23
berjudul,  “Korelasi  Hasil  Audit  Internal  dengan  Kemampuan  Kinerja Perusahaan Studi Kasus Pada PT. Bank X Persero. Tbk. Jakarta”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan  latar  belakang  yang  telah  diuraikan  diatas,  maka perumusan  masalah  yang  dapat  penulis  rumuskan  yaitu  untuk  membuktikan
seberapa  besar  korelasi  hasil  audit  internal  dengan  kemampuan  kinerja perusahaan Studi kasus pada PT. Bank X Persero. Tbk. Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat
1.  Tujuan penelitian
Adapun  tujuan  dalam  penelitian  ini  adalah  untuk  mengetahui  seberapa besar korelasi hasil audit internal dengan kemampuan kinerja perusahaan.
2.  Manfaat penelitian
Penulis  mengharapkan  penelitian  ini  dapat  memberikan  manfaat diantaranya adalah:
a.  Bagi Penulis
1  Untuk memenuhi  syarat mendapatkan  gelar sarjana  ekonomi pada
program studi akuntansi.
2  Sebagai  langkah  penerapan  ilmu  pengetahuan  yang  diperoleh dibangku  kuliah  yang  berupa  teori-teori  dengan  kenyataan  yang
terjadi dilapangan, sehingga teori yang diperoleh dapat digunakan
pada kondisi yang sesungguhnya.
24 3  Untuk  menambah  pengetahuan  dan  wawasan  bagi  penulis
berkaitan dengan  korelasi  hasil audit internal dengan  kemampuan
kinerja perusahaan perbankan. b.  Bagi Pihak Perusahaan
1  Sebagai bahan evaluasi seberapa besar korelasi hasil audit internal
dengan kemampuan kinerja perusahaan. 2  Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
c.  Bagi Pembaca
1  Memberikan  gambaran  mengenai  korelasi  hasil  audit  internal
dengan kemampuan kinerja perusahaan. 2  Memberikan gambaran mengenai ruang lingkup auditor internal.
d.  Bagi Lembaga Pendidikan
Dalam  hal  ini  Universitas  Islam  Negeri  Syarif  Hidayatullah  Jakarta khususnya  Fakultas  Ekonomi  dan  Ilmu  Sosial,  penulis  dapat
memberikan  sumbangan  pikiran  tentang  korelasi  hasil  audit  internal dengan  kemampuan  kinerja  perusahaan  pada  PT.  Bank  X  Persero
Tbk. Jakarta.
25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Akuntansi
1. Rollin  C.  Niswonger,  Carl S.  Warren,  James  M.  Reeve,  Philip  E.  Fess
dalam  bukunya  yang  berjudul  “Accounting”  dan  diterjemahkan  oleh Alfonsus  Sirait,  Helda  Gunawan,  mendefinisikan  akuntansi  sebagai
berikut: “Secara  umum  akuntansi  didefinisikan  sebagai  sistem  informasi
yang  menghasilkan  laporan  kepada  pihak-pihak  yang  berkepentingan mengenai  aktivitas  ekonomi  dan  kondisi  perusahaan”.  Rollin  C.
Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess, 1999:6.
Pihak  pihak  yang  berkepentingan  stakeholders  menggunakan laporan  akuntansi  sebagai  sumber  informasi  utama  untuk  pengambilan
keputusan mereka.
2. Charles  T.  Horngren,  Walter  T.  Harrison,  Jr.,  Michael  A.  Robinson,
1997:3,  mendefinisikan  akuntansi  dan  laporan  keuangan  sebagai berikut:
“Akuntansi  adalah  suatu  sistem  yang  mengukur  aktivitas- aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut ke dalam bentuk laporan-
laporan, dan
mengkomunikasikannya kepada
para  pengambil keputusan”.  Charles  T.  Horngren, Walter  T.  Harrison,  Jr.,  Michael A.
Robinson, 1997:3.
26 “Laporan keuangan adalah dokumen-dokumen  yang melaporkan
kegiatan  bisnis  pribadi  atau  organisasi  ke  dalam  satuan  moneter”. Charles  T.  Horngren,  Walter  T.  Harrison,  Jr.,  Michael  A.  Robinson,
1997:3.
