BAB I BAB II BAB V LATAR BELAKANG MASALAH

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBNG………………………… i LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……………………………… ii KATA PENGANTAR………………………………………………... iii DAFTAR ISI…………………………………………………………... v

A. BAB I

PENDAHULUAN 1

B. BAB II

KAJIAN TEORI

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV MASYARAKAT DAN AHMADIYAH

C. BAB V

PENUTUP D. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 61 ABSTRAKSI

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia sebagai makhluk sosial, menghendaki mereka untuk hidup berdampingan dengan manusia lainnya. Saling membutuhkan dan saling menggantungkan menjadikan manusia selalu hidup berkelompok. Lalu kemudian timbullah solidaritas. Istilah lain yang juga memiliki arti yang sama dengan solidaritas adalah “asabiah” dalam karakteristik tertentu konsep asabiah sering diartikan juga sebagai keketatan hubungan seseorang dengan golongan atau grupnya dan berusaha sekuat tenaga untuk menolongnya serta berlaku ta’asub terhadap prinsip-prinsipnya. Sedangkan T. Kemiri menerangkan bahwa konsep asabiah itu merupakan konsep nasionalisme dalam arti yang luas, sementara itu konsep asabiah tersebut oleh Mukti Ali diterjemahkan sebagai solidaritas sosial. Dalam kajian sosiologi, dari semua faktor sosial yang ditunjuk dan didiskusikan oleh Durkheim, tak satu pun yang sedemikian sentralnya seperti konsep solidaritas sosial. Dalam satu atau lain bentuk, solidaritas sosial membawahi semua karya utamanya. Istilah yang berhubungan erat dengan itu misalnya integrasi sosial dan kekompakan sosial singkatnya, solidaritas menunjuk kepada suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan kepada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Ikatan ini lebih mendasar dari pada hubungan kontarktual yang dibuat atas persetujuan rasional karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu tingkat atau derajat konsensus terhadap prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar kontrak itu. Solidaritas sosial merupakan suatu keadaan masyarakat dimana keteraturan dan keseimbangan hidup setiap individu masyarakat telah terjalin. Dilihat dari struktur masyarakatnya, dalam kajian tentang solidaritas sosial, Durkheim menggunakan istilah solidarits mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik, indikator yang paling jelas untuk tipe solidaritas mekanik ini adalah hukum yang berlaku bersifat represif menekan. Hukum represif mengungkapkan kemarahan kolektif sebagai dasar keteraturan sosial. Ajaran-Ajaran Islam Tentang Solidaritas Kehidupan dunia, denngan seluruh apa yang ada di dalamnya, berupa shalat dan amal dunia, dengan segala bentuk larangan dan perkenan; merupakan jalan satu-satunya menuju akhirat, baik yang akan berujung pada surga maupun neraka; siksa maupun mardhatillah. Ia merupakan kesatuan yang diyakini oleh Islam dalam alam semesta dan kehidupan, antara hidup dan kehidupan, antara masyarakat dan individu, antara dorongan dan pelaksanaan dalam dirinya, dan pada tingkat paling tinggi antara agama dan keduniawian serta antara bumi dan langit. Ia tidak meyakininya berdasar kehendak individu maupun masyarakat, atau berdasar kepentingan golongan yang satu dari golongan yang lain, atau bagi generasi yang satu atas generasi yang lainnya. Masing-masing mereka mempunyai hak dan kewajiban sendiri-sendiri berdasar keadilan dan persamaan. Individu dan masyarakat, suku dan bangsa, generasi yang satu dengan generasi yang lainnya, semuanya diatur dengan hukum yang satu dan mempunyai tujuan yang satu pula, yaitu menggerakkan karya individu dan masyarakat tanpa adanya pertentangan, dan agar masing-masing generasi bekerja untuk menumbuhkan dan membangun kehidupan serta mengarahkannya menuju Pencipta segala kehidupan ini. Islam adalah agama kesatuan antara seluruh kekuatan alam, dan tidak diragukan lagi bahwa ia adalah agama tauhid; pengesaan Tuhan, pengesaan seluruh agama dalam agama Allah, dan pengesaan Rasul dalam menyebarkan agama yang satu pula semenjak munculnya fajar kehidupan. . Artinya: Sesungguhnya agama tauhid ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku . QS, 21:92 Islam adalah agama kesatuan antara ibadah dan mu’amalah, antara akidah dan perbuatan, material dan spiritual, nilai-nilai ekonomi dan nilai-nilai moral, dunia dan akhirat, bumi dan langit. Dari kesatuan besar ini muncullah ketentuan dan ketetapannya, pengaturan harta kekayaan, pembagian harta rampasan dan utang piutang, dan dalam hak dan kewajiban. Dalam prinsip raksasa inilah terkandung seluruh bagian-bagian dan rincian-rinciannya. Selanjutnya, kehidupan dalam pandangan Islam, merupakan kasih sayang, persaudaraan, tolong-menolong dan tenggang-menenggang, dalam asas yang jelas batasnya dan system yang jelas ketentuannya, baik antara seluruh umat Islam khususnya dan antara individu-individu manusia pada umumnya. 1 + , -. 0 1 23 4 , 1 5 6 789 : 78 : -. + : ; 2+ = + ? 1 9 A 6 . Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh rahim. