Pengertian Jual Beli dan Saat Terjadinya Jual Beli

46

2. Pengertian Jual Beli dan Saat Terjadinya Jual Beli

Pada Pasal 1457 KUH Perdata adalah “suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain berjanji untuk membayar harga yang telah diperjanjikan”. Sedangkan menurut Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Mendagkop tanggal 1 Februari 1980 Nomor : 34KPII80, tentang kegiatan usaha sewa beli hire purchase, Jual beli dengan angsuran dan sewa renting, Pasal 1 huruf b disebutkan : Jual beli dengan angsuran adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali angsuran atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli. Dari rumusan diatas dapat dilihat unsur penting jual beli dengan angsuran ialah pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali angsuran dan hak milik atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli. Perkataan jual beli menunjukan bahwa satu pihak perbuatan sebagai pembeli, sedangkan dari pihak lain dinamakan penjual. Yang dijanjikan oleh penjual adalah penyerahan atau pemindahan hak miliknya atas barang yang ditawarkan. Universitas Sumatera Utara 47 Sedangkan yang dijanjikan oleh pihak lain adalah pembayaran harga yang telah disetujui, meskipun tidak ada disebutkan dalam suatu pasal dari KUH Perdata, namun sudah semestinya bahwa suatu harga itu harus berupa sejumlah uang, karena jika berupa barang, maka bukan jual beli yang terjadi tetapi tukar menukar. Diserahkan oleh pengembang kepada pembeli adalah hak milik atas barang. Jadi bukan sekedar kekuasaan atas barang tersebut, yang harus dilakukan adalah penyerahaan levering secara yuridis. 54 Penyerahan menurut KUH Perdata ada 3 tiga macam yaitu : 1. Penyerahan barang bergerak 2. Penyerahan barang tidak bergerak 3. Penyerahan piutang atas nama Barang yang menjadi objek perjanjian harus cukup, setidaknya dapat ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan diserahkan hak miliknya kepada pembeli. Dengan demikian adalah sah menurut hukum. KUH Perdata juga mengenal beberapa bentuk jual beli misalnya, jual beli yang dilakukan dengan percobaan, jual beli dengan contoh, jual beli dengan angsuran, jual beli dengan hak membeli kembali. 54 Kadang-kadang para pihak yang mengadakan perjanjian setelah lahirnya hak dan kewajiban menganggap dirinya sudah mempunyai status yang lain, artinya sudah menganggap dirinya sebagai pemilik atas barang-barang yang diperjanjikan itu, sebenarnya belum, pembeli baru menjadi pemilik atas barang semenjak diadakan penyerahan atau sudah diadakan penyerahan. Jadi kalau belum diadakan penyerahan, maka pembeli belum menjadi pemilik barang tersebut. Pemilikan baru berganti setelah adanya penindahan hak milik atas barang yang dibeli itu. Ini berarti sekalipun sudah membayar harga barang dan pembayarannya itu sudah diterima penjual si pembeli belum berstatus sebagai pemilik barang sebelum diadakan “penyerahan”. Kalau barang bergerak penyerahannya yang menyebabkan seketika si pembeli menjadi pemilik barang. Penyerahan ini dilakukan berdasarkan Pasal 612, 613 dan 616 KUH Perdata, ini sudah ditegaskan dalam Pasal 1459 KUHPerdata yang menentukan “hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada si pembeli selama penyerahannya belum dilakukan menurut 612, 613 dan 616, Qiram Syamsuddin Meliala, Op. Cit, hal. 40 Universitas Sumatera Utara 48 Saat Terjadi Jual Beli Sesuai dengan asas konsensualisme yang menjiwai hukum perjanjian perdata, perjanjian jual beli itu dilahirkan pada detik tercapainya sepakat mengenai barang dan harga begitu kedua belah pihak setuju tentang harga barang-barang maka lahirlah perjanjian jual beli yang sah. Sifat konsensual dari jual beli tersebut ditegaskan dalam pasal 1457 KUH Perdata yang berbunyi ; “jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika mereka mecapai sepakat tentang harga barang-barang, maksud meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”. Konsensualisme berasal dari perkataan sepakat “consensus” yang berarti kesepakatan. Menurut Subekti, sepakat adalah suatu persetujuan paham dan kehendak antara kedua belah pihak tersebut, apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain, meskipun tidak sejurusan tapi secara timbal balik kedua kehendak itu bertemu satu sama lain. 55 Menurut pendapat saya, asas tersebut harus di simpulkan dari pasal 1320, yaitu pasal yang mengatur tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian dan tidak dari pasal 1338 1 KUH Perdata. Bahkan oleh pasal 1338 1 KUH Perdata yang berbunyi : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya” itu dimaksudkan untuk menyatakan tentang kekuatan perjanjian, yaitu kekuatan yang sama dengan suatu undang-undang.

3. Subjek dan Objek Jual Beli