B. Ruang Lingkup Auditing
1. Definisi Auditing
“ Report  of  the  committee  on  basic  auditing  concepts  of  the
American  Accounting  Association”  Accounting  Review,  Vol  47 memberikan definisi auditing sebagai:
“Suatu  proses  sistematis  untuk  memperoleh  serta  mengevaluasi bukti  secara  objektif  mengenai  asersi-asersi  kegiatan  dan  peristiwa
ekonomi,  dengan  tujuan  menetapkan  derajat  kesesuaian  antara  asersi- asersi  tersebut  dengan  kriteria  yang  telah  ditetapkan  sebelumnya  serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”
Beberapa  ciri  penting  yang  ada  dalam  definisi  tersebut  dapat diuraikan sebagai berikut:
a.  Suatu  proses  sistematis  berupa  serangkaian  langkah  atau  prosedur yang  logis,  terstruktur,  dan  terorganisir.  Auditing  Standards  Board
ASB=Dewan  Standar  Auditing  menerbitkan  Generally  Accepted Auditing Standards
GAAS=Standar Auditing yang Berlaku Umum sebagai pedoman profesional berkaiatan dengan proses audit.
b.  Memperoleh  dan  mengevaluasi  bukti  secara  objektif  berarti memeriksa  dasar  asersi  serta  mengevaluasi  hasil  pemeriksaan
tersebut tanpa memihak dan berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan entitas yang memuat asersi tersebut.
27 c.  Asersi  tentang  kegiatan  dan  peristiwa  ekonomi  merupakan
representasi  yang  dibuat  oleh  perorangan  atau  entitas.  Asersi  ini merupakan subjek pokok auditing.
d.  Derajat  kesesuaian  menunjuk  pada  kedekatan  dimana  asersi  dapat diidentifikasi  dan  dibandingkan  dengan  kriteria  yang  telah
ditetapkan.  Ekspresi  kesesuaian  ini  dapat  berbentuk  kuantitas, seperti jumlah kekurangan dana kas kecil, atau dapat juga berbentuk
kualitatif, seperti kewajaran keabsahan laporan keuangan. e.  Kriteria  yang  telah  ditetapkan  adalah  standar-standar  yang
digunakan  sebagai  dasar  untuk  menilai  asersi  atau  pernyataan. Kriteria  dapat berupa peraturan-peraturan spesifik  yang  dibuat oleh
badan  legislatif,  anggaran  atau  ukuran  kinerja  lainnya  yang ditetapkan  oleh  manajemen,  Generally  Accepted  Accounting
Principles GAAP=Prinsip-prinsip Akuntansi  yang Berlaku Umum
yang  ditetapkan  oleh  Financial  Accounting  Standards  Board FASB=Badan  Standar  Akuntansi  Keuangan  serta  badan-badan
pengatur lainnya. f.  Penyampaian  hasil  diperoleh  melalui  laporan  tertulis  yang
menunjukkan derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan.  Kepercayaan  pemakai  informasi  keuangan  atas  asersi
yang dibuat oleh pihak yang di audit. g.  Pihak-pihak
yang berkepentingan
adalah mereka
yang menggunakan  mengandalkan  temuan-temuan  auditor.  Dalam
28 lingkungan  bisnis,  mereka  adalah  para  pemegang  saham,
manajemen, kreditor, kantor pemerintah, dan masyarakat luas. Tujuan  menyeluruh  dari  audit  laporan  keuangan  adalah  untuk
menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyatakan secara  wajar,  dalam  semua  hal  yang  material,  sesuai  dengan  GAAP.
Untuk  mencapai  tujuan  tersebut,  hal  yang  lazim  dilakukan  dalam  audit adalah mengidentifikasi sejumlah tujuan audit yang spesifik bagi setiap
akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang merupakan
hal  penting  sebagai  pedoman  auditor  dalam  pengumpulan  bukti. Auditing  Standards  Board  ASB
telah  mengakui  lima  kategori  asersi laporan keuangan sebagai berikut
a.  Keberadaan atau Keterjadian Existence or Occurrence Berkaiatan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas benar-benar
ada  pada  tanggal  tertentu,  dan  transaksi  yang  dicatat  benar-benar telah terjadi selama periode tertentu.
b.  Kelengkapan Completeness Berkaiatan  dengan  apakah  semua  transaksi  dan  akun  yang  harus
disajukan dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan. c.  Hak dan Kewajiban Rights and Obligations
Berkaitan  dengan  apakah  aktiva  telah  menjadi  hak  entitas  dan hutang memang telah menjadi kewajiban entitas pada suatu tanggal
tertentu.
29 d.  Penilaian atau Alokasi Valuation or Allocation
Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan  beban  telah  dicantumkan  dalam  laporan  keuangan  dengan
jumlah yang semestinya. e.  Penyajian dan Pengungkapan Presentation and Disclosure.
Berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, diuraikan, dan diungkapkan sebagaimana mestinya.
2. Jenis-jenis Audit
Terdapat  tiga  jenis  audit  yang  umum  dilakukan  Amir  Abadi Jusuf, 2003:4, yaitu:
a.  Audit Laporan Keuangan Bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan
yang  merupakan  informasi  terukur  yang  akan  diverifikasi  telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria
yang  dimaksud  adalah  prinsip  akuntansi  yang  berlaku  umum. Prinsip  akuntansi  yang  berlaku  umum  di  Indonesia  dimuat  dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK. Hasil audit laporan keuangan didistribusikan  kepada para pengguna
seperti,  para  pemegang  saham,  kreditur,  kantor  pemerintah  dan masyarakat  umum  melalui  laporan  auditor  atas  laporan  keuangan.
Selain  itu,  auditor  independen  juga  menyiapkan  laporan  kepada dewan direksi tentang pengendalian intern perusahaan serta temuan-
temuan  audit  lainnya.  Auditor  eksternal  juga  menyiapkan  laporan
30 kepada dewan  direksi  tentang  pengendalian  intern  perusahaan  serta
temuan-temuan audit lainnya. b.  Audit Operasional
Merupakan  penelaahan  atas  bagian  manapun  dari  prosedur  dan metode  operasi  suatu  organisasi  untuk  menilai  efisiensi  dan
efektifitasnya.  Umumnya  auditor  akan  memberikan  saran  atau rekomendasi kepada pihak manajemen untuk memperbaiki jalannya
operasi  perusahaan  dan  untuk  peningkatan  kinerja  perusahaan. Karena  lingkup  evaluasi  efektivitas  operasi  begitu  luas,  maka tidak
mungkin  untuk  menentukan  ciri  pelaksanaan  audit  operasional dengan  pasti.  Di  dalam  suatu  organisasi,  bisa  jadi  auditor
mengevaluasi  apakah  manajemen  telah  menggunakan  informasi yang tepat dan mencukupi dalam pengambilan keputusan pembelian
aktiva  yang baru, sedang dalam organisasi  yang berbeda barangkali ia  akan mengevaluasi  efisiensi  administrasi  penjualan.  Dalam  audit
operasional,  tinjauan  yang  dilakukan  tidak  terbatas  pada  masalah- masalah  akuntansi,  tetapi  juga  meliputi  evaluasi  terhadap  struktur
organisasi,  pemanfaatan  komputer,  dan  bidang-bidang  lain  sesuai dengan keahlian auditor.
c.  Audit Ketaatan Bertujuan  mempertimbangkan  apakah  klien  telah  mengikuti
prosedur  atau  aturan  yang  telah  ditetapkan  pihak  yang  memiliki otoritas  lebih  tinggi. Hasil  audit  ketaatan  biasanya  tidak  dilaporkan
31 kepada  pihak  luar,  tetapi  kepada  pihak  tertentu  dalam  organisasi.
Pimpinan  organisasi  adalah  pihak  yang  paling  berkepentingan  atas dipatuhinya prosedur dan aturan yang telah ditetapkan.
3. Jenis-jenis Auditor
Dalam  pelaksanaan  suatu  audit,  pada  umumnya  jenis  auditor diklasifikasikan  menjadi  tiga  jenis  William  C.  Boynton,  Raymond  N.
Johnson, Walter G. Kell, 2001:8, yaitu; a.  Auditor Independen Independent Auditor
Terdapat  dalam  Kantor  Akuntan  Pubik  KAP,  yang  umumnya mengambil  peran  sebagai  seorang  auditor  eksternal  atas
perusahaannya  yang  menyediakan  laporan  guna  kebutuhan  tertentu dari  klien  untuk  menjalankan  bisnisnya.  Klien  para  auditor
independen  dapat  berasal  dari  perusahaan  bisnis  yang  berorientasi laba, organisasi nirlaba, kantor pemerintah, atau perorangan.
b.  Auditor Internal Internal Auditors Merupakan  pegawai  dari  organisasi  yang  diaudit.  Tugas  auditor
internal  beragam,  sesuai  dengan  kebutuhan  dan  permintaan manajemen  perusahaan.  Auditor  internal  wajib  memberikan
informasi  yang  berguna  bagi  manajemen  untuk  pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan.
c.  Auditor Pemerintah Government Auditors Di  Indonesia  terdapat  beberapa  lembaga  ataupun  badan  yang
bertanggung  jawab  secara  fungsional  atas  pengawasan  terhadap
32 kekayaan  atau  keuangan  Negara,  diantaranya  Badan  Pengawas
Keuangan dan Pembangunan BPKP dan Inspektorat Jendral Itjen pada  departemen  pemerintah.  Sebagian  tugas  BPKP  tidak  jauh
berbeda  dengan  KAP,  sebagian  besar  informasi  keuangan  yang dibuat  oleh  berbagai  badan  pemerintah  telah  di  audit  oleh  BPKP,
disamping  audit  atas  laporan  keuangan,  pada  masa  sekarang  sering kali dilakukan evaluasi atas efisiensi dan efektifitas operasi berbagai
program pemerintah dan BUMN.