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik . QS, 23: 12 – 14. Berulangkali alQuran menetapkan pengertian ini diberbagai tempat, untuk menetapkan bahwa manusia ini memiliki asal dan sumber kejadian yang satu: semuanya berasal dari tanah, dan setiap inidividu, tidak ada kecualinya, semuanya berasal dari sperma yang hina, dan Rasulullah SAW pun menetapkan arti semacam ini pula dalam berbagai hadisnya, antara lain: “Kamu sekalian adalah anak cucu adam, dan adam berasal dari tanah”. Jika sudah tidak ada kelebihan seorang individu dari individu yang lainnya, maka tidak ada pula kelebihan antara satu suku dari suku yang lainnya, satu bangsa dari bangsa lainnya, yang sumber dan unsure-unsur lainnya lebih utama dari yang lain, sebagaimana yang sampai saat ini masih didengung- dengungkan oleh sementara bangsa: tidak sekali-kali tidak. Dan bukanlah diciptakannya suku-suku itu untuk saling bertentangan dan bermusuhan, melainkan agar supaya mereka saling mengenal dan bersahabat. Di sisi Allah semuanya sama sederajat, tidak ada sedikitpun kelebihan yang satu dari 1 Sayyid Quthb, Keadilan Sosial Dalam Islam, Bandung: Pustaka, 1984, h. 32-35 yang lain kecuali karena ketakwaannya. Itu merupakan satu permasalahan lain yang tidak ada kaitannya dengan asal dan pertumbuhan manusia, yaitu bahwasannya manusia ini semuanya sama tidak ada kelebihan antara yang satu dengan yang lain kecuali karena takwanya. 2 Arti persamaan antara manusia dan rasa tanggung jawab pribadi yang keduanya memainkan dari hati nurani dan dari sikap iman kepada Tuhan yang Transenden, dapat menyebabkan timbulnya suatu masyarakat yang sangat individualis yang “menolak solidaritas dalam artinya masehi sekarang dan menolak rasa sayang yang terarah”. Keadilan itu menilai dan memberi ganjaran dan hukuman, menurut perbuatan. Rasa kasihan memberi menurut kebutuhan, tanpa perhitunga. Keadilan digambarkan seabagai seorang wanita memegang timbangan dengan mata tertutup, merasa kasihan mungkin merupakan saudara perempuannya, yang juga tidak melihat tapi keduanya tanggannya membuka lebar. Rasa sayang mungkin melukiskan permulaan keadilan dan sebaliknya keadilan menjadi hasil dari rasa sayang yang benar-benar. 3 Solidaritas bisa juga berarti belas kasihan charity. Dimana setiap manusia mengesampingkan lebih dari warna kulit, agama, suku, atau golongan atas nama belas kasihan kepada sesama. Sehingga tidak ada perbedaan di antara manusia. Prinsip persamaan, ukuran dan proporsi mendorong kepada keindahan dalam alam dan kepada kebaikan budi dalam manusia.menurut doktrin Islam, keadilan sekaligus menunjukkan dasar dan tujuan dari segala wahyu Tuhan. 2 Sayyid Quthb, Keadilan Sosial Dalam Islam, h. 66 - 67 3 Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, h. 133 - 134 Keadilan itu dapat diekspresikan dalam dua tingkat: keadilan Tuhan terhadap makhluk-nya dan keadilan antara manusia dan manusia lain. Sifat pengampunan Tuhan tidak melemahkan sifat Adil-Nya. Sifat tersebut bahkan menonjolkan sifat manusia yang tidak adil. Rahmat Tuhan tidak hanya sifat tambahan, akan tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eguity keadilan. Persamaan pandangan ini berarti bahwa ajaran-ajaran moral atau perintah-perintah formal seperti cinta dan menolong tetangga, memeberi nafkah kepada kerabatnya, orang miskin dan orang-orang asing, bukannya tidak terdapat dalam Islam. Rasa kasih sayang dan baik hati adalah kaidah yang harus dijunjung tinggi, tetapi hal-hal tersebut bukan ide yang abstrak dan ideal. Peraturan sama artinya dengan keseimbangan dan kebenaran, kesatuan dan keadilan. Kita harus menempatkan ide-ide tersebut dalam konteks ini, oleh karena agama memberikan ajaran moral perorangan dan dasar-dasar lembaga sosial. Perintah kepada perorangan untuk adil, ditambah dengan kasih sayang dan murah hati, dalam rangka kolektif menjelma menjadi altruisme yang timbul dari konsep solidaritas yang sangat perlu bagi masyarakat manusia menurut doktrin Islam. Ini adalah gerakan keluar yang menentang egoisme, tanpa menghilangkan individualisme atau utilitarisme. Dalam Islam, keadilan adalah motivasi keagamaan yang esensial dan altruisme adalah dasar moral yang pokok bagi suatu susunan sosial. 4 Kehidupan akademis yang sering terlihat di perguran tinggi, merupakan perpaduan dari berbagai etnis dan bahkan ras. Mereka berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia dan juga negara tetangga. 4 Marcel A. Boisard, Humanisme Dalam Islam, h. 139 - 142 Di sekitar kampus, sering dijumpai organisasi-organisasi kedaerahan, dimana anggotanya adalah mereka yang berasal dari satu daerah. Misalnya, IMT Ikatan Mahasiswa Tegal, KMM Komunitas Mahasiswa Minang, HMB Himpunan Mahasiswa Banten, HIMATA Himpunan Mahasiswa Tangerang, SIMAHARAJA Silaturrahmi Mahasiswa Jepara di Jakarta, Formala Forum Mahasiswa Lamongan, dan lain sebagainya. Namun benarkah organisasi tersebut menjadi ajang silaturrahmi untuk mempererat rasa persaudaraan karena berasal dari daerah yang sama? Apa yang melatarbelakangi solidaritas di antara mereka? Atau justru organisasi-organisasi kedaerahan ntersebut menjurus ke arah fanatisme kesukuan yang kemudian mengesampingkan semangat nasionalisme? Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mengadakan penelitian dengan judul “Solidaritas dalam Organisasi Primordial Studi Kasus Organisasi- organisasi Primordial di Sekitar Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH