Respon masyarakat sekitar Kampus Al-Mubarok Parung Bogor Jawa Barat terhadap Ahmadiyah

(1)

RESPON MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS

AL-MUBAROK PARUNG BOGOR JAWA BARAT

TERHADAP AHMADIYAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Mencapai gelar (S 1) Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

FATA MAHMUDI

101032221696

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

RESPON MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS AL-MUBAROK

PARUNG BOGOR JAWA BARAT TERHADAP AHMADIYAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Mencapai gelar (S 1) Sarjana Sosial

Oleh

FATA MAHMUDI NIM 101032221696

Di bawah bimbingan,

DR. M. Amin Nurdin, MA NIP. 150 232 919

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul

RESPON MASYARAKAT SEKITAR

KAMPUS AL-MUBAROK PARUNG BOGOR JAWA BARAT

TERHADAP AHMADIYAH

telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Juni 2009. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) pada Jurusan Sosiologi Agama.

Jakarta, 19 Juni 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap Penguji I, Sekretaris,

Dr. Masri Mansoer, MA Joharotul Jamilah, S.Ag, M. Si NIP. 150 244 493 NIP. 150 282 401

Anggota:

Penguji 1I Pembimbing

Ahmad Abrori, M.A Dr. M. Amin Nurdin, MA


(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBNG……… i

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……… ii

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI………... v

A. BAB I PENDAHULUAN

1


(5)

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV

MASYARAKAT DAN AHMADIYAH

C. BAB V PENUTUP

D. DAFTAR PUSTAKA………


(6)

ABSTRAKSI

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia sebagai makhluk sosial, menghendaki mereka untuk hidup berdampingan dengan manusia lainnya. Saling membutuhkan dan saling

menggantungkan menjadikan manusia selalu hidup berkelompok. Lalu kemudian timbullah solidaritas.

Istilah lain yang juga memiliki arti yang sama dengan solidaritas adalah “asabiah” dalam karakteristik tertentu konsep asabiah sering diartikan juga sebagai keketatan hubungan seseorang dengan golongan atau grupnya dan berusaha sekuat tenaga untuk menolongnya serta berlaku ta’asub terhadap prinsip-prinsipnya. Sedangkan T. Kemiri menerangkan bahwa konsep asabiah itu merupakan konsep nasionalisme dalam arti yang luas, sementara itu konsep

asabiah tersebut oleh Mukti Ali diterjemahkan sebagai solidaritas sosial. Dalam kajian sosiologi, dari semua faktor sosial yang ditunjuk dan didiskusikan oleh Durkheim, tak satu pun yang sedemikian sentralnya seperti konsep solidaritas sosial. Dalam satu atau lain bentuk, solidaritas sosial membawahi semua karya utamanya. Istilah yang berhubungan erat dengan itu misalnya integrasi sosial dan kekompakan sosial singkatnya, solidaritas menunjuk kepada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang

didasarkan kepada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Ikatan ini lebih mendasar dari pada hubungan kontarktual yang dibuat atas persetujuan rasional karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu tingkat


(7)

atau derajat konsensus terhadap prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar kontrak itu.

Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan masyarakat dimana keteraturan dan keseimbangan hidup setiap individu masyarakat telah terjalin. Dilihat dari struktur masyarakatnya, dalam kajian tentang solidaritas sosial, Durkheim menggunakan istilah solidarits mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik, indikator yang paling jelas untuk tipe solidaritas mekanik ini adalah hukum yang berlaku bersifat represif (menekan). Hukum represif

mengungkapkan kemarahan kolektif sebagai dasar keteraturan sosial.

Ajaran-Ajaran Islam Tentang Solidaritas

Kehidupan dunia, denngan seluruh apa yang ada di dalamnya, berupa shalat dan amal dunia, dengan segala bentuk larangan dan perkenan; merupakan jalan satu-satunya menuju akhirat, baik yang akan berujung pada surga maupun neraka; siksa maupun mardhatillah.

Ia merupakan kesatuan yang diyakini oleh Islam dalam alam semesta dan kehidupan, antara hidup dan kehidupan, antara masyarakat dan individu, antara dorongan dan pelaksanaan dalam dirinya, dan pada tingkat paling tinggi antara agama dan keduniawian serta antara bumi dan langit.

Ia tidak meyakininya berdasar kehendak individu maupun masyarakat, atau berdasar kepentingan golongan yang satu dari golongan yang lain, atau bagi generasi yang satu atas generasi yang lainnya. Masing-masing mereka mempunyai hak dan kewajiban sendiri-sendiri berdasar keadilan dan persamaan.


(8)

Individu dan masyarakat, suku dan bangsa, generasi yang satu dengan generasi yang lainnya, semuanya diatur dengan hukum yang satu dan mempunyai tujuan yang satu pula, yaitu menggerakkan karya individu dan masyarakat tanpa adanya pertentangan, dan agar masing-masing generasi bekerja untuk

menumbuhkan dan membangun kehidupan serta mengarahkannya menuju Pencipta segala kehidupan ini.

Islam adalah agama kesatuan antara seluruh kekuatan alam, dan tidak diragukan lagi bahwa ia adalah agama tauhid; pengesaan Tuhan, pengesaan seluruh agama dalam agama Allah, dan pengesaan Rasul dalam menyebarkan agama yang satu pula semenjak munculnya fajar kehidupan.

.

Artinya: Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (QS, 21:92) Islam adalah agama kesatuan antara ibadah dan mu’amalah, antara akidah dan perbuatan, material dan spiritual, nilai-nilai ekonomi dan nilai-nilai moral, dunia dan akhirat, bumi dan langit.

Dari kesatuan besar ini muncullah ketentuan dan ketetapannya, pengaturan harta kekayaan, pembagian harta rampasan dan utang piutang, dan dalam hak dan kewajiban. Dalam prinsip raksasa inilah terkandung seluruh bagian-bagian dan rincian-rinciannya.

Selanjutnya, kehidupan dalam pandangan Islam, merupakan kasih sayang, persaudaraan, tolong-menolong dan tenggang-menenggang, dalam asas yang jelas


(9)

batasnya dan system yang jelas ketentuannya, baik antara seluruh umat Islam khususnya dan antara individu-individu manusia pada umumnya. 1

!"# ! $ %& !

' ($ )*%+ *$

,

-. )%/0 1

!" 23 4

,

1

5'

6

789$ )*%: 78

*%/$ )*%: *%

-.)$ )*%+

!"*$ :$ !' ;%$ <

2+ = *%+ >? 1 9@$ A 6/$

.

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.

Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS, 23: 12 – 14).

Berulangkali alQuran menetapkan pengertian ini diberbagai tempat, untuk menetapkan bahwa manusia ini memiliki asal dan sumber kejadian yang satu: semuanya berasal dari tanah, dan setiap inidividu, tidak ada kecualinya, semuanya berasal dari sperma yang hina, dan Rasulullah SAW pun menetapkan arti

semacam ini pula dalam berbagai hadisnya, antara lain: “Kamu sekalian adalah anak cucu adam, dan adam berasal dari tanah”.

Jika sudah tidak ada kelebihan seorang individu dari individu yang lainnya, maka tidak ada pula kelebihan antara satu suku dari suku yang lainnya, satu bangsa dari bangsa lainnya, yang sumber dan unsure-unsur lainnya lebih utama dari yang lain, sebagaimana yang sampai saat ini masih didengung-dengungkan oleh sementara bangsa: tidak sekali-kali tidak.

Dan bukanlah diciptakannya suku-suku itu untuk saling bertentangan dan bermusuhan, melainkan agar supaya mereka saling mengenal dan bersahabat. Di sisi Allah semuanya sama sederajat, tidak ada sedikitpun kelebihan yang satu dari

1


(10)

yang lain kecuali karena ketakwaannya. Itu merupakan satu permasalahan lain yang tidak ada kaitannya dengan asal dan pertumbuhan manusia, yaitu

bahwasannya manusia ini semuanya sama tidak ada kelebihan antara yang satu dengan yang lain kecuali karena takwanya.2

Arti persamaan antara manusia dan rasa tanggung jawab pribadi yang keduanya memainkan dari hati nurani dan dari sikap iman kepada Tuhan yang Transenden, dapat menyebabkan timbulnya suatu masyarakat yang sangat individualis yang “menolak solidaritas dalam artinya masehi sekarang dan menolak rasa sayang yang terarah”.

Keadilan itu menilai dan memberi ganjaran dan hukuman, menurut perbuatan. Rasa kasihan memberi menurut kebutuhan, tanpa perhitunga. Keadilan digambarkan seabagai seorang wanita memegang timbangan dengan mata

tertutup, merasa kasihan mungkin merupakan saudara perempuannya, yang juga tidak melihat tapi keduanya tanggannya membuka lebar. Rasa sayang mungkin melukiskan permulaan keadilan dan sebaliknya keadilan menjadi hasil dari rasa sayang yang benar-benar.3

Solidaritas bisa juga berarti belas kasihan (charity). Dimana setiap manusia mengesampingkan lebih dari warna kulit, agama, suku, atau golongan atas nama belas kasihan kepada sesama. Sehingga tidak ada perbedaan di antara manusia.

Prinsip persamaan, ukuran dan proporsi mendorong kepada keindahan dalam alam dan kepada kebaikan budi dalam manusia.menurut doktrin Islam, keadilan sekaligus menunjukkan dasar dan tujuan dari segala wahyu Tuhan.

2

Sayyid Quthb, Keadilan Sosial Dalam Islam, h. 66 - 67

3

Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h. 133 - 134


(11)

Keadilan itu dapat diekspresikan dalam dua tingkat: keadilan Tuhan terhadap makhluk-nya dan keadilan antara manusia dan manusia lain.