4. Hubungan Antara Akuntansi dan Auditing
Metode akuntansi mencakup kegiatan mengidentifikasi bukti dan transaksi yang dapat mempengaruhi entitas. Setelah diidentifikasi, maka
bukti  transaksi  diukur,  dicatat,  dikelompokkan,  serta  dibuat  ikhtisar dalam catatan-catatan akuntansi. Hasil proses ini adalah penyusunan dan
distribusi  laporan  keuangan  yang  sesuai  dengan  prinsip-prinsip akuntansi  yang  berlaku  umum  generally  accepted  accounting
principles GAAP. Tujuan akhir akuntansi adalah komunikasi data yang
relavan dan andal sehingga dapat berguna bagi pengambilan keputusan. Tanggung jawab laporan keuangan terletak pada manajemen entitas.
Audit laporan keuangan terdiri dari memahami bisnis klien serta mendapatkan  dan  mengevaluasi  bukti  yang  berkaitan  dengan  laporan
keuangan manajeman, sehingga memungkinkan auditor meneliti apakah pada kenyataannya laporan keuangan telah menyajikan posisi keuangan
entitas, hasil operasi, serta arus kas secara wajar sesuai dengan GAAP.
33 Tujuan  utama  audit  laporan  keuangan  untuk  menambah  keandalan
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen. Hubungan antara akuntansi dan auditing dalam proses pelaporan
keuangan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
Pelaporan Keuangan Akuntansi
Berpedoman pada GAAP Tanggung jawab manajemen
Auditing
Berpedoman pada GAAS Tanggung jawab auditor
Menganalisis bukti dan transaksi Memahami bisnis dan industri
klien Mengukur dan mencatat data
transaksi Memperoleh dan mengevaluasi
bukti yang berkaiatan dengan keuangan
Mengelompokkan dan mengikhtisarkan data yang
dicatat Membuktikan laporan disajikan
secara wajar sesuai dengan GAAP
Mengevaluasi kewajaran Menyatakan pendapat dalam
laporan audit Menyusun laporan keuangan
sesuai GAAP Mengirimkan laporan audit
kepada klien Mengirimkan laporan keuangan
dan laopran auditor kepada para pemegang saham setiap tahun
Mengirimkan rekomendasi yang memiliki nilai tambah kepada
manajemen dan dewan direksi Sumber:
William C. Boynton, Raymond N. Johnson, Walter G. Kell, 2001:51.
Gambar 2.1 Hubungan Antara Akuntansi dan Auditing
34
C. Ruang Lingkup Audit internal
1. Definisi Audit Internal
American  Accounting  Association mendefinisikan  internal  audit
sebagai, “Proses  sistematis  untuk  secara  objektif  memperoleh  dan
mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk  meyakinkan  derajat  kesesuaian  antara  asersi  ini  dengan  kriteria
yang  ditetapkan  dan  mengkomunikasikannya  ke  pengguna  yang berkepentingan”. Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James
H. Scheiner, 2005:8
Definisi  tersebut  ditujukan  untuk  menggambarkan  proses  yang dilakukan  di  semua  jenis  audit,  tetapi  istilah  “tindakan  dan  kejadian
ekonomi” mengarah pada aspek keuangan atau akuntansi. Definisi
audit internal
berikut ini
diciptakan untuk
menggambarkan  lingkup  audit  internal  modern  yang  luas  dan  tak terbatas  eksternal  Lawrence  B.  Sawyer,  Mortimer  A.  Dittenhofer,
James H. Scheiner, 2005:10: Audit  internal  adalah  sebuah  penilaian  yang  sistematis  dan
objektif  yang  dilakukan  auditor  internal  terhadap  operasi  dan  kontrol yang  berbeda-beda  dalam  organisasi  untuk  menentukan  apakah  1
informasi  keuangan  dan operasi  telah  akurat  dan  dapat  diandalkan;  2 resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi;
3  peraturan  eksternal  serta  kebijakan  dan  prosedur internal  yang  bisa diterima  telah  diikuti;  4  kriteria  operasi  yang  memuaskan  telah
dipenuhi; 5 sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan  6  tujuan  organisasi  telah  dicapai  secara  efektif  semua  dilakukan
dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif.
