan sumberdaya ikan Sumedi, 2009. Informasi Spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan ZPPI 17 18 Pengembangan Dan Penerapan Informasi Spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan Berdasarkan Data Pengindraan Jauh 19 Pengembangan Dan Penerapan Informasi Spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan Berdasarkan Data Pengindraan Jauh

BAB 3 PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH

UNTUK PERIKANAN TANGKAP Terdapat dua jenis satelit lingkungan dan cuaca yang dapat menghasilkan data parameter oseanografi yang dapat digunakan untuk pengembangan ZPPI yaitu satelit NOAA dan satelit AquaTerra. Satelit- satelit tersebut masing-masing membawa sensor AVHRR untuk mendeteksi SPL, sedangkan satelit AquaTerra membawa sensor MODIS untuk mendeteksi SPL dan klorofil-a.

3.1 Satelit Lingkungan dan Cuaca seri NOAA

Satelit lingkungan dan cuaca NOAA merupakan satelit inderaja berorbit polar sun-synchronous pada ketinggian sekitar 833 – 870 km di atas permukaan bumi dengan periode orbit 102 menit, mengelilingi bumi sekitar 14 kali per hari. Satelit NOAA merupakan pengembangan lanjut dari satelit Television Infrared Observation System TIROS yang diluncurkan pertama kali pada tanggal 1 April 1961. Satelit NOAA dirancang dan dikembangkan dengan serangkaian satelit NOAA-K, L, M, N, P dan NPOESS yang masing-masing diluncurkan pada tahun 1998, 2000, 2002, 2005, 2006 dan 2009. Karakteristik beberapa satelit seri NOAA seperti diperlihatkan pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1. Karakteristik dari satelit lingkugan dan cuaca seri NOAA No. Elemen Spesifikasi 1. Waktu peluncuran NOAA-K: 13 Mei 1998. NOAA-L: 21 September 2000. NOAA-M: 24 Juni 2002. NOAA-N: 20 Mei 2005 NPOESS Proyek Persiapan: 31 Oktober 2006 NOAA-P: Februari 2009 2. Masa operasi Minimum 2 tahun 3. Orbit Sun-synchronous Wahana Satelit 4. Berat Satelit 1.478,9 kg pada orbit dan 2.231,7 kg pada peluncuran 5 PanjangDiameter 4,18 m 1,88 m 6 Pengendali ketinggian Attitude 3-axis 7 Daya Transfer energi langsung Kecepatan Transmisi Data – Real Time 8. TIROS Information Processor TIP 8,32 kilobits per second kbps Informasi Spasial Zona Potensi Penangkapan Ikan ZPPI 19