Sifat pengampunan Tuhan tidak melemahkan sifat Adil-Nya. Sifat tersebut bahkan menonjolkan sifat manusia yang tidak adil. Rahmat Tuhan tidak hanya sifat tambahan, akan tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eguity (keadilan). Persamaan pandangan ini berarti bahwa ajaran-ajaran moral atau perintah-perintah formal seperti cinta dan menolong tetangga, memeberi nafkah kepada kerabatnya, orang miskin dan orang-orang asing, bukannya tidak terdapat dalam Islam.

Rasa kasih sayang dan baik hati adalah kaidah yang harus dijunjung tinggi, tetapi hal-hal tersebut bukan ide yang abstrak dan ideal. Peraturan sama artinya dengan keseimbangan dan kebenaran, kesatuan dan keadilan. Kita harus

menempatkan ide-ide tersebut dalam konteks ini, oleh karena agama memberikan ajaran moral perorangan dan dasar-dasar lembaga sosial. Perintah kepada

perorangan untuk adil, ditambah dengan kasih sayang dan murah hati, dalam rangka kolektif menjelma menjadi altruisme yang timbul dari konsep solidaritas yang sangat perlu bagi masyarakat manusia menurut doktrin Islam. Ini adalah gerakan keluar yang menentang egoisme, tanpa menghilangkan individualisme atau utilitarisme. Dalam Islam, keadilan adalah motivasi keagamaan yang esensial dan altruisme adalah dasar moral yang pokok bagi suatu susunan sosial.4

Kehidupan akademis yang sering terlihat di perguran tinggi, merupakan perpaduan dari berbagai etnis dan bahkan ras. Mereka berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia dan juga negara tetangga.

4


(12)

Di sekitar kampus, sering dijumpai organisasi-organisasi kedaerahan, dimana anggotanya adalah mereka yang berasal dari satu daerah. Misalnya, IMT (Ikatan Mahasiswa Tegal), KMM (Komunitas Mahasiswa Minang), HMB (Himpunan Mahasiswa Banten), HIMATA (Himpunan Mahasiswa Tangerang), SIMAHARAJA (Silaturrahmi Mahasiswa Jepara di Jakarta), Formala (Forum Mahasiswa Lamongan), dan lain sebagainya.

Namun benarkah organisasi tersebut menjadi ajang silaturrahmi untuk mempererat rasa persaudaraan karena berasal dari daerah yang sama? Apa yang melatarbelakangi solidaritas di antara mereka? Atau justru organisasi-organisasi kedaerahan ntersebut menjurus ke arah fanatisme kesukuan yang kemudian mengesampingkan semangat nasionalisme?

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mengadakan penelitian dengan judul “Solidaritas dalam Organisasi Primordial (Studi Kasus Organisasi-organisasi Primordial di Sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)”

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka untuk menghindari pembahasan yang meluas, penulis membatasi penelitian ini pada:

1. Organisasi primordial dalam pembahasan ini adalah organisasi kedaerahan.

2. Solidaritas yang dimaksud adalah sebagai keketatan hubungan seseorang dengan golongan atau grupnya dan berusaha sekuat tenaga untuk menolongnya serta berlaku ta’asub terhadap prinsip-prinsipnya


(13)

Selanjutnya pembahasan tersebut penulis rumuskan dalam pertanyaan: Apa yang melatarbelakangi solidaritas pada organisasi-organisasi primordial di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gambaran singkat mengenai organisasi-organisasi kedaerahan yang ada di sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Untuk menelusuri solidaritas yang ada di organisasi primordial.

3. Untuk mengetahu dampak yang timbul akibat semangat kedaerahan yang ada di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta..

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi semua pihak tentang hal-hal yang melatar belakangi solidaritas dalam organisasi primordial.

2. Sebagai informasi bagi semua pihak tentang dampak positif dan negatif dari semangat kedaerahan.

3. Agar menjadi perhatian bagi seluruh pihak yang terkait dengan kehidupan multikultural untuk menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dalam masyarakat.

4. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

D. METODOLOGI PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian


(14)

Penelitian ini mengambil lokasi di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu sekitar dua bulan, satu bulan pertama untuk penelusuran dan naskan yang terkait dengan masalah yang dibahas. Satu bulan berikutnya untuk penelitian lapangan, penulis memperkirakan penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2007. 3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sejumlah massa (manusia atau bukan) yang terdapat dalam kawasan tertentu dalam satu unit kesatuan.5 Adapun subjek penelitian ini adalah anggota dari organisasi primordial yang ada di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari seluruh populasi yang ada, penulis menargetkan minimal 30 orang sebagai sampel.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Observasi

Observasi adalah sebuah metode ilmiah berupa pengamatan dan pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki.6 Pengamatan dilakukan secara langsung di lapangan untuk memperoleh data berkenaan dengan fokus penelitian.

b. Wawancara

5

Aminudin Rasyad, Metodologi Riset, (Jakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN, 1987), h. 62

6

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,


(15)

Suatu wawancara dapat disifatkan sebagai suatu proses interaksi dan komunikasi dalam mana sejumlah variabel memainkan peranan yang penting karena kemungkinan untuk mempengaruhi dan menentukan hasil wawancara.7

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara dengan mengajukan pertanyaan kepada masyarakat sebagai objek yang diwawancarai, yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.8

c. Angket

Angket ini merupakan daftar pertanyaan mengenai suatu hal untuk mendapatkan jawaban dari responden. Adapun respondennya adalah sampel yang terdiri dari anggota organisasi primordial yang ada di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Penelitian kepustakaan

Penelitian kepustakaan menyangkut pencarian dan pendalaman bahan-bahan pustaka yang mengkaji perilaku keberagamaan, sejarah telepon seluler, Islam dan teknologi. Dan yang paling penting adalah teori-teori sosiologi yang membahas tentang dinamika perilaku keberagamaan remaja.

5. Metode Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan dianalisa dengan tahapan editing yaitu meneliti kembali catatan yang diperoleh dari lapangan. Kemudian coding yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban para

7

J. Vredenberg, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1984), h. 88 - 89

8


(16)

responden dengan cara menandai masing-masing jawaban dengan tanda kode tertentu. Dengan begitu dapat mengungkapkan pokok masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh kesimpulan.

Dalam teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif analisis, karena data yang diperoleh penelitian ini lebih banyak bersifat kualitatif, maka dengan sendirinya dalam penganalisaan data-data penulis lebih banyak menganalisis.

Dalam melakukannya, dipakai metode analisa data sebagai berikut: 1. Analisa kualitatif

Data kualitatif dikemukakan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kategori pendidikan sehingga nantinya dapat diambil kesimpulan. Yang dianalisa adalah data tentang penggunaan media komputer di dalam kegiatan belajar mengajar yang bersumber dari hasil observasi, wawancara dan angket.

2. Analisa kuantitatif

Yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukam perhitungan dengan menggunakan statistic sederhana untuk memperoleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis menggunakan perhitungan prosentase dari hasil angket.

Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan frekuesni kontribusi dan prosentase dengan rumus:

F

P = N X 100 % Keterangan:


(17)

P = Angka prosentase yang akan dicari F = Frekuensi/jumlah yang mengisi N = Jumlah responden/sampel % = Bilangan tetap (konstanta)

No Presentase Penafsiran

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 100 % 90 – 99 % 60 – 89 % 51 – 59 %

50 % 40 – 49 %

20 39 % 10 – 19 % 01 – 09 %

0 %

Seluruhnya Hampir seluruhnya

Sebagian besar Lebih dari setengahnya

Setengahnya Hampir setengahnya

Sebagian kecil Sedikit Sedikit sekali Tidak ada sama sekali

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Hasil penelitian ini disajikan dalam lima bab. Masing-masing bab memaparkan informasi sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.


(18)

BAB II Kajian Teoritis, membahas pengertian solidaritas, faktor-faktor yang membentuk solidaritas, pengertian primordial, Islam dan solidaritas, sejarah organisasi primordial kedaerahan di Indonesia BAB III Gambaran umum lokasi penelitian, membahas tentang sejarah

singkat organisasi primordial di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, struktur organisasi, hubungan sosial dengan masyarakat

Bab IV Solidaritas dalam organisasi primordial, membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan solidaritas dalam organisasi primordial, kegiatan-kegiatan organisasi primordial, hubungan antar anggota organisasi primordial

BAB V Penutup yaitu kesimpulan dan saran. Selain uraian substansi di atas, pada bagian akhir skripsi ini disusun daftar kepustakaan dan sejumlah lampiran yang dianggap relevan.


(19)

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Quthb, Sayyid, Keadilan Sosial Dalam Islam, (Bandung: Pustaka, 1984) Boisard, Marcel A., Humanisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980) Rasyad, Aminudin, Metodologi Riset, (Jakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN, 1987) Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1999)

J. Vredenberg, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1984)


(20)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan segenap perasaan yang tulus ikhlas, penulis mengucapkan syukur ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan kuliah dengan penuh perjuangan dan rintangan. Mengingat waktu yang dibutuhkan sangat berliku untuk menyelesaikan ini, penulis begitu bersyukur akhirnya selesai.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke haribaan Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman, seorang revolusioner sejati, yang membuat begitu banyak perubahan, sehingga umat manusia tercerahkan hidupnya. Semoga kita termasuk umatnya di hari akhir kelak, amin.

Bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak serta kritikan, sangat berharga dalam penyusunan tugas akhir ini penulis dapatkan. Maka, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. DR. M. Amin Nurdin, MA (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus pembimbing skripsi penulis)

2. Ibu Dra. Ida Rosyidah, MA (ketua Jurusan Sosiologi Agama) dan Dra. Joharatul Jamilah, M. Si., (sekretaris Jurusan)

3. Bapak dan ibu petugas perpustakaan utama, terima kasih atas pelayanan dan bantuan yang diberikan kepada penulis saat mencari literatur.

4. Bapak dan ibu petugas perpustakaan fakultas, serta adik-adik peserta PKL yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ayahanda penulis, Sarnomo, BA, yang tidak pernah bosan-bosannya selalu memberikan wejangan dan kuliah subuh kepada penulis untuk


(21)

sesegera mungkin menyelesaikan kuliah. Terima kasih bapak, semoga penulis menjadi anak yang sholeh. Untuk ibunda penulis, Sumarmi, yang begitu sabar dan penuh kasih sayang memberikan segala perhatian kepada penulis, sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Untukmu ibunda, skripsi ini penulis persembahkan.

6. Kakak-kakak penulis, Mas Fat, Mbak Saliz, Mas Iyar, Mas Aris, Mbak Ida, Mbak Ifa, Mbak Lilik, Mas Hari, yang selalu memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

7. Teman-teman penulis di Sosiologi Agama angkatan 2001: Babe Ali, Asep Enha, Asep Ahong, Dayat, Yudi, Supri, Mpok Mamay, Bu Kiki, Soleh, dan seluruh teman-teman penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Khususnya teman-teman Sos B dan anggota KKS Bogor 2004. 8. Masyarakat Desa Pondok Udik yang bersedia penulis wawancarai, terima

kasih atas kerja samanya. Juga kepada segenap pegawai kelurahan, yang memberikan data-data yang penulis perlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, harapan penulis, semoga atas segala bantuan dan perhatian yang diberikan mendapat balasan yang berlipat dari Yang Maha Kuasa, amin. Selain itu, semoga segala aktivitas yang kita kerjakan diberi kemudahan dan menjadi nilai ibadah di sisi-Nya. Sekali lagi terima kasih, thank you, kamsia, syukron, vielen danken, matur nuwun.

Jakarta, 29 Mei 2009 Penulis


(22)

BAB I PENDAHULUAN

E. Latar Belakang Masalah

Kebebasan beragama di Indonesia dijamin oleh undang-undang. Setiap warga negara Indonesia berhak untuk memeluk agama yang diyakininya dan berhak untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya tersebut. Agama yang diakui oleh negara berjumlah 6, yaitu Islam, Katholik, Protestan, Hindu, Budha, Konghuchu. Selain enam agama tersebut, juga terdapat beberapa aliran kepercayaan yang dianut oleh masyarakat.9

Sejak awal Orde Baru hingga sekarang, dialog antar umat beragama, yang diprakarsai pemerintah memang sudah cukup intens dilakukan. Secara kuantitatif, paling tidak dalam kurun 1972-1977, tercatat paling sedikit 21 kali dialog yang dilakukan di 21 kota. Seperti telah diketahui, dalam rangka membina dan memelihara kerukunan antar umat beragama di Indonesia, pemerintah berupaya mencarikan jalan keluar bagi kebuntuan hubungan umat beragama ini dengan memfungsikan pranata-pranata agama sebagai media penyalur gagasan dan ide. Salah satu pranata agama yang selama ini diandalkan adalah peran tokoh-tokoh agama. Harus diakui bahwa tokoh-tokoh agama ini mempunyai kedudukan dan

9

Di Negara Indonesia hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945:

1. UUD 1945 Pasal 28E, ayat (1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, ayat (2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya.

2. UUD pasal 29 ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

3. UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 22 ayat (1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Pasal 22 ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.


(23)

pengaruh besar di tengah-tengah masyarakatnya, karena mereka mempunyai beberapa kelebihan yang dimiliki, baik dalam ilmu pengetahuan, jabatan, keturunan dan lain sebagainya. Tokoh agama juga merupakan pemimpin informal dalam masyarakatnya, dan secara umum mereka tidak diangkat oleh pemerintah, tetapi ditunjuk atas kehendak dan persetujuan dari masyarakat setempat.10

Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia memiliki bermacam-macam aliran yang awal mulanya berasal dari suasana politis saat terjadi peristiwa arbitrase antara Ali dan Mu’awiyah. Hingga kini, berbagai aliran yang ada di Indoenesia tumbuh dan memiliki pengikut di daerah-daerah. Salah satu aliran dalam Islam yang ada di Indonesia adalah Jamaah Ahmadiyah yang kemudian mendapat fatwa sesat oleh MUI (Majlis Ulama Indonesia).

Faktor yang menjadi latar belakang berdirinya jemaat Ahmadiyah adalah keadaan dunia menjelang lahirnya Ahmadiyah diliputi berbagai keburukan, immoralitas dan mementingkan urusan keduniawian dari pada agama. Tujuan Ahmadiyah didirikan untuk memperbaiki kehidupan agama orang-orang Islam dan mempersatukan umat Islam.11

Menyebabkan orang-orang Ahmadiyah itu begitu rusak akhlaknya disebabkan dua hal:

1. Karena akidahnya rusak 2. Terlalu mencintai dunia

10

M. Amin Nurdin, Strategi Kerukunan Antarumat Beragama Berbasis Teknologi Informasi, artikel dipresentasikan pada Rapat Koordinator Menko Kesra RI, Februari 2008

11

M. Amin Djamaluddin, Ahmadiyah & Pembajakan al-Qur’an (Jakarta: LPPI, 2005), Cet. Ke-6, h. 195


(24)

Karena dua hal inilah sehingga timbul pergaduhan sesama mereka, saling mengumpat, saling curiga mencurigai, saling hasud dan iri hati dan saling mau cari publisitas dan pengaruh.12

Ajaran Ahmadiyah yang menyimpang terutama 3 hal: 1. Penyaliban Nabi Isa

2. Al-Mahdi yang dijanjikan akan muncul di akhir zaman 3. Penghapusan kewajiban berjihad

Ahmadiyah berpendapat bahwa Nabi Isa tidak meninggal di kayu salib, melainkan setelah kebangkitannya kembali ia hijrah ke Kasymir untuk mengajarkan Injil. Di sini dia meninggal dalam usia 120 tahun dan makamnya hingga sekarang menurut mereka, masih di Srinagar.13

Pro kontra pelarangan Ahmadiyah terus bergulir. Setelah diberi kesempatan selama 3 bulan, ternyata tidak ada yang berubah dari Ahmadiyah. Ahmadiyah dinilai tidak konsisten dengan 12 butir pernyataan yang sebelumnya disepakati Ahmadiyah. Akhirnya Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakor Pakem) Kejaksaan Agung merekomendasikan Ahmadiyah untuk menghentikan aktivitas.

Pihak yang pro terhadap pelarangan Ahmadiyah sebagian besar berpijak pada HAM, terutama kebebasan berkeyakinan dan beragama. Beberapa argumentasi pembela Ahmadiyah tentu saja perlu dikritisi.

Pertama, melarang Ahmadiyah dianggap telah melanggar HAM dan UUD 1945. Dalam UUD 1945 kebebasan berkeyakinan ini dijamin konstitusi. Menurut

12

Ahmad Hariadi, Mengapa Saya Keluar dari Ahmadiyah Qodiyan (Singapura: PERIPENSIS, 1987), Cet. Ke-1, h. 24

13

Sir Muhammad Iqbal, Islam dan Ahmadiya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. Ke-1, h. vii


(25)

konstitusi, kebebasan meyakini kepercayaan sesuai hati nurani adalah merupakan hak asasi manusia. Ia juga merupakan hak konstitusional warga, yang harus dilindungi dan dibela negara. Namun, hak itulah yang sekarang dicopot negara dari warga Ahmadiyah dengan cara menghentikan aktivitas Ahmadiyah. Sebuah perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai melanggar HAM dan juga konstitusi.

Argumentasi di atas seakan-akan benar. Namun yang terkesan dilupakan bahwa dalam Bab XA tentang HAK ASASI MANUSIA pasal 28 J point 2 tertulis: Dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan utnuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis. Hal yang sama dijelaskan dalam pasal 29 Duham, pasal 18 ICCPR. Artinya, pelaksanaan HAM bukanlah tanpa batas. Negara bisa melakukan intervensi atau melarang dengan pertimbangan nilai-nilai agama. Karena masalah Ahmadiyah adalah persoalan agama Islam, maka pertimbangan nilai-nilai agama Islam patut diperhatikan dan dijadikan rujukan oleh negara. Dalam pertimbangan Islam, perkara Ahmadiyah ini sudah jelas, merupakan paham kufur yang menyimpang dari Islam.

Penting juga dibedakan antara kebebasan beragama dengan kebebasan menodai agama. Untuk perkara yang pertama, negara memang sudah seharusnya memberikan jaminan. Namun bukan pula berarti memberikan jaminan terhadap kebebasan menodai dan menghina agama.


(26)

Antara kebebasan beragama dan kebebasan menodai agama tidak dibedakan atas nama HAM. Sangat mungkin dengan mengatasnamakan keyakinannya sekelompok orang salat bukan menghadap kiblat, tapi ke arah Monas, salat dengan dua bahasa. Kalau berdasarkan keyakinan berarti tidak bisa dilarang, sungguh mengerikan. Kalau logika di atas diikuti apa yang dilakukan oleh Wilders, Salman Rushdie, yang menghina Islam tidak bisa disalahkan.

Muncul anggapan kalau Ahmadiyah dilarang oleh negara, berarti negara telah mengadopsi penafsiran tunggal, dengan kata lain negara melakukan

monopoli penafsiran. Hal ini patut dipertanyakan, sebab dalam banyak hal, negara memang melakukan monopoli. Dalam logika demokrasi, monopoli negara ini sah-sah saja, jika hal tersebut merupakan aspirasi masyarakat banyak yang kemudian ditetapkan oleh undang-undang.