Pengertian  audit  internal  diatas  tidak  hanya  mencakup  peranan dan tujuan auditor internal, tetapi  juga mengakomodasikan  kesempatan
35 dan  tanggung  jawab.  Dalam  perkembangan  terakhir  seseorang  yang
melakukan  peran  sebagaimana  seorang  auditor  internal,  tidak  selalu menggunakan sebutan internal auditor saja, namun telah meluas menjadi
control ataupun system analysis.
2. Fungsi Audit Internal
Pada  awalnya,  audit  internal  berfungsi  sebagai  “adik”  dari profesi  auditor  eksternal,  dengan  pusat  perhatian  pada  penilaian  atas
keakuratan  angka-angka  keuangan.  Namun  saat  ini  audit  internal  telah memisahkan  diri  menjadi  disiplin  ilmu  yang  berbeda  dengan  pusat
perhatian yang lebih luas. Karena  pergeseran  pandangan  mengenai  fungsi  audit  internal,
maka audit internal yang memiliki aspek kerja yang lebih luas ini sering disebut  sebagai  audit  internal  modern.  Audit  internal  modern
menyediakan  jasa-jasa  yang  mencakup  pemeriksaan  dan  penilaian  atas kontrol, kinerja, risiko, dan tata  kelola governance perusahaan publik
maupun  privat.  Aspek  keuangan  hanyalah  salah  satu  aspek  saja  dalam lingkup pekerjaan audit internal.
3. Misi dan Peran Auditor Internal
Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam  menjalankan  tanggung  jawab  mereka  secara  efektif.  Audit
internal  bertindak  sebagai  penilai  independen  untuk  menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan
36 kontrol  serta  efisiensi  dan  efektifitas  kinerja  perusahaan.  Auditor
internal  memiliki  peranan  yang  penting  dalam  semua  hal  yang berkaiatan  dengan  pengelolaan  perusahaan  dan  risiko-risiko  terkait
dalam  menjalankan  usaha  Lawrence  B.  Sawyer,  Mortimer  A. Dittenhofer, James H. Scheiner, 2005:7.
4. Perbedaan Auditor Internal dengan Auditor Eksternal
Perbedaan  utama  antara  auditor  internal  dengan  auditor  eksternal Lawrence  B.  Sawyer,  Mortimer  A.  Dittenhofer,  James  H.  Scheiner,
2005:8,
Tabel 2.1 Perbedaan Auditor Internal dengan Auditor Eksternal
Auditor Internal Auditor Eksternal
a.  Merupakan karyawan perusahaan, atau bisa saja
merupakan entitas independen. b.  Melayani kebutuhan
organisasi, meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan.
c.  Fokus pada kejadian-kejadian di masa depan dengan
mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan
pencapaian tujuan organisasi.
d.  Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam
segala bentuknya atau perluasan dalam setiap
aktivitas yang ditelaah.
e.  Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia
untuk menanggapi kebutuhan a.  Merupakan orang yang
independen di luar perusahaan b.  Melayani pihak ketiga yang
memerlukan informasi keuangan yang dapat
diandalakan. c.  Fokus pada ketepatan dan
kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lalu
yang dinyatakan dalam laporan keuangan.
d.  Sekali-kali memperhatikan pencegahan dan pendeteksian
kecurangan secara umum, namun akan memberikan
perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan
mempengaruhi laporan keuangan secara material.
e.  Independen terhadap manajemen dan dewan direksi
baik dalam kenyataan maupun
37 dan keinginan dari semua
tingkatan manajemen. f.  Menelaah aktifitas secara
terus-menerus. secara mental.
f.  Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan
keuangan secara periodik, biasanya setahun sekali.
5. Independensi Auditor
Auditor  internal  yang  professional  harus  memiliki  independensi untuk  memenuhi  kewajiban  profesionalnya,  memberikan  opini  yang
objektif,  tidak  bias,  dan  tidak  dibatasi,  serta  melaporkan  masalah  apa adanya,  bukan  melaporkan  sesuai  keinginan  eksekutif  atau  lembaga.
Auditor  internal  harus  bebas  dari  hambatan  dalam  melaksanakan auditnya.  Hanya  dengan  begitu  auditor  internal  bisa  disebut
melaksanakan  audit  dengan  professional  Lawrence  B.  Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner, 2005: 35.
