34
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang dipergunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian adalah dengan mengunakan 2 dua metode yakni :
a. Penelitian Kepustakaan Library Research Penelitian kepustakaan Library Research
35
yaitu menghimpun data dengan melelakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan
hukum primer, sekunder, dan tersier,
36
yaitu berupa perjanjian dan perlindungan hukum itu sendiri maupun peraturan-peraturan, buku, jurnal, majalah, dan lain-lain
dalam bentuk tulisan yang terkait dengan penelitian ini. b. Penelitian lapangan Field Research
Penelitian lapangan Field Research Untuk mendapatkan data yang aktual mengenai masalah yang dibahas, maka penelitian yang dipaparkan yang dapat berupa
wawancara langsung dengan konsumen dan kepada Pimpinan PT Indo Mega Sentosa. Penelitian ini dilakukan dengan menggambungkan dua metode pengumpulan
data, yaitu studi pustakastudi pustaka dokumen documentary study dan penelitian lapangan Field Research.
4. Analisis Data
Data diperoleh diklasifikasikan yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh jawaban yang baik
35
Disebut juga dengan studi kepustakaan yang pada dasarnya bertujuan untuk menunjukan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Apabila penelitian mengetahui apa yang telah dilakukan
oleh peneliti lain, maka peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang lebih dalam dan lengkap, Soejono Soekanto, Ibid, hal 115
36
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta, Sinar Grafika, 1996, Hal 14
Universitas Sumatera Utara
35
pula.
37
Analisis data akan dilakukan dengan pendekatan kualitatif, maka data yang telah diperoleh akan disusun secara sistematik.
38
Dengan demikian penelitian ini akan diharapkan dapat memaparkan sekaligus melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada dengan kalimat yang sistematis
untuk memperoleh kesimpulan jawaban yang jelas dan benar.
37
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: RajaGrafindo Persada,2002, hal 106
38
Burhan Bungi, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologi Kearah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: Grafindo,2003, hal 135
Universitas Sumatera Utara
36
BAB II BENTUK PERJANJIAN JUAL BELI PENGEMBANG
DENGAN KONSUMEN PADA PT INDO MEGA SENTOSA
A. Pengertian Perjanjian
Perjanjian dalam bahasa Belanda disebut Overeenkomst. Secara yuridis pengertian perjanjian terdapat pada pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi “ Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana sutu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih”.
Ada juga
yang berpendapat
bahwa perjanjian
tidak sama
dengan persetujuan
39
. Perjanjian merupakan terjemahan dari oveereenkomst sedangkan persetujuan merupakan terjemahan dari toestemming yang ditafsirkan sebagai
wilsoverenstemming persesuaian kehendakkata sepakat. Subekti, memberikan rumusan perjanjian, “ Suatu peristiwa dimana seseorang
berjanji kepada orang lain dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
40
Dalam hal ini menimbulkan suatu hubungan hukum antara dua orang tesebut yang dinamakan perikatan atau dengan kata lain perjanjian itu menimbulkan suatu
perikatan antara dua orang yang membuatnya berupa suatu rangkaian perkataan yang
39
Sudikno Mertokusumo. Op.Cit, hal. 97
40
Subekti. Ibid, hal. 49
36
Universitas Sumatera Utara
37
mengandung janji atau kesanggupan atas apa yang diucapkan atau dituliskan oleh kedua belah pihak yaitu pihak yang berhak dan pihak yang berkewajiban.
41
Abdulkabir Muhamad mengemukakan bahwa definisi perjanjian dalam pasal 1313 KUHPerdata tersebut masih terdapat beberapa kelemahan yakni :
“1. Hanya menyangkut sepihak saja. Hal ini dapat diketahui dari perumusan : “satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata “mengikat” sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya perumusan itu “
saling mengikatkan diri” sehingga terdapat consensus antara pihak-pihak.
42
2. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus Dalam
pengertian perbuatan
mencakup juga
tindakan melaksanakan
tugaspekerjaan orang lain tanpa kuasa zaakwaarneming. Perbuatan melawan hukum Onrechtmatigedaad yang tidak mengandung suatu konsensus seharusnya
dipakai kata persetujuan. 3. Pengertian perjanjian terlalu luas
Pengertian perjanjian dalam pasal 1313 KUH Perdata terlalu luas karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin yang diatur dalam lapangan
41
Istilah “ Hukum Perjanjian “ mempunyai cakupan yang lebih sempit dari istilah “Hukum Perikatan”.Jadi dengan istilah “ Hukum Perikatan” dimaksudkan untuk mencakup semua bentuk
perikatan dalam buku ketiga KUHPerdata, jadi termaksuk ikatan hukum yang berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang-undang, maka dengan istilah “Hukum Perjanjian” hanya
dimaksudkan sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang terbit dari perjanjian saja, Munir Fuady, Hukum Kontrak, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999. hal. 2
42
J. Satrio, Hukum Perjanjian, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1992.hal. 23
Universitas Sumatera Utara
38
hukum keluarga. Padalah yang dimaksud adalah hubungan antara debitur dengan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja
43
. Menurut M. Yahya Harahap, perjanjian atau Verbinteniss mengandung
pengertian Suatu hubungan hukum kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan
sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk melunasi prestasi.