MUI juga bukan sendiri, kesesatan Ahmadiyah telah ditetapkan oleh

Rabithah Alam Islamy. Referensi utama Islam (mu’tabar) dalam kitab tafsir, fiqh, aqidah maupun syariah yang menjadi rujukan di pesantren-pesantren tidak satupun yang membenarkan penilaian Ahmadiyah bahwa Mirza Gulam Ahmad adalah Nabi dan ada nabi baru setelah Muhammad saw. Pandangan ini hanyalah pandangan pendukung Ahmadiyah saja. Jadi keliru kalau ini dikatakan monopoli penafsiran MUI.

Larangan terhadap Ahmadiyah baik oleh MUI atau Negara telah menyebabkan kekerasan terhadap komunitas Ahmadiyah. Logika ini seperti ini mengabaikan fakta bahwa terjadinya kekerasan justru karena negara tidak bersikap tegas terhadap Ahmadiyah yang menyebabkan sebagian masyarakat tidak sabar . Di sinilah letak penting negara harus segera melarang Ahmadiyah. Justru untuk menghindari tindakan kekerasan.

Ada anggapan apa yang diyakini oleh Ahmadiyah tidak berbahaya, karena tidak pernah merusak secara fisik dan melakukan tindakan kriminalitas.


(27)

Berbahaya tidaknya sesuatu tidaklah selalu ditunjukkan oleh tindakan fisik. Melakukan fitnah, menghina, bukanlah kekerasan fisik, tapi tindakan tersebut sangat berbahaya dan juga dianggap tindakan kriminal.

Dalam pandangan Islam, masalah Ahmadiyah ini adalah persoalan aqidah. Sementara masalah aqidah adalah masalah yang paling pokok dalam Islam. Pengakuan nabi Palsu jelas akan merusak aqidah umat Islam. Termasuk menghina Rosulullah, menghina Al Qur’an adalah perkara penting karena berhubungan dengan aqidah. Karena sudah seharusnya pemerintah bertindak tegas, kalau tidak apa yang dikhawatirkan seperti konflik horizontal akan semakin membesar dan berlarut-larut.14

Sebagai aliran keagamaan yang mendapatkan label sesat dari MUI, Jamaah Ahmadiyah tetap saja masih mempunyai pengikut setia. Keberadaan aliran ini meskipun membuat resah sebagian masyarakat, tetapi masih mendapatkan simpati dari sebagian masyarakat yang lain. Lantas, bagaimana dengan masyarakat yang berada di sekitar kampus Al-Mubarok Parung, yang menjadi pusat kegiatan Jemaah Ahmadiyah? Apakah masyarakat merasa terganggu dan terpengaruh keagamaan mereka dengan adanya Jemaah Ahmadiyah?

Dari pemaparan tersebut di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan skripsi dengan judul “RESPON MASYARAKAT

SEKITAR KAMPUS AL-MUBAROK PARUNG BOGOR JAWA

BARAT TERHADAP AHMADIYAH

.

F. Batasan dan Rumusan Masalah

14

Munarman, Menyoal Logika Ham Pembela Ahmadiyah, artikel diakses tanggal 20 Agustus 2008 dari http://hizbut-tahrir.or.id/2008/05/02/menyoal-logika-ham-pembela-ahmadiyah/


(28)

Mengingat begitu kompleks dan sensitifnya permasalahan yang dihadapi, penulis dalam melakukan penelitian serta waktu yang dimiliki terbatas, maka penelitian ini dibatasi hanya pada:

1. Ahmadiyah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Jemaah Ahmadiyah yang berpusat di Kampus Al-Mubarok Parung Bogor Jawa Barat.

2. Sosial yang dimaksud di sini adalah kehidupan sosial masyarakat sehari-hari, yang meliputi solidaritas sosial, interaksi sosial.

3. Keagamaan yang dimaksud adalah dimensi keyakinan dan praktik yang meliputi keyakinan masyarakat serta ibadah mereka sehari-hari.

4. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar Kampus Al-Mubarok Parung Bogor Jawa Barat.

Dengan memperhatikan pembatasan masalah yang telah penulis buat

sebelumnya, maka penulis rumuskan batasan masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan:

Bagaimana respon masyarakat di sekitar Kampus Al-Mubarok di Parung Bogor Jawa Barat terhadap Ahmadiyah?

G. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Atas dasar latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui sejarah singkat jemaah Ahmadiyah di Indonesia.

2. Untuk mengetahui respon masyarakat sekitar kampus Al-Mubarok terhadap keberadaan jemaah Ahmadiyah.


(29)

Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain:

1. Sebagai informasi bagi masyarakat pada umumnya tentang sejarah Ahmadiyah di Indonesia.

2. Sebagai bahan informasi bagi ulama dan pemerintah yang berwenang, agar dapat melakukan langkah-langkah yang dapat mengatasi berbagai persoalan yang timbul akibat dari munculnya berbagai aliran yang dapat meresahkan masyarakat..

3. Untuk memperkaya khazanah keilmuan, khususnya di bidang sosial keagamaan.

H. Metodologi Penelitian.

Untuk memberikan kemudahan kepada penulis dalam penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

1. Metode dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian penelitian lapangan (field research).

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini diklasifikasikan pada sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer, yaitu sumber data yang memberikan data langsung dari lapangan. Data primer penulis peroleh dari hasil wawancara dengan para informan yang berasal dari Desa Pondok Udik, dengan jumlah 20 orang. Sedangkan sumber data sekunder, yaitu data yang mendukung akan tertulisnya laporan ini yang beradal dari buku, makalah, jurnal, koran, maupun website. Kemudian yang menjadi sasaran (subjek) dari


(30)

penelitian ini adalah masyarakat Pondok Udik, desa di mana Kampus Al-Mubarok tempat kegiatan Jemaah Ahmadiyah berada.

3. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat beberapa langkah dalam teknik pengumpulan data, antara lain:

a. Observasi

Observasi adalah sebuah metode ilmiah berupa pengamatan dan pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki.15 Lebih jauh observasi adalah mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap fenomena sosial keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda-benda dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu. Hal yang dilakukan dalam teknik ini adalah mencatat, merekam kemudian memotret fenomena tersebut guna mendapatkan keabsahan.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi partisipatoris terhadap masyarakat yang berada di sekitar kampus Jemaah Ahmadiyah Al-Mubarok Parung Bogor. Dalam observasi tersebut, penulis berinteraksi dengan masyarakat guna mendapatkan gambaran yang penulis inginkan untuk penyusunan penelitian ini.

b. Wawancara (interview)

Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan tokoh masyarakat yang ada di sekitar Kampus Al-Mubarok Parung Bogor Jawa Barat. Selain itu juga penulis mewawancarai pemerintah setempat, baik itu

15

Imam Suprayogo dan Tobroni, Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama


(31)

dari pihak kelurahan maupun RT/RW setempat untuk mencari informasi yang diperlukan dalam penelitian.

4. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di sekitar kampus Jemaah Ahmadiyah Al-Mubarok Parung Bogor. Adapun dalam penelitian ini penulis mengambil 20 orang sebagai informan, untuk mendapatkan berbagai informasi yang diperlukan dalam penelitian ini.

5. Teknik Analisa Data

Untuk mendapatkan hasil yang valid, sehingga menjadi sebuah laporan penelitian, penulis akan memilih data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Data yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan yang penulis jadikan pedoman wawancara, kemudian diajukan ke informan dengan melakukan wawancara, akan dianalisa dengan menggunakan analisis kualitatif. Data-data yang penulis peroleh, akan penulis analisa dengan menggunakan kerangka teori yang penulis cantumkan di bab II.

6. Teknik penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)

karangan Hamid Nasuhi et.al. yang diterbitkan oleh CeQDA tahun 2007.

I. Sistematika Penulisan


(32)

Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teori, yang membahas tentang pengertian respon, teori interaksi, dan masyarakat yang terdiri dari pengertian masyarakat dan tipe-tipe masyarakat.

Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian, yang membahas tentang kondisi geografis desa, kondisi sosial demografis yang terdiri dari: kondisi ekonomi, kondisi pendidikan, kondisi sosial keagamaan, Bab IV Ahmadiyah dan Masyarakat, yang membahas tentang sejarah

singkat Ahmadiyah, respon masyarakat terhadap Ahmadiyah, respon masyarakat terhadap tindakan anarkis pada Ahmadiyah, respon masyarakat terhadap keputusan MUI mengenai pelarangan, keberadaan Jamaah Ahmadiyah dan keagamaan masyarakat

Bab V Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran pendukung.


(33)

J. BAB II

K. KAJIAN TEORI

A. Pengertian Respon

Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa “Respon adalah reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu rangsang; ada yang bersifat otonomis seperti refelks dan reaksi emosional langsung, ada pula yang bersifat terkendali”.16

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Respon adalah tangapan, rekasi, jawaban terhadap suatu gejala atau peristiwa yang terjadi, misal: ...masyarakat terhadap rencana perbaikan kampung sangat baik.17

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer disebutkan bahwa respon adalah tanggapan atau; reaksi.18 Menurut Poerwadarminta, respon diartikan sebagai tanggapan reaksi dan jawaban.19 Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi.

