Pengaruh Aspek Kognitif Sikap Terhadap Adopsi Program KB Pengaruh Aspek Afektif Sikap Terhadap Adopsi Program KB

88

4.5.1. Pengaruh Aspek Kognitif Sikap Terhadap Adopsi Program KB

Sikap pasangan usia subur terhadap program KB dengan keputusan untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB ada dalam Tabel 21. Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut aspek kognitif sikap terhadap adopsi di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 Adopsi Sikap Kognitif Rendah Sedang Tinggi Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Rendah Sedang 1 100 1 1,01 Tinggi 98 98,99 Jumlah 1 100 99 100 Data di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki komponen kognitif sikap sedang, 100 persen tingkat adopsinya juga sedang. Sementara responden yang memiliki sikap kognitif tinggi, tingkat adopsinya juga tinggi. Dengan demikian, ada hubungan antara komponen kognitif sikap dengan keputusan masyarakat untuk mengadopsi program KB

4.5.2. Pengaruh Aspek Afektif Sikap Terhadap Adopsi Program KB

Aspek afektif sikap terhadap keputusan responden untuk mengadopsi KB dapat dilihat pada table 22 Tabel 22 Jumlah dan persentase responden menurut aspek afektif sikap terhadap adopsi di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 Adopsi Sikap Afektif Rendah Sedang Tinggi Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Rendah Sedang 1 1,01 Tinggi 1 100 98 98,99 Jumlah 1 100 99 100 Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki komponen sikap afektif sedang dan afektif tinggi sama-sama memiliki keputusan 89 yang tinggi untuk mengadopsi KB. Dengan demikian tidak ada hubungan antara komponen afektif sikap dengan keputusan responden untuk mengadopsi KB Tabel 23 Hubungan sikap responden dengan adopsi di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 Sikap pasangan usia subur terhadap program KB dengan keputusan untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB dari matriks korelasi dapat disimpulkan ada hubungan sangat nyata pada α = 0,01 antara kognitif sikap dengan adopsi memiliki korelasi yang cukup 0,469. Dengan demikian, kognitif sikap responden memiliki hubungan dengan keputuan untuk mengadopsi program KB. Ada hubungan sangat nyata pada α = 0,01 antara afektif sikap dengan adopsi memiliki korelasi yang kuat 0,706. Dapat disimpulkan bahwa afektif sikap responden memiliki hubungan yang kuat dengan keputusannya untuk mengadopsi program KB. Tingkat pertama yang terjadi dalam proses penyebarluasan gagasan adalah pengetahuan. Pada tingkatan ini, terjadi proses 1 mengingat informasi, 2 memahami pesan, dan 3 pengetahuan atau ketrampilan mengadopsi inovasi secara efektif. Setelah pengetahuan, tahapan dilanjutkan dengan tahap persuasi. Menurut Rogers 2003 persuasi terjadi ketika individu atau unit pengambil keputusan membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. Pada tingkatan ini terjadi proses 1 menyukai inovasi, 2 membahas perilaku baru dengan orang lain, 3 menerima pesan mengenai inovasi, 4 membentuk citra positif mengenai pesan dan inovasi, dan 5 dukungan bagi perilaku inovatif dari sistem. Keputusan untuk mengadopsi inovasi merupakan tahap ketiga yang terjadi setelah melewati tahap persuasi. Keputusan terjadi ketika individu terlibat secara aktif untuk memilih mengadopsi atau menolak mengadopsi inovasi . Pada tingkatan ini muncul 1 niat mencari informasi tambahan tentang inovasi dan 2 Sikap Adopsi Kognitif 0.469 Afektif 0.706 . Berhubungan sangat nyata pada α = 0.01 90 niat untuk mencoba inovasi. Proses keputusan untuk mengadopsi inovasi merupakan proses mental dimana individu melangkah dari pengetahuan awal mengenai inovasi menuju suatu keputusan untuk mengadopsi atau menolak dan untuk mengkonfirmasi atas keputusan yang diambilnya. Proses ini bersifat individual, sehingga berbeda dengan difusi. Difusi merupakan proses dimana inovasi dikomunikasikan kepada para anggota sistem sosial Rogers 1995. Pada tiap tahap atau tingkatan perubahan terjadi interaksi dengan saluran komunikasi, yang berarti juga interaksi dengan sumber-sumber komunikator yang beragam. Dalam penelitian ini, sumber difokuskan pada individu perorangan. Selain itu, penelitian ini juga membatasi interaksi pada tahap perubahan sikap dan keputusan. Model difusi inovasi dalam penelitian ini menjadi rujukan dalam membangun proposisi hirarki efek dari penyampaian pesan oleh tipe-tipe komunikator yang berbeda-beda. Jika dikembalikan pada model SMCRE, maka model difusi inovasi memberikan rincian tentang efek proses komunikasi. Keputusan adopsi dalam tahap persuasi menonjolkan kemampuan petugas KB dalam hal berkomunikasi. Petugas KB melakukan komunikasi dengan melakukan peranan sebagai orang yang tidak menggurui tetapi berusaha melakukan tukar pendapat, dalam sosialisasi dilakukan tanya jawab yang disampaikan peserta dengan bahasa yang mudah dipahami dan menganggap peserta sosialisasi setara. Komunikasi yang terjadi menjadi efektif karena petugas sudah dianggap sebagai keluarga sendiri yang berusaha menyampaikan hal-hal yang positif berkaitan dengan pelayanan KB dan alat kontrasepsi. Pembujukan tidak hanya sekali saja tetapi terus menerus karena petugas KB akan selalu mengunjungi desa melalui posyandu yang menjadi tanggungjawabnya dan memiliki pencatatan kapan dilakukan konseling serta kendala yang dihadapi. Petugas KB secara intensif memberikan penjelasan bahwa pemasangan alat kontrasepsi KB tidak mahal dan dapat dibuatkan surat pengantar dengan prosedur yang mudah dan pemasangan alat di puskesmas gratis. 91

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukanan terhadap pasangan usia subur yang telah menerima sosialisasi Keluarga Berencana di Kecamatan Bojonggede dapat disimpulkan : 1. Sumber informasi KB dinilai kredibel oleh pasangan usia subur. Sumber informasi dinilai memiliki keahlian tinggi, menarik, dapat dipercaya, dan memiliki empati. Penilaian kredibilitas sumber informasi KB tidak dipengaruhi oleh karakteristik responden. 2. Kognisi dan afeksi pasangan usia subur terhadap program Keluarga Berencana tergolong tinggi. 3. Pasangan usia subur yang memutuskan untuk mengadopsi Keluarga Berencana tergolong tinggi. 4. Ranah afektif pasangan usia subur dipengaruhi oleh penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi keahlian, daya tarik, dapat dipercaya dan empati, sedangkan ranah kognisi tidak dipengaruhi oleh penilaian terhadap keahlian sumber informasi, namun dipengaruhi oleh tiga unsur krebilitas lainnya. 5. Ranah kognisi dan afeksi pasangan usia subur sangat mempengaruhi adopsi terhadap program Keluarga Berencana. Saran Penelitian ini menyimpulkan bahwa adopsi program Keluarga Berencana dipengaruhi oleh kognisi dan afeksi, dan ini sangat dipengaruhi oleh penilaian pasangan usia subur terhadap kredibilitas sumber. Karena itu sangat penting untuk selalu meningkatkan kredibilitas keahlian, daya tarik, dapat dipercaya dan empati PLKB dan Kader KB lainnya secara teratur. Peningkatan kredibilitas ini dapat dilakukan melalui pelatihan yang teratur dan penyediaan alat-alat peraga.