6. Teknik-teknik Audit Internal
Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner dalam  bukunya  yang  berjudul  “Sawyer’s  Internal  Auditing:  audit
internal  sawyer”,  menjelaskan  tentang  teknik-teknik  audit  internal sebagai berikut:
a.  Penentuan Risiko Penentuan  risiko  risk  assessment  adalah  identifikasi  dan  analisis
risiko-risiko  yang  relevan  untuk  mencapai  tujuan  entitas,  yang membentuk  suatu dasar untuk menentukan  cara  pengelolaan  risiko.
38 Auditor internal  harus memasukkan hasil penentuan risiko kedalam
program audit, untuk mengurangi risiko. Risiko audit terdiri atas; 1  Risiko bawaan inherent risk, yaitu kerentanan suatu asersi atas
terjadinya  salah  saji  yang  material,  dengan  mengasumsikan bahwa  tidak  ada  kebijakan  atau  prosedur  struktur  kontrol
internal terkait yang ditetapkan. Bank menghadapi risiko bawaan karena bergerak dalam pengelolaan uang dan kredit.
2  Risiko  kontrol  control  risk,  yaitu  risiko  bahwa  salah  saji material  yang bisa terjadi pada suatu asersi tidak  dapat dicegah
atau  dideteksi  secara  tepat  waktu  oleh  struktur,  kebijakan,  atau prosedur kontrol internal suatu entitas.
3  Risiko deteksi  detection  risk,  yaitu  risiko  bahwa  auditor tidak dapat  mendeteksi  salah  saji  material  yang  terdapat  pada  suatu
asersi. b.  Survei Pendahuluan
Survei  pendahuluan  yang  baik  akan  menghasilkan  program  audit yang  tepat,  dan  program  audit  yang  tepat  akan  menunjang
keberhasilan  audit.  Dalam  survei  pendahuluan,  auditor  internal mengidentifikasi tujuan operasi, risiko, kondisi-kondisi operasi, dan
kontrol  yang  diterapkan.  Auditor  internal  sebaiknya  melakukan survei dalam tujuh langkah dasar, yaitu:
1  Melakukan  studi  awal,  mencakup  penelaahan  atas  kertas  kerja tahun  sebelumnya,  temuan-temuan  audit, bagan  organisasi,  dan
39 dokumen  lain  yang  membantu  untuk  lebih  memahami  subjek
audit. 2  Pendokumentasian,  mengarah  pada  pertemuan  awal  anatara
auditor dengan manajer klien. 3  Bertemu  klien,  menjelaskan  tujuan  dan  pendekatan  audit  yang
akan dilakukan kepada manajer klien. 4  Mengumpulkan bahan bukti.
5  Mengamati,  pengamatan  dilakukan  terus  selama  survei pendahuluan.
6  Membuat  bagian  alir,  memberikan  gamabaran  sistem  dan merupakan  sarana  untuk  menganalisis  operasi  yang  kompleks-
analisis yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci. 7  Melaporkan atas tahap-tahap yang telah dilakukan dalam survei
pendahuluan. c.  Program Audit
Langkah-langkah  audit  dirancang  untuk,  mengumpulkan  bahan bukti
audit, dan
untuk memungkinkan
auditor internal
mengemukakan  pendapat  mengenai  efisiensi,  ekonomis,  dan efektivitas aktivitas yang akan diperiksa.  Program audit merupakan
alat  yang  menghubungkan  survei  pendahuluan  dengan  pekerjaan lapangan.
40 d.  Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan  lapangan  field  work  merupakan  proses  untuk mendapatkan  keyakinan  dengan  mengumpulkan  bahan  bukti  secara
objektif  mengenai  operasi  entitas,  mengevaluasinya  dan  melihat apakah operasi tersebut memenuhi standar  yang  dapat diterima dan
mencapai  tujuan-tujuan  yang  telah  ditetapkan,  serta  menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen.
Tujuan  Pekerjaan  lapangan  untuk  membantu  pemberian  keyakinan dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program
audit,  sesuai  tujuan  audit  yang  ingin  dicapai.  Tujuan  audit  dicapai dengan  menerapkan  prosedur-prosedur  audit  untuk  menentukan
apakah  prosedur-prosedur  operasi  berfungsi  sebagaimana  mestinya dan mencapai tujuan-tujuan operasi. Tujuan operasi ditetapkan oleh
manajemen.  Tujuan  operasi  adalah  hasil-hasil  yang  ingin  dicapai manajer operasi. Tujuan audit ditetapkan oleh auditor.
e.  Temuan Audit Selama  pelaksanaan  pekerjaan,  auditor  internal  mengidentifikasi
kondisi-kondisi yang
membutuhkan tindakan
perbaikan. Penyimpangan-penyimpangan  dari  norma  atau  kriteria  yang  dapat
diterima disebut temuan audit audit findings. Beberapa kelemahan temuan  bersifat  kecil  dan  tidak  membutuhkan  perhatian
manajemen. Semua temuan audit yang dapat dilaporkan haruslah:
41 1  Cukup signifikan agar layak dilaporkan ke manajemen.