Sedangkan menurut Ahmad Subandi, ia mengemukakan bahwa respon sama dengan umpan balik (feed back) yang memiliki peranan atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya suatu komunikasi.20

16

Save, D. Dogun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1, h. 964

17

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 838

18

Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Englis Modern Press, 1991), h. 1268

19

Poerwadarminta, Psikologi Komunikas,(Jakarta: UT, 1999), Cet. Ke-3, h. 43

20


(34)

Secara umum tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat (yang tertinggal) dari pengamatan. Jadi pengertian tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan. Sejalan dengan pengertian tadi, Abu Ahmadi menjelaskan arti tanggapan sebagai berikut: “Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti, hanya kesannya saja. Perinstiwa itu disebut sebagai “tanggapan”.21

Dalam pembahasan teori respon tidak lepas dari pembahasan proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi menampakkan jalinan sistem yang utuh dan signifikan, sehingga proses komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila unsur di dalamnya terdapat keteraturan.22

Dengan demikian, respon sangat membantu dalam berkomunikasi. Dengan adanya respon, terjadi timbal balik yang kemudian tercipta komunikasi dari satu orang ke orang lain.

B. Teori Interaksi

Mengutip penjelasan Hazan Zaman, sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Abrori, bahwa interaksi yang terjadi antara mayoritas-minoritas adalah karena ada relasi kuasa timpang yang ditandai dengan penindasan, diskriminasi

21

Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. Ke-3, h. 64

22

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Rosda Karya, 1999), Cet. Ke-12, h. 18


(35)

dan segregasi. Karena itu ia mengajukan beberapa tipe interaksi mayoritas-minoritas yakni, asimetris, resiprokal, dan simetris.

Asimetris berarti mayoritas sangat mempengaruhi survival kelompok minoritas. Biasanya ditandai dengan kekerasan fisik dan non-fisik antara kelompok mayoritas terhadap minoritas. Resiprokal berarti saling member masukan satu sama lain antara mayoritas dan minoritas. Dalam tipe ini muncul biasanya interaksi yang relatf tidak bermasalah karena masing-masing mengakui eksistensi satu sama lain, meskipun gesekan kecil-kecilan bisa saja terjadi. Sementara simetris berarti satu sama lain hidup sendiri-sendiri, tidak ada saling mempengaruhi dan interaksi yang terjadi tidak member keuntungan atau kerugian antara yang satu terhadap yang lain.23

C. Masyarakat

1.Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah kelompok-kelompok manusia yang saling terkait oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum-hukum khas, dan hidup bersama, atau masyarakat merupakan terdiri dari individu-individu yang secara berkelompok.24 Masyarakat bisa diartikan pula sebagai kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki prasarana untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita saling melihat dengan jelas

23

Ahmad Abrori, Merayakan Toleransi; Studi atas Masyarakat Pandeglang, Refleksi, Vol. VIII, No. I, 2006

24

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001), Cet. Ke-1, hal. 34


(36)

proyeksi individu sebagai keluarga, keluarga sebagai prosesnya, dan masyarakat sebagai hasil dari proyeksi tersebut.

Secara sosiologis, masyarakat atau society dapat diartikan sebagai kumpulan atau kelompok individu yang memiliki beberapa persamaan atau kepentingan dan tujuan. Sementara proses menjadinya bentuk masyarakat merupakan hasil dari interaksi yang dilakukan oleh individu-individu sebagai anggotanya. Dalam interaksi tersebut akan terbentuk suatu sistem sosial yang berdasarkan pada norma-norma yang disepakati oleh para anggota masyarakat yang bersangkutan. Perilaku sosial tersebut dilakukan secara berpola oleh seluruh invididu, sehingga melahirkan suatu kebudayaan yang menjadi pedoman masyarakat pendukungnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.25

Beberapa orang sarjana berusaha memberikan definisi masyarakat, di antaranya:

a. Mac Iver dan Page, yang menyatakan bahwa, masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok penggolongan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial.

b. Ralp Linton, mengatakan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri dan menganggap diri mereka

25

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia, 2000), Cet. Ke-19, hal. 25


(37)

sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

c. Selo Soemardjan, menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.26

Walaupun uraian definisi di atas berlainan, tetapi pada dasarnya isinya sama, yaitu bahwa masyarakat memiiki unsur-unsur sebagai berikut:

a. Manusia yang hidup ersama. Di dalam ilmu-ilmu sosial, tidak ada suatu ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada.

b. Bergaul atau bercampur dalam waktu yang cukup lama.

c. Adanya kesadaran, bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu kesatuan.

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan besama menimbulkan kebudayaan oleh setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.27

Adapun dalam pengelompokan masyarakat, menurut F. Tonnies, seorang ahli sosiologi, sebagaimana yang dikutip oleh Koentjaraningrat, membedakan dua macam masyarakat berdasarkan azas hubungannya, yaitu

Gemeinschaft dan Gessellschaft.28Yang dimaksud Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-anggotanya diikat oleh

26

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1998), Cet. Ke-25, hal. 26

27

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, hal. 26

28

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Aksara Baru, 1980), Cet. Ke-2, hal. 171


(38)

hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Sedangkan Gesselschaft (patembayan) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai bentuk fikiran belaka (imaginary).29

2.Tipologi Masyarakat

Banyak para ahli mendefinisikan masyarakat berdasarkan kekhususan ilmu yang mereka tekuni, misalnya para ahli sosiologi dan antropologi. Dengan berbagai argumentasi mereka mendefinisikan masyarakat berdasarkan versi mereka masing-masing. Sehingga pengertian masyarakat sampai saat ini belum mendapatkan pengertian yang diterima oleh semua pihak. Tetapi jika dipahami secara mendalam, pada dasarnya pendapat yang mereka kemukakan tidak menimbulkan permaslahan yang cukup berarti, karena pengertian tersebut hampir kesemuanya memberikan gambaran yang sama mengenai pengertian masyarakat.

Dari uraian di atas, para ahli mencoba mengklasifikasi masyarakat berdasarkan penelitian-penelitian yang mereka jalani. Sehingga setidaknya bahwa masyarakat terbentuk berdasarkan kriteria tersebut.

Atas dasar ini penulis mencoba memberikan beberapa uraian mengenai tipologi masyarakat yang dikemukakan oleh para ahli di bidangnya masing-masing.

Elizabeth K. Nothingham membedakan 3 (tiga) tipe masyarakat, yakni masyarakat yang terbelakang dari nilai-nilai sakral, masyarakat pra-industri yang sedang berkembang dan masyarakat industri-sekuler.

29


(39)

Masyarakat yang memiliki tipe pertama adalah masyarakat yang kecil, terisolasi dan terbelakang. Setiap anggota tipe masyarakat ini bersama-sama menganut agama yangs ama, oleh karena itu keanggotannya mereka dalam masyarakat dan kelompok keagamaan adalah sama. Masyarakat tipe kedua, tidak lagi terisolasi, dapat berubah dengan cepat, lebih luas daerahnya dan lebih besar jumlah penduduknya, serta ditandai dengan tingkat perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada masyarakat tipe pertama. Suatu organisasi keagamaan yang biasanya menghimpun semua anggota memberi ciri khas kepada tipe masyarakat ini, walaupun ia merupakan organisasi formal yang terpisah dan berbeda, serta punya tenaga profesional sendiri. Sedangkan masyarakat tipe ketiga adalah masyarakat yang terbuka, dinamika masyarakat tinggi, perkembangan teknologi sangat maju dan berpengaruh bagi kehidupan.30

30

Elizabeth K. Nothingham, Agama dan Masyarakat; Suatu Pengantar Sosiologi Agama


(40)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Kondisi Geografis Desa

Desa Pondok Udik adalah merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat. Desa ini memiliki luas 323,4 Ha, dan berada di atas ketinggian 300 M di atas permukaan laut, serta curah hujan rata-rata 2,314mm/tahun.

Desa Pondok Udik secara struktur wilayah terbagi dalam tiga (3) dusun, 7 Rukun Warga (RW), dan 21 Rukun Tetangga (RT) dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan desa Jampang 2. Sebelah timur berbatasan dengan desa Tonjong 3. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Kemang 4. Sebelah barat berbatasan dengan desa Tegal

Untuk jarak tempuh desa Pondok Udik dengan instansi-instansi pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat sebagai berikut:

1. Ibu kota kecamatan Kemang 4 km 2. Ibu kota kabupaten Bogor 16 km 3. Ibukota propinsi Jawa Barat 120 km 4. Ibukota Negara Republik Indonesia 60 km31

Untuk memanfaatkan lahan atau tanah yang ada di desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor sebagai berikut:

31


(41)

1. Pengembangan perumbahan 102,5 Ha 2. Pemukian dan pekarangan penduduk 160,2 Ha

3. Sawah dan empang 10 Ha

4. Ladang Huma 22 Ha

5. Jalan 3,4 Ha

6. Pemakaman 3,5 Ha

7. Perkantoran 15,6 Ha

8. Lapangan olah raga 1,5 Ha

9. Sarana pendidikan 3,5 Ha

10.Sarana peribadatan 1,3 Ha32

B. Kondisi Sosial Demografis

Penduduk desa Pondok Udik secara demografis tercatat berjumlah 7.404 jiwa dengan komposisi yaitu laki-laki sebanyak 3.733 jiwa, perempuan 3.671 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1.957 KK. Adapun kepadatan penduduk di desa Pondok Udik yaitu rata-rata 69 jiwa per-km.

