biasanya merusak kualitas nira yaitu bakteri mikrospora dan jamur Aspargilus Singer.
2.3 Proses Produksi
Kegiatan produksi gula di PG Madubaru pasir hanya dilakukan selama musim panen atau sering disebut musim giling. Musim giling ini berlangsung
kurang lebih selama 6 bulan penuh yang biasanya dimulai pada bulan Mei atau Juni. Berbeda dengan produksi gula, untuk spiritus biasanya berlangsung sepanjang
tahun tergantung dari pesanan yang ada, bila tidak ada pesanan khusus sama sekali maka produksi spiritus hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Proses produksi untuk pembuatan gula di PG Madukismo menggunakan sistem proses kontinyu. Penanganan bahan baku menggunakan sistem
First In First Out
FIFO, yang artinya bahan yang datang lebih dulu di proses pertama kali. Proses pembuatan gula melalui tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
Pada Tahap persiapan dilakukan penyediaan bahan baku berupa tebu yang didatangkan dari berbagai daerah di sekitar pulau jawa yang selanjutnya akan
masuk ke stasiun penggilingan. Tahap persiapan meliputi penebangan tebu, pengangkutan tebu ke pabrik, pembersihan tebu, dan pencacahan tebu. Tebu yang
digunakan ditentukan dengan kualitas berikut: a.
Ditebang pada tingkat kemasakan optimal. b.
Kadar kotoran tebu tebu mati, pucuk, daun, pelepah, tanah, akar sogolan yang panjangnya kurang dari 2 meter maksimal 5.
c. Jangka waktu sejak di tebang sampai 36 jam.
Penebangan tebu dilakukan ketika tebu sudah masak yaitu berumur antara 10-15 bulan, tergantung dari jenis tebu, tebu yang telah diikat dalam satu bongkok
diangkat kemudian dimasukkan alat pengangkut yaitu truk atau lori tebu. Tebu yang diangkut lori langsung ditimbang dan kemudian dibawa ke pabrik dan siap untuk
digiling. Tebu yang diangkut oleh truk sebelumnya ditimbang pada timbangan bruto untuk mengetahui berat tebu dan truk pembawa dan selanjutnya dibawa ke
emplasement
pembongkaran tebu. Setelah itu tebu dipindahkan ke lori pengangkut dengan derek maupun tenaga manusia sesuai dengan beratnya. Untuk tebu yang
beratmya kurang dari 10 ton menggunakan derek, jika lebih maka dibongkar oleh pekerja dengan cara manual. Truk kosong di timbang kembali untuk mengetahui
beratnya sebelum keluar dari pabrik sehingga dapat diketahui berat tebu yang akan diproses pada stasiun penggilingan.
2. Tahap penggilingan
Proses penggilingan adalah suatu proses yang bertujuan memisahkan serabut ampas dan nira. Tebu yang ada di Lori dalam
emplasement
kemudian pada gilirannya akan di giling. Tebu yang berada di Lori kemudian di pindah ke meja
dengan alat angkat
Hoist Crane
yang digerakkan dengan listrik. Dari meja tebu ini, tebu tersebut dijatuhkan ke
conveyor
untuk dibawa ke unit pemukul dan pemecah tebu
Unigrator Mark
IV. Untuk mengatur banyak sedikitnya tebu yang jatuh ke
conveyor
pada meja tebu di pasang
kricker
bergigi yang berputar. Dengan demikian tebu yang masuk ke
unigerator
akan merata. Tebu yang keluar dari
unigerator
akan
keluar menjadi serpihan-serpihan kecil yang akan dibawa ke gilingan I oleh
conveyor
miring. Dalam proses penggilingan, PG Madubaru memiliki 5 unit mesin gilingan.
Pada unit gilingan 1, tebu yang sudah dicacah kemudian kemudian digiling dan diperah hingga menghasilkan nira. Ampas yang keluar dari unit gilingan 1 diangkut
oleh konveyor menuju gilingan 2. Sebelum masuk antara rol-rol, ampas dari gilinagn 1 mengalami proes ekstraksi yaitu diberi nira imbibisi yang merupakan
hasil dari perahan unit gilingan 2. Dengan proses ekstrasi ini diharapkan nira yang terkandung dalam ampas sedikit mungkin. Proses tersebut berlanjut hingga unit
gilingan 5 yang selanjutnya sisa ampas digunakan untuk bahan bakar ketel.