2  Didokumentasikan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang memadai, kompeten, dan relevan.
3  Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka. 4  Relevan dengan masalah-masalah yang ada.
5  Cukup  meyakinkan  untuk  memaksa  dilakukannya  tindakan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi
yang mengandung
kelemahan. Dalam  temuan  audit  ini  auditor  memberikan  rekomendasi  kepada
manajemen.  rekomendasi  menggambarkan  tindakan  yang  mungkin dipertimbangkan  manajemen  untuk  memperbaiki  kondisi-kondisi
yang salah, dan untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol. Mengidentifikasi  kondisi  yang  tidak  memuaskan  adalah  tanggung
jawab  audit.  Sedangkan  memperbaikinya  adalah  tanggung  jawab manajemn.  Lebih  disukai  auditor  internal  mengusulkan  metode
tindakan perbaikan untuk pertimbangan manajemen. Saran  yang  paling  memuaskan  untuk  menyelesaikan  temuan  audit
adalah  membahasnya  dengan  manajemen  operasional  sebelum laporan  audit  tertulis  diterbitkan.  Pada  saat  itu  harus  dicapai
kesepakatan mengenai  fakta-fakta dan beberapa tindakan perbaikan untuk memperbaiki kekurangan.
42 f.  Kertas Kerja
Kertas    kerja  working  paper  berisi  catatan  informasi  yang diperoleh  dan  analisis  yang  dilakukan  selam  proses  audit.  Kertas
kerja  disiapkan  sejak  auditor  memulai  pekerjaannya  hingga  auditor menelaah  tindakan  perbaikan  dan  mengakhiri  proyek  audit.  Kertas
kerja  berisi  dokumentasi  atas  langkah-langkah  berikut  ini  dalam proses audit:
1  Rencana audit, termasuk program audit. 2  Pemeriksaan  dan  evaluasi  kecukupan  dan  efektivitas  sistem
kontrol internal. 3  Prosedur-prosedur  audit  yang  dilakukan,  informasi  yang
diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai. 4  Penelaahan kertas kerja oleh penyelia.
5  Laporan audit. 6  Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.
Auditor  internal  menyiapkan  kertas  kerja  untuk  beberapa  tujuan yang yang berbeda, yaitu:
1  Untuk mendukung laporan audit. 2  Untuk  menyimpan  informasi  yang  diperoleh  melalui  tanya
jawab,  penelaahan  instruksi  dan  arahan,  analisis  sistem  dan proses, pengamatan kondisi, dan pemeriksaan transaksi.
3  Untuk  mengidentifikasi  dan  mendokumentasikan  temuan- temuan  audit,  mengumpulkan  bukti  yang  diperlukan  untuk
43 menentukan
terjadi dan
luasnya kondisi-kondisi
yang mengandung kelemahan.
4  Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi. 5  Untuk  menjadi  dasar  penyelia  dalam  menelaah  kemajuan  dan
penyelesaian audit. 6  Untuk  memberi  dukungan  dan  bukti  untuk  masalah-masalah
yang  melibatkan  kecurangan,  tuntutan  hukum,  dan  klaim asuransi.
7   Untuk  menjadi  sarana  bagi  auditor  eksternal  dalam mengevaluasi
pekerjaan audit
internal dan
kemudian menggunakannya  dalam  penilaian  audit  eksternal  atas  sistem
kontrol internal organisasi. 8  Menjadi  latar  belakang  dan  data  referensi  untuk  penelaahan
selanjutnya. 9  Untuk  membantu  memfasilitasi  penelaahan.  Baik  auditor
eksternal  atau  konsultan  perlu  mengevaluasi  aktivitas  audit internal.
10 Menjadi bagian dokumentasi.
D. Perbankan
1. Definisi Bank
Undang-undang  Nomor  10  Tahun  1998  mendefinisikan perbankan sebagai:
44 “Badan  usaha  yang  menghimpun  dana  dari  masyarakat  dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak”. Totok Budisantoso, Sigit Triandaru, 2006:84.