Mengenai rentang usia penduduk desa Pondok Udik adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Rentang Usia Penduduk Desa Pondok Udik

No. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah Prosentase

1 0 – 1 79 74 153 2

32


(42)

2 1 – 5 237 191 425 6

3 5 – 6 374 305 697 9

4 7 – 12 493 382 875 12

5 13 – 15 327 237 564 7.5

6 16 – 21 351 334 685 9

7 22 – 59 1.749 1.994 3.743 50,5

8 60 > atas 123 154 277 4

Jumlah 3.733 3.671 7.404 100

1. Kondisi Ekonomi

Berkenaan dengan keadaan ekonomi penduduk, tidak terlepas dari mata pencaharian penduduk yang bersangkutan. Berikut ini adalah mata pencaharian penduduk desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat:33

Tabel 2

Mata Pencaharian Penduduk Desa Pondok Udik

No. Mata Pencaharian Jumlah (orang)

1 Petani 234

2 Pedagang 543

3 Pegawai Negeri 21

4 TNI/Polri 8

33


(43)

5 Pensiunan/Prunawirawan 35

6 Pegawai Swasta 564

7 Buruh pabrik 687

8 Wiraswastawan/pengusaha 53 9 Buruh harian lepas 397

10 Pengrajin 25

11 Tukang bangunan 40

12 Penjahit 4

13 Tukang Las 6

14 Tukang ojek 35

15 Bengkel 8

16 Sopir/pengemudi 29

17 Lain-lain 186

2. Kondisi Pendidikan

Berikut ini adalah tingkat pendidikan penduduk desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat:34

Tabel 3

Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Pondok Udik

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase

1 Tidak tamat SD/sederajat 2.493 35,5

34


(44)

2 Tamat SD/sederajat 2.157 30,5 3 Tamat SLTP/sederajat 1.131 16 4 Tamat SLTA/sederajat 1.145 16,2 5 Tamat akademi/sarjana muda 83 1,2 6 Tamat perguruan tinggi/S1 12 0,01 7 Tamat perguruan tinggi/S2 7 0,09 8 Tamat perguruan tinggi/S3 4 0,05

3. Kondisi Sosial Keagamaan

Secara umum kondisi social politik serta ketentraman dan ketertiban wilayah desa Pondok Udik cukup terkencali, dalam hal ini politik warga masyarakat dapat tersalurkan sesuai dengan aspirasinya, seiring dengan bergulirnya reformasi dan banyaknya partai politik yang berkembang di masa sekarang.

Adapun hasil pemilihan kepada daerah yang dilaksanakan pada tahun 2008 yaitu:35

a. Pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jawa Barat

1) Jumlah hak pilih berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) : 4.841 2) Jumlah hak pilih yang melaksanakan pemilihan : 3.067 3) Jumlah hak pilih yang tidak hadir : 1.774 b. Pemilihan bupati Bogor putaran ke 1 dan ke 2 sebagai berikut:

1) Pemilihan bupati Bogor putaran ke-1

35


(45)

a) Jumlah hak pilih berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) : 5.271 b) Jumlah hak pilih yang melaksanakan pemilihan : 3.283 c) Jumlah hak pilih yang tidak hadir : 1.988 2) Pemilihan bupati Bogor putaran ke-2

a) Jumlah hak pilih berdasarkan daftar pemilih tetap (DPT) : 5.396 b) Jumlah hak pilih yang melakukan pemilihan : 3.027 c) Jumlah hak pilih yang tidak hadir : 2.369 Secara kelembagaan, lembaga-lembaga yang ada di desa Pondok Udik dan telah disyahkan berdasarkan Surat Keputusan Desa Pondok Udik antara lain, Lembaga Pertahanan dan Keamanan (LINMAS), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga Pemberdayaan dan Kesejahteraan (PKK), dan Lembaga Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Adapun mengenai kehidupan beragama di desa Pondok Udik, selama ini tidak terjadi masalah yang mengakibatkan gesekan sosial. Keberadaan Ahmadiyah di desa ini pun, sebelum kasus perusakan kampus al-Mubarak, juga tidak ada kejadian yang meresahkan masyarakat.

Berikut ini adalah jumlah penduduk desa Pondok Udik Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Jawa Barat berdasarkan agama yang dianut:36

Tabel 4

Jumlah Penduduk Desa Pondok Udik berdasarkan Agama

No. Agama Jumlah Prosentase

1 Islam 6.398 87,7

36


(46)

2 Khatolik 192 2,6

3 Protestan 311 4,2

4 Budha 196 2,6

5 Hindu 141 2


(47)

BAB IV

MASYARAKAT DAN AHMADIYAH

37

Dasar-dasar Hukum dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia

38

A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah (Jakarta: Rakyat Merdeka Books, 2006), h. 15


(48)

39

Muslih Fathoni, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiah dalam Perspektif (Jakarta: Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-2, h. 51

40


(49)

41

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 167

42

Fathoni, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah, h. 51

43

H.A.R. Gib, Aliran-Aliran Modern dalam Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h. 105


(50)

44

Masykur Hakm Kenapa Ahmadiyah Dihujat...? Jakarta: SDM Bina Utama, 2005), h. 18-19

45


(51)

46

A. Fajar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 17

47

Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat..?, h. 38

48

Mirza Bashir Ahmad, Silsilah Ahmadiyah, terj. Abdul Muhid H.A. (Kemang: tp, 1997), h. 71


(52)

49


(53)

50


(54)

51

A. Fazar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 26

52


(55)

53

Penjelasan Jemaat Ahmadiyah, h. 2

54

A. Fazar Kurniawan, Teologi Kenabian Ahmadiyah, h. 26

55


(56)

(57)

56

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LkiS, 2005), h. 103

57


(58)

58

Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat...?, h. 65-66

59

Wienata Sirin, Tempat dan Peran Yesus di Hari Kiamat, Menurut Ajaran Islam, h. 43

60

Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah Indonesia, h. 105

61


(59)

62

Masykur Hakim, Kenapa Ahmadiyah Dihujat (Jakarta: SDM Bina Utama, 2005), h. 31

63


(60)

64

Asep Burhanuddin, Ghulam Ahmad Jihad tanpa Kekerasan (Yogyakarta: LkiS, 2005), h. 105-106


(61)

65

Jamaluddin Syams (ed), Malfhuzat, (Bogor: Jemaat Islam Indonesia, 2000), III, h. 89

66


(62)

67

Abdul Halim Mahally, Benarkah Ahmadiyah Sesat?..h. 94-95

68


(63)

(64)

69

Wawancara Pribadi dengan informan Asep, Bogor tanggal 12 April 2009

70


(65)

71

Wawancar a pribadi dengan informan Mufidz, Bogor tanggal 12 April 2009

72


(66)

73

Wawancara pribadi dengan informan Burhan, Bogor tanggal 14 April 2009

74


(67)

75

Wawancara pribadi dengan informan Cecep Hidayat, Bogor tanggal 12 April 2009

76


(68)

(69)

77

Wawancara pribadi dengan informan Juma’an, Bogor tanggal 12 April 2009

78


(70)

79


(71)

80

Wawancara pribadi dengan informan Ujang Nurhohman, Bogor tanggal 12 April 2009

81


(72)

82

Ahmad Abrori, Merayakan Toleransi; Studi atas Masyarakat Pandeglang, Refleksi, Vol. VIII, No. I, 2006

83


(73)

84


(74)

85

Wawancar a pribadi dengan informan Asep, Bogor tanggal 12 April 2009

86


(75)

87

Wawancara pribadi dengan informan B, Bogor tanggal 14 April 2009

88

Wawancara pribadi dengan informan Cecep Hidayat, Bogor tanggal 12 April 2009

89


(76)

90

Wawancara pribadi dengan informan Asep, Bogor tanggal 12 April 2009

91


(77)

92


(78)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat Desa Pondok Udik mengenai keberadaan Jemaah Ahmadiyah tentang interaksi sosial di antara mereka ternyata baik-baik saja. Dengan kata lain, bahwa interaksi yang terjadi antara masyarakat Pondok Udik, di Kampus Al-Mubarok berada, dengan anggota Jemaah Ahmadiyah berlangsung tanpa ada perselisihan yang berart. Anggota Jemaah Ahmadiyah terbiasa berbaur dan berinteraksi dengan masyarakat. Tidak ada perselisihan antara masyarakat Desa Udik dan anggota Jemaah Ahmadiyah. Begitu juga saat terjadi perusakan Kampus Al-Mubarok, masyarakat Desa Udik tidak terlibat dalam perusakan tersebut, namun mereka juga tidak bisa berbuat banyak. Interaksi ini tercipta karena adanya sikap saling menghargai antara satu komunitas dengan yang lainya.

Sebagai bagian dari sikap saling hormat-menghormati, demikianlah yang terjadi pada masyarakat Pondok Udik, di mana kampus Al-Mubarok berada. Masyarakat menghormati anggota Jemaah Ahmadiyah, dengan tidak mengganggu atau mencampuri urusan mereka, terutama dalam soal ajaran keagamaan. Demikian juga sebaliknya, Jemaah Ahmadiyah juga tidak memaksa masyarakat Pondok Udik untuk menerima doktrin ajaran mereka.


(79)

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut: 1. Hendaknya ada penelitian lebih lanjut mengenai hubungan masyarakat

dengan anggota Jemaah Ahmadiyah.

2. Bagi pemerintah, hendaknya memperhatikan masalah-masalah yang berpotensi menimbulkan keresahan di masyarakat, namun dengan tidak mencampur-adukkan masalah pribadi dengan masalah Negara.

3. Perlunya peningkatan sikap toleransi di antara masyarakat, baik antar-agama maupun intra-antar-agama demi terciptanya kondisi masyarakat yang rukun dan dinamis, sehingga dapat mencegah timbulnya berbagai konflik yang diakibatkan oleh sikap intoleran di dalam masyarakat.