44
Dari rumusan diatas menerangkan bahwa perjanjian adalah hubungan hukum yang lahir dari adanya kesepakatan antara dua belah pihak atau lebih, dimana pihak
yang satu mengikatkan dirinya pada pihak yang lain untuk memenuhi prestasi yang terletak pada lapangan harta kekayaan dan pihak kedua berhak untuk menuntut
prestasi yang disepakati bersama. Sehingga dapat rumusan bahwa unsur-unsur perikatan tersebut adalah :
1. Hubungan Hukum Dimana hubungan antar pihak haruslah membawa akibat hukum dan
dibenarkan oleh undang-undang. Hubungan hukum adalah hubungan-hubungan yang terjadi dalam lalu-lintas kegiatan masyarakat, dimana hukum meletakkan hak pada
suatu pihak dan meletakkan kewajiban pada pihak lain.
45
43
Dalam arti luas suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki atau dianggap dikehendaki oleh para pihak, termasuk didalamnya
perkawinan, perjanjian kawin, dan lain-lain dalam arti sempit perjanjian hanya ditujukan kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan saja, seperti yang dimaksud dalam buku
III KUHperdata, jadi hukum perjanjian sebagai bagian hukum perikatan, sedangkan hukum perikatan adalah bagian dari pada hukum kekayaan, maka hubungan yang timbul antara para pihak didalam
perjanjian dalam lapangan hukum kekayaan, J. Satrio,Ibid, hal. 23
44
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung 1986,hal. 6
45
M.Yahya Harahap, Loc Cit
Universitas Sumatera Utara
39
Hal ini berarti bahwa apabila salah satu pihak tidak mematuhi aturan atau melanggar hubungan itu maka hukum akan memaksakan supaya hubungan tersebut
terpenuhi atau dipulihkan kembali. Dengan demikian hubungan antara pihak haruslah membawa akibat hukum dan dibenarkan oleh undang-undang.
2. Para Pihak Pihak yang berhak atas prestasi dan pihak yang aktif adalah kreditur atau yang
berpiutang dan pihak yang wajib memenuhi prestasi, pihak yang pasif atau pihak yang berhutang, mereka ini disebut subjek perikatan.
“Hubungan hukum dalam suatu perjanjian terjadi antara pihak-pihak atau antara dua pihak sebagai subjek hukum, yaitu pihak yang aktif sebagai kreditur yang
berhak atas prestasi dan pihak yang pasif sebagai debitur yang berkewajiban memenuhi prestasi. Hukum dalam perjanjian perdata melekat prinsip pemaksaan,
dimana apabila debitur tidak memenuhi prestasi secara sukarela, kreditur mempunyai hak untuk memaksakan pemenuhan prestasi tersebut. Pemenuhan prestasi dapat
dipaksakan melalui alat kekuasaan atau pejabat pengadilan dengan mempergunakan produser yang ditentukan dalam Undang-Undang Hukum Acara Perdata. Dan apabila
kreditur ingkar janji, debitur juga mempunyai hak atas apa yang telah diperjanjikan dan mengadakan tuntutan untuk perjanjian yang telah disepakati. Selain itu kedua
belah pihak juga dibebani dengan schuld yaitu kewajiban melaksanakan prestasi dan haftung yaitu tanggung jawab secara hukum untuk memenuhi prestasi.”
46
3. Prestasi Prestasi merupakan sesuatu yang harus dipenuhi dan berhak untuk dituntut.
Menurut M. Yahya Harahap, bahwa hak yang dilahirkan dari perjanjian itu bersifat hak relatif yang artinya hak atas prestasi baru ada person tertentu, jika hak itu
46
M.Yahya Harahap. Ibid.,hal. 7
Universitas Sumatera Utara
40
didasarkan pada hubungan hukum yang lahir atas perbuatan hukum namun ada pengecualiannya yaitu
47
: a
Perjanjian bisa terjadi oleh karena suatu keadaan atau suatu kekayan tertentu, sekalipun tidak ada hubungan hukum yang mengikat antara
kedua orang tertentu misalnya pelanggaran kendaraan. b. Oleh karena suatu kewajiban hukum dalam situasi yang nyata yang dapat
dikonkritisasi sebagai perjanjian sekalipun tidak ada hubungan hukum antara dua orang tertentu.
Dalam pasal 1234 KUH Perdata Prestasi adalah memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan untuk tidak berbuat sesuatu. Kata sesuatu yang terjadi menjadi objek
prestasi perjanjian berada pada lapangan hukum kekayaan. Sesuatu itu adalah
sesuatu yang abstrak namun inilah yang akan dijadikan dan disepakati dalam isi perjanjian.
Tanpa prestasi hubungan hukum yang dilakukan tidak mempunyai arti apa- apa bagi hukum perjanjian. Dari perkataan sesuatu inilah yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk menentukan isi perjanjian yang dikenal dengan asas kebebasan berkontrak.
Namun kebebasan dalam membuat perjanjian apa saja asal tidak bertentangan dengan norma hukum, ketertiban dan kesusilaan karena ini sangat menentukan
keabsahan dari perjanjian tersebut.
48
47
M.Yaya Harahap. Ibid, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
41
1. Jenis-Jenis Perjanjian