Kegiatan  usaha  yang  utama  dari  suatu  bank  adalah penghimpunan  dan  penyaluran  dana.  Penyaluran  dana  dengan  tujuan
untuk    memeperoleh  penerimaan  akan  dapat  dilakukan  jika  dana  telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan
cara-cara  tertentu  sehingga  efisien  dan  dapat  disesuaikan  dengan rencana penggunaan dana tersebut. Keberhasilan bank dalam memenuhi
maksud itu dipengaruhi antara lain oleh hal-hal berikut ini: a.  Kepercayaan  masyarakat  pada  bank  yang  bersangkutan.  Semakin
tinggi  tingkat  kepercayaan  masyarakat  pada  sebuah,  maka  semakin tinggi pula kemungkinan bank tersebut untuk menghimpun dana dari
masyarakat dengan efisien. b.  Perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh dari penyimpanan
dana lebih tinggi dibanding pendapatan dari alternatif investasi  lain dengan  tingkat  risiko  yang  seimbang.  Semakin  tinggi  tingkat
pendapatan  yang diperkirakan oleh calon penyimpan dana, semakin mudah sebuah bank menarik dana dari calon penyimpan dananya.
c.  Risiko penyimpanan dana. Apabila  sebuah bank  dapat memberikan tingkat  kepastian  yang  tinggi  atas  dana  masyarakat  untuk  dapat
ditarik lagi sesuai waktu yang telah diperjanjikan, maka masyarakat semakin bersedia untuk menempatkan dananya di bank tersebut.
45 d.  Pelayanan  yang  diberikan  oleh  bank  kepada  penyimpan  dana.
Pelayanan  yang  baik  membuat  penyimpan  dana  merasa  dihargai, diperhatikan,  dan  dihormati,  sehingga  merasa  senang  untuk  terus
bertaransaksi keuangan denagan bank tersebut.
2. Fungsi Bank
Secara  umum fungsi  utama bank  adalah  menghimpun  dana  dari masyarakat  dan  menyalurkannya  kembali  kepada  masyarakat.  Menurut
Totok Budisantoso, Sigit Triandaru 2006:8 secara lebih  spesifik bank
dapat berfungsi sebagai berikut:
a.  Agent of Trust Dasar  utama  kegiatan  perbankan  adalah  kepercayaan  trust,  baik
dalam  hal  penghimpunan  dana  maupun  penyaluran  dana. Masyarakan bersedia menitipkan dananya di bank apabila dilandasi
adanya  unsur  kepercayaan.  Pihak  bank  sendiri  akan  menyalurkan dananya  pada  debitur  atau  masyarakat  apabila  dilandasi  unsur
kepercayaan. b.  Agent of Development
Kegiatan  bank  berupa  penghimpunan  dan  penyaluran  dana  sangat diperlukan  bagi  lancarnya  kegiatan  perekonomian  di  sektor  riil.
Kegiatan  bank  tersebut  memungkinkan  masyarakat  melakukan kegiatan  investasi,  kegiatan  distribusi,  serta  kegiatan  konsumsi
barang  dan  jasa,  mengingat  bahwa  kegiatan  investasi-distribusi-
46 konsumsi  tidak  lain  adalah  kegiatan  pembangunan  perekonomian
suatu masyarakat. c.  Agent of Services
Disamping  kegiatan  penghimpunan  dan  penyaluran  dana,  bank memberikan  penawaran  jasa  lain  kepada  masyarakat  diantaranya
berupa, jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
3. Peranan Bank
Peran penting bank menurut Totok Budisantoso, Sigit Triandaru 2006:11 dalam sistem keuangan, yaitu:
a.  Pengalihan asset asset transmutation Dalam hal ini bank berperan sebagai pengalih asset yang likuid dari
penabung kepada peminjam. b.  Transaksi transaction
Bank  memberikan  kemudahan  kepada  pelaku  ekonomi  untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Produk yang dikeluarkan oleh
bank  giro,  tabungan,  deposito,  dan  saham  merupakan  pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
c.  Likuiditas liquidity Penabung dapat menempatkan dananya dalam bentuk produk berupa
giro,  tabungan,  deposito.  Produk  tersebut  mempunyai  tingkat likuiditas yang berbeda-beda.
47 d.  Efisiensi efficiency
Bank  dapat  menurunkan  biaya  transaksi  dengan  jangkauan pelayanan.  Peranan  bank  sebagai  broker  adalah  menemukan
peminjam  dan  pengguna  modal  tanpa  mengubah  produknya.  Bank hanya  memperlancar  dan  mempertemukan  pihak-pihak  yang  saling
membutuhkan.  Adanya  informasi  yang  tidak  simetris  antara peminjam  dan  investor  menimbulkan  masalah  insentif.  Peran  bank
menjadi  penting  untuk  memecahkan  masalah  insentif  