(80)

DAFTAR PUSTAKA

Abrori, Ahmad, Merayakan Toleransi; Studi atas Masyarakat Pandeglang, Refleksi, Vol. VIII, No. I, 2006

Ahmad, Mirza Bashir, Silsilah Ahmadiyah, terj. Abdul Muhid H.A. (Kemang: tp, 1997)

Burhanuddin, Asep, Ghulam Ahmad Jihad tanpa Kekerasan (Yogyakarta: LkiS, 2005)

Dasar-dasar Hukum dan Legalitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia Djamaluddin, M. Amin, Ahmadiyah & Pembajakan al-Qur’an, (Jakarta: LPPI,

2005), Cet. Ke-6 Djamaluddin, Muhammad, Religiusitas dan Stress Kerja pada Polisi

(Yogyakarta: UGM Press, 1995)

Fathoni, Muslih, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiah dalam Perspektif (Jakarta: Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-2

Gerakan Ahmadiyah Indonesia Minta Dibedakan Dengan JAI, artikel diakses dari 2008 Agustus 20 tanggal -indonesia -ahmadiyah -gerakan / 15 / 1 / 2008 / arc / id . co . antara . www :// http / jai -dengan -dibedakan -minta

Gibb, H.A.R., Aliran-Aliran Modern dalam Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998)

Hakim, Masykur, Kenapa Ahmadiyah Dihujat...? Jakarta: SDM Bina Utama, 2005)

Hariadi, Ahmad, Mengapa Saya Keluar dari Ahmadiyah Qodiyan, (Singapura: PERIPENSIS, 1987), Cet. Ke-1

Iqbal, Sir Muhammad, Islam dan Ahmadiyah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet. Ke-1

Johnson, Dyle Paul, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Jakarta: Gremedia, 1984 Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, (Bandung:Remaja Rosda Karya,2000)


(81)

Kurniawan, A. Fajar, Teologi Kenabian Ahmadiyah (Jakarta: Rakyat Merdeka Books, 2006)

Mujeeb, M., the Indian Muslim (London: George Allah & Unwin Ltd, 1967) Munarman, Menyoal Logika Ham Pembela Ahmadiyah, artikel diakses tanggal 20

Agustus 2008 dari http://hizbut-tahrir.or.id/2008/05/02/menyoal-logika-ham-pembela-ahmadiyah/

Malfuzhat I, Kutipan Sabda-sabda Hz. Mirza Ghulam Ahmad, terj. MI 1992-1997 Nurdin, M. Amin, Strategi Kerukunan Antarumat Beragama Berbasis Teknologi

Informasi, artikel tidak diterbitkan Penjelasan Jemaat Ahmadiyah, (Bogor: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2005),

Puspito, Hendro, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 2000), Cet. Ke-16 Robertson, Roland, Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis (Jakarta:

PT Rajawali Press, 1988) artikel diakses dari ,

SKB Ahamdiyah Sebaiknya Dikaji Ulang

1260 = id _ news & view _ news = menu & id = lang ? php . page / id . or . nu . www // : http 5 2009 Januari 12 tanggal

Smart, Ninian, The World’s Religions (United Kingdom: Cambridge University Press, 1998), Cet. Ke-2

Soekanto, Soerjono, Kamus Sosiologi (Jakarta: CV. Rajawali Press, 1993) Suprayogo, Imam dan Tobroni, Misi Metodologi Penelitian Sosial-Agama,

(Bandung:Penerbit PT Remaja Rosdakarya, 2001), Cet ke-1 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004) Syams, Jamaluddin, (ed), Malfhuzat, (Bogor: Jemaat Islam Indonesia, 2000), III Zulkarnain, Iskandar, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LkiS,

2005)

Wawancara: Wawancara pribadi dengan informan Asep Wawancara pribadi dengan informan Burhan Wawancara pribadi dengan informan Cecep Hidayat


(82)

Wawancara pribadi dengan informan Dede Setiawan Wawancara pribadi dengan informan Endang Subana Wawancara pribadi dengan informan Hartanto Wawancara pribadi dengan informan Juma’an Wawancara pribadi dengan informan Mufidz Wawancara pribadi dengan informan Ujang Nurohman


(83)

Hasil wawancara

Nama informan : Asep

Tanggal wawancara : 12 April 2009

1. Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik? Ya, saya asli orang sini.

2. Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?

Ya, saya tahu. Tapi kalau masuk ke dalamnya belum pernah. Dan saya tidak terlalu memiliki keinginan untuk masuk ke dalamnya

3. Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?

Kalau saya sih biasa-biasa saja sama mereka. Kita mah hidup sewajarnya, selayaknya manusia bertetangga.

4. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka? Terkadang saja.

5. Bagaimana proses interaksi tersebut?

Tidak ada yang aneh. Yah seperti mas kalau hidup bertetangga.

6. Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan mereka?

Kalau masalah agama mah, mereka sendiri-sendiri aja. Kami tidak pernah diundang dalam acara-acara keagamaan mereka, atau melakukan ibadah di tempat ibadah mereka. Demikian juga sebaliknya, anggota Jemaah Ahmadiyah juga tidak pernah saya lihat shalat di masjid kampung. Saat kami mengadakan pengajian memperingati hari-hari besar Islam, lalu mengundang Jemaah Ahmadiyah untuk hadir, mereka tidak pernah hadir

7. Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas mereka?


(84)

Sering juga masyarakat sini mengundang mereka dalam merayakan hari-hari besar Islam, seperti maulid nabi, isra’ mi’raj dan lain sebagainya. Lebih seringnya mereka nggak datang. Mungkin sudah ada acara sendiri.

8. Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah? Nggak pernah.

9. Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda anut?

Tidak ada

10. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah? Biasa saja. Mereka tidak terlihat mengucilkan diri dari masyarakat sekitar. Mereka juga berbaur kok.

11. Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial mereka? Bisa sebutkan contohnya?

Menurut saya, Jemaah Ahmadiyah itu tidak mengganggu keberadaan kami. Setahu saya, mereka tidak banyak bergaul dengan masyarakat. Mereka cenderung hanya bergaul dengan kelompok mereka sendiri. Jarang sekali saya lihat mereka berbincang-bincang dengan masyarakat di sekitar sini. Paling-paling mereka hanya lewat saja kalau ada keperluan di luar kampus 12. Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap

anggota Jamaah Ahmadiyah?

Kalau perhatian dari pemerintah sih ada. Lha itu, MUI mengeluarkan fatwa pelarangan penyebaran ajaran Ahmadiyah, kan sudah merupakan bentuk perhatian pemerintah mengenai keberadaan Jemaah Ahmadiyah. Kalau dari masyarakat sih, karena tidak ada pengaruh yang negatif dari keberadaan mereka, masyarakat di sini tidak pernah usil atau pun berusaha untuk ikut campur urusan mereka. Buktinya, waktu pengrusakan kampus Al-Mubarok, masyarakat di sini tidak ada yang ikut. Mereka hanya diam saja

13. Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah?

Kurang tahu ya. Kalau saya boleh ngasih saran, pemerintah nggak usah lah ngurusin masalah agama. Itu kan sudah menjadi urusan pribadi masing-masing, asal tidak mengganggu dan meresahkan orang lain, biarin saja. Lebih baik pemerintah mengurusi hal-hal yang menyangkut kebutuhan rakyat


(85)

banyak, seperti kemiskinan dan kebutuhan bahan pokok. Mas tau sendiri kan, kalau harga sembako paling gampang naiknya, tapi turunnya susah banget. Kita kan semakin susah jadinya. Eh.. ini malah direpotin masalah kepercayaan

14. Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut?

Kalau lihat berita di tv fatwanya bahwa Ahmadiyah adalah golongan yang sesat, yang tidak boleh ada di Indonesia.

15. Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok? Kami memperlakukan mereka dengan baik. Saat terjadi perusakan pun saya tidak ikut-ikutan. Tapi tidak juga bisa nolong mereka.

16. Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda? Tetap sama, seperti sebelum terjadinya perusakan.

17. Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut?

Masyarakat kita masih belum bisa hidup berdampingan dengan orang yang beda golongan. Menurut saya, masing-masing orang punya hak untuk memilih suatu ajara. Selama tidak mengganggu orang lain, kenapa kita juga harus mengganggu mereka.

18. Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara? Ya itu tadi. Sebagai masyarakat yang hidup dengan orang lain, kita harus saling menghargai segala perbedaan.

19. Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah Ahmadiyah tersebut?

Mereka juga manusia, yang patut mendapatkan perlakuan yang sama sebagaiman orang pada umumnya. Kalau akidah atau ajaran mereka sesat, itu kan urusan mereka, bukan urusan kita.


(86)

Hasil Wawancara

Nama informan : Burhan Tanggal Wawancara : 14 April 2009

20. Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik? Ya, saya lahir di desa ini.

21. Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah? Tahu

22. Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?

Kalau menurut saya mah, orang Ahmadiyah sebenarnya baik-baik saja kok. Mereka tidak suka usil dengan kehidupan kita, apalagi mencampuri urusan masyarakat di sini. Hanya saja memang mereka sedikit tertutup jika berkenaan dengan masalah akidah. Yah, saya nggak terlalu mengerti bagaimana akidah itu. Mungkin saya hanya tahu sedikit dari nonton berita di TV kalau akidah mereka itu tidak sesuai dengan akidah kebanyakan pemeluk agama di Indonesia

23. Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka? Ya, sering kami ngobrol masalah sehari-hari atau topik-topik yang sering diberitakan di tv. Kami jarang sekali membahas masalah agama atau akidah. Yah, seperti orang-orang pada umumnya lah.

24. Bagaimana proses interaksi tersebut? Tidak ada yang aneh. Wajar-wajar saja.

25. Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan mereka?