3. Tahap pemurnian
Nira mentah yang keluar dari stasiun gilingan sebenarnya sudah disaring menggunakan DSM
screen
yaitu sebuah saringan getar. Namun nira tersebut masih banyak mengandung kotoran yang bersifat koloid, oleh karena itu perusahaan
memutuskan melakukan proses pemurnian lanjutan menggunakan metode sulfitasi alkalis. Prinsip sulfitasi alkalis secara dasar dapat dijelaskan sebagai berikut :
Nira mentah dipanaskan sampai suhu 70°C dan direaksikan dengan susu kapur
�� �
2
di dalam defekator bertingkat dan kemudian diberi �
2
Sulfur Dioksida dan dipanaskan kembali. Nira kemudian dipompa dan ditampung pada
tangki
expandeur
dan diberi
floccoulant
2,5 ppm. Selanutnya diendapkan dalam peti pengendap
Door Clariffier
untuk menghasilkan nira bersih dan nira kotor.
Nira bersih diproses lebih lanjut dan nira kotor disaring dengan
dirotary filter
yang menghasilkan blotong sebagai pupuk organik.
4. Tahap penguapan
Tujuan proses pada stasiun penguapan adalah untuk mengurangi kandungan air dalam nira sehingga nira encer bersih menjadi pekat atau biasa disebut dunsap.
Kondisi optimum untuk pengkristalan nira yaitu dengan konsentrasi kurang lebih 60 - 64 Brix atau 30 - 32 Be. Proses penguapan dilakukan dengan badan
penguap atau evaporator dengan ruang hampa dan temperatur didih yang rendah. Temperatur yang rendah sangat penting karena temperatur tinggi akan
menyebabkan terurainya sukrosa dan menyebabkan timbulnya
caramel
yang berwarna gelap. Evaporator yang digunakan di PG Madubaru terdiri dari 5 unit
yang disusun secara seri
multiple effect evaporator
dimana hanya 4 unit yang digunakan untuk proses penguapan dan 1 unit di bersihkan secara bergantian.
Pada efek terakhir dipasang barometric kondensor untuk menarik vacum sehingga aliran uap nira dari satu badan ke badan berikutnya dapat berjalan dengan
lancar yang menurunkan titik didih. Proses penguapan membutuhkan waktu relatif cepat agar kerusakan nira semakin kecil karena pengaruh suhu. Oleh sebab itu
proses penguapan dilakukan dalam suasana vacum, artinya tekanan dalam badan penguapan sebanding dengan tekanan udara luar. Dengan tekanan vacum, titik
didih larutan semakin rendah, maka air yang diuapkan lebih banyak. 5.
Tahap pengkristalan Proses kristalisasi bertujuan untuk mengkristalkan sukrosa yang ada pada
nira kental. Nira kental hasil sulfitasi setelah beberapa saat berada di peti
penampung kemudian dikristalisasi dalam pan masakan yang bertekanan vacum. Di dalam pan masakan nira kental akan berubah menjadi bentuk kristal-kristal.
Pemanansan dilakukan dibawah tekanan vacum 62 cmHg, untuk mnghindari kerusakan sukrosa karena panas suhu didihnya hanya 65°C.
Untuk mendapatkan hasil kristal yang baik dan maksimum, maka pembuat gula di PG Madukismo menggunakan sistem masakan A,C, dan D. Dan ketiga
masakan tersebut mempunyai harga pemurnian HK yang berbeda-beda yaitu : a.
Masakan A dengan HK 83-85 b.
Masakan C dengan HK 74-76 c.
Masakan D dengan HK 59-61 6.
Tahap pemutaran Pemisahan larutan dengan kristal dilakukan menggunakan alat putaran yang
bekerja dengan gaya sentrifugal. Hal ini bertujuan untuk memisahkan gula kristal dari
stroop, klare
, dan tetes. Kristal yang terdapat dalam basket putaran akan terlempar dan tertahan oleh saringan. Disamping tingginya putaran, baik buruknya
pemisahan ditentukan oleh kristalisasi. Masakan yang mengandung kristal kristal lembut atau kristal palsu akan mempersulit pemisahan kristalnya, karena kristal-
kristal tersebut akan menyumbat aliran. Sesuai jenis masakannya ada tiga jenis putaran yaitu putaran A, C, dan D1.
Unuk mendapatkan gula yang putih, maka kristal tersebut akan diputar 2 kali sehingga ada putaran A dan SHS, putaran C, putaran D1 dan putaran D2. Larutan
pada putaran I disebut
stroop
dan larutan pada putaran II disebut
klare
.
Hasil dari masakan A sesudah didinginkan pada palung pendingin kemudian dipompa ke stasiun pemutaran. Pada stasiun putaran ini dilakukan pencucian
dengan air sehingga gula yang dihasilkan akan berwarna putih dan
stroop
bisa dipisahkan. Pemisahan ini terjadi karena adanya gaya sentrifugal, berputar dengan
cepat sehingga kristal-kristal gula dan
stroop
dengan cepat dapat terpisah. Dibagian pinggir bejana sentrifugal terdapat saringan, sedangkan cairannya akan melewati
saringan dan keluar. Hasil putaran A adalah gula A dan
stroop
A.
Stroop
A digunakan sebagai bahan masakan C dan D. Gula A dialirkan dengan yang
selanjutnya gula A tersebut dipompa ke putaran SHS di dapat
klare
SHS yang digunakan untuk bahan masakan bibit dan sebagian dimasukkan ke masakan A.
Dalam putaran SHS pada saat diputar, disemprot dengan
steam
agar didapatkan gula putih dan juga berfungsi untuk pengeringan. Kemudian hasil produk gula SHS
ini dibawa ke stasiun penyelesaian. Hasil dari masakan C dari palung pendingin dialirkan ke putaran C. Hasil
dari putaran C ini adalah gula C dan
stroop
C.
Stroop
C dipompa ke bak penampungan untuk digunakan sebagai bahan masakan bibit. Untuk masakan D
dari palung pendingin dialirkan ke putaran D1 dan hasil dari putaran D1 berupa gula D1 dan tetes. Tetes dilanjutkan ke pabrik spiritus dan gula dialirkan ke putaran
D2 dan hasilnya adalah gula D2 dan
Mare
D1. Kecepatan putaran D1 dan D2 adalah 2000 rpm. Masakan D dan gula D1 diputar dengan kecepatan tinggi karena masakan
D dan gula D1 mempunyai kemurnian yang rendah dibandingkan dengan masakan A dan masakan C.
7. Tahap penyelesaian
Pada stasiun penyelesaian ini dibagi didalam beberapa tahap, yaitu : a.
Proses Pengeringan Produk dari putaran SHS yaitu gula SHS, saat keluar masih dalam
keadaan basah dan lengket. Oleh karena itu harus dikeringkan dahulu sebelum dikemas. Proses peneringan ini dilakukan di alat pengering,
dimana di dalam alat itu dialiri udara kering panas sebagai media pengering sehingga di dapat gula kering yang tidak lengket. Gula SHS
dari putaran dibawa ke talang goyang ke
bucket elevator
. Kemudian masuk ke pengering dari atas dan udara kering dari bawah akan
mengeringkn gula yang jatuh dari atas. Gula kemudian jatuh ditalang goyang yang dilengkapi dengan ayakan. Disini akan terjadi pendinginan
dan pemisahan gula antara kasar dan halus. Gumpalan gula kasar yang tertahan kemudian akan diproses kembali.
b. Proses Penyaringan
Kristal gula dari saringan getar kemudian masuk ke silo dan dipisahkan antara gula yang diinginkan dan gula yang kristalnya halus sekali. Dan
silo gula yang diinginkan dikemas setiap 50 kg perkarung. c.
Peyimpanan Gula yang sudah dikemas dengan karung plastik setiap 50 kg kemudian
disimpan di gudang untuk nantinya dipasarkan. Didalam gudang itu gula harus terjaga dengan baik, oleh karena itu gula harus dalam keadaan
kering tidak lembab dan lantai juga harus dijaga supaya kering.
2.4 Produk yang Dihasilkan