Yah kalau dalam hal agama mah kita masing-masing aja. Dulu kami sering kalau lagi ada tahlilan atau selamatan mengundang mereka, tapi pada nggak datang. Ya udah, pas kami ada acara tahlilan atau selamatan kami jarang mengundang mereka

26. Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas mereka?


(87)

Tidak, saya belum pernah datang ke dalam perayaan hari-hari besar yang diadakan oleh mereka. Selain karena tidak diundang, juga jarang saya dengar mereka mengadakan perayaan hari-hari besar Islam.

27. Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah? Tidak pernah.

28. Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda anut?

Tidak ada.

29. Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah? Masih normal-normal saja. Tidak ada yang melenceng, atau tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Mereka bersikap baik dengan masyarakat.

30. Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial mereka? Bisa sebutkan contohnya?

Tidak pernah saya menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial mereka. Kalau disuruh menyebutkan contohnya ya saya tidak tahu, kan belum pernah menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan mereka.

31. Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?

Setahu saya tidak pernah ada. Yang ada juga itu, pemberian fatwa dari MUI yang menyatakan bahwa Ahmadiyah adalah ajaran sesat dan dilarang di Indonesia. Selain itu saya tidak pernah dengar.

32. Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah?

Saya tahu kalau Ahmadiyah itu dilarang oleh MUI dari TV. Tahunya sih nggak lama ini mas. Ya… pas terjadi kerusuhan di Monas itu. Kan habis itu TV banyak memberitakan masalah tersebut, dan salah satunya ya mengenai fatwa MUI tentang pelajaran Ahmadiyah itu

33. Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut?

Ya itu tadi, Ahmadiya adalah aliran sesat, dan tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia.

34. Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok?


(88)

Saat terjadi perusakaan kampus Al-Mubarok, saya diam saja di rumah. Saya tidak ikut merusak, tetapi di sisi yang lain saya juga tidak bisa mencegah orang itu merusak kampus. Menurut saya apa yang dilakukan orang-orang yang merusak kampus tersebut merupakan tindakan yang melanggar hak-hak orang lain. Alangkah lebih baik, kalau kita saling menghargai, meskipun dengan orang yang berbeda keyakinan dengan kita

35. Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda?

Saya masih menghormati mereka. Karena bagi saya, meskipun ajaran yang mereka percayai menurut MUI adalah sesat, tapi bagi saya, sebagai manusia, tetap harus menghormati keberadaan orang lain. Dengan yang beda agama saja saya hormat, apalagi dengan orang yang masih Islam, meskipun mereka berbeda kepercayaan dalam beberapa hal.

36. Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut?

Setelah terjadinya perusakan kampus Ahmadiyah, sebenarnya saya sedih. Karena Indonesia, sebagai salah satu Negara yang mempunyai penduduk muslim terbesar di dunia, masih belum bisa menerapkan sikap saling menghormati dengan aliran atau agama lain. Kita sering kali menggunakan cara-cara kekerasan untuk menunjukkan ketidaksukaan kita terhadap kelompok lain.

37. Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara? Hidup rukun menurut saya sebagai sesama warga Negara adalah hidup berdampingan dengan damai dan sentosa, tidak perlu ada pertengkaran atau pun perselisihan yang didasarkan atas perbedaan keyakinan dan agama. Negara kita kan Negara yang mengakui agama-agama lain selain agama Islam. Jadi ya harus menghormati keberadaan mereka. Jangan suka menang sendiri, mentang-mentang jumlah kita paling banyak. Bayangkan kalau seandainya kita tinggal di suatu daerah di mana jumlah kita sedikit.

38. Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah Ahmadiyah tersebut?

Demikian juga dengan Ahmadiyah. Mengenai kesesatan ajaran mereka, saya rasa saya tidak berhak untuk menentukannya. Maklum, saya kan bukan orang pinter atau sarjana yang bisa menilai ini sesat, itu tidak sesat. Bagi saya, yang


(89)

penting adalah hidup rukun. Hidup sudah susah kok malah dipersulit dengan adanya perselisihan karena perbedaan ajaran dan keyakinan.


(1)

Sampai saat ini hubungan kami dengan masyarakat yang berada di sekitar kampus baik-baik saja kok, tidak ada masalah

123.Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?

Kalau perhatian dari pemerintah belum ada. Malah ada fatwa yang menyatakan bahwa ajaran Ahmadiyah sesat dan tidak boleh disebarkan di Indonesia.

124.Sebagai anggota Jemaah Ahmadiyah, bagaimana anda memperlakukan masyarakat sekitar?

Selama ini kami baik kok dengan masyarakat.

125.Apakah ada usaha untuk memberikan doktrin Ahmadiyah kepada masyarakat di sekitar Kampus?

Kami memang berusaha untuk tidak memaksa masyarakat menjadi Anggota Jemaah Ahmadiyah. Kami sangat menghormati keyakinan mereka, dengan tidak turut campur dalam berbagai kegiatan keagamaan yang diadakan di masyarakat. Demikian juga sebaliknya, masyarakat sangat menghormati kami dalam kehidupan keagamaan. Itulah sebabnya mengapa kami hidup rukun-rukun saja, tidak ada perselisihan. Selama kita bisa saling menghormati, saya rasa Indonesia akan menjadi Negara yang sangat aman. Karena menurtu saya, masalah agama sangat sensitif. Dan rentang menimbulkan berbagai masalah 126.Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda?

Saya jadi miris dengan kondisi negeri ini. Kok orang gampang sekali merusak dan menghakimi orang lain. Kalau masyarakat sekitar malah tidak ada yang ikut merusak. Kebanyakan yang merusak datang berasal dari luar daerah sini. 127.Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara?

Hidup rukun menurut saya adalah hidup damai dengan anggota masyarakat lain tanpa memperdulikan asal muasal mereka, terutama dalam hal kepercayaan maupun agama.

128.Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah Ahmadiyah tersebut?


(2)

Hasil wawancara

Nama Informan : Muufidz Tanggal Wawancara : 12 April 2009

129.Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik? Bukan, saya baru beberapa tahun tinggal di desa ini. 130.Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?

Wah saya nggak tahu mas kalau komplek bangunan itu adalah tempat Jemaah Ahmadiyah. Malah saya tahu baru sekarang ini, setelah Mas menanyakannya. Maklum, saya tidak terlalu menghiraukan keberadaan komplek tersebut. Kalau kompleknya sih tahu, Cuma kalau di dalamnya terdapat Jemaah Ahmadiyah saya tidak tahu

131.Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah? Biasa-biasa saja mas.

132.Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka? Jarang, bahkan belum pernah.

133.Bagaimana proses interaksi tersebut? Ya saya nggak bisa cerita.

134.Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan mereka?

Apalagi dalam kehidupan beragama, saya belum pernah.

135.Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas mereka?

Tidak.

136.Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah? Tidak.

137.Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda anut?

Tidak ada.


(3)

Kalau kata orang-orang sih mereka biasa-biasa saja. Bahkan cenderung baik, seperti masyarakat pada umumnya.

139.Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial mereka? Bisa sebutkan contohnya?

Belum pernah tahu.

140.Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?

Saya pribadi kurang tahu mas.

141.Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah?

Saya mah nggak tahu kalau ada fatwa MUI yang melarang penyebaran Ahmadiyah di Indonesia. Maklum saja mas, saya kurang tertarik dengan hal-hal demikian. Saya sudah cukup repot buat cari duit untuk menghidupi kebutuhan keluarga. Jadi untuk mikirin masalah-masalah seperti Ahmadiyah ini, jadi nggak sempet

142.Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut? Pelarangan penyebaran ajaran Ahmadiyah.

143.Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok? Biasa saja.

144.Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda? Biasa saja mas.

145.Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut? Ya kalau bisa jangan bikin rusak aja.

146.Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara? Hidup rukun itu hidup berdampingan tanpa ada perselisihan.

147.Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah Ahmadiyah tersebut?

Karena saya baru tahu dari mas, ya otomatis keberadaan mereka di dalam masyarakat saa kurang paham.


(4)

Hasil wawancara

Nama Informan : Ujang Nurahman Tanggal Wawancara : 12 April 2009

148.Apakah anda penduduk asli desa Pondok Udik? 149.Tahukah anda keberadaan Jamaah Ahmadiyah?

150.Bagaimana sikap anda terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?

151.Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda berinteraksi dengan mereka? 152.Bagaimana proses interaksi tersebut?

153.Dalam kehidupan beragama, apakah anda sering berhubungan dengan mereka?

154.Dalam merayakan hari-hari besar Islam, apakah anda terlibat dengan aktivitas mereka?

155.Apakah anda mendapatkan doktrin dari Jamaah Ahmadiyah?

156.Selama ini, adakah ajaran atau doktrin dari Jamaah Ahmadiyah yang anda anut?

157.Bagaimana pendapat anda tentang kehidupan sosial Jamaah Ahmadiyah? 158.Apakah anda menemukan hal-hal yang ganjil dalam kehidupan sosial

mereka? Bisa sebutkan contohnya?

159.Selama ini adakah perhatian dari pemerintah maupun masyarakat terhadap anggota Jamaah Ahmadiyah?

160.Tahukah anda fatwa MUI mengenai Jamaah Ahmadiyah? 161.Setahu anda, apa fatwa MUI tersebut?

162.Sebagai anggota masyarakat, bagaimana anda memperlakukan anggota Jamaah Ahmadiyah sebelum terjadinya perusakan kampus Al-Mubarok? 163.Setelah terjadinya kasus perusakan tersebut, bagaimana sikap anda? 164.Apa yang dapat anda tarik pelajaran dari kejadian tersebut?

165.Apa pandangan anda tentang hidup rukun dengan sesama warga negara? 166.Bisakah anda jelaskan pandangan anda mengenai keberadaan Jamaah


(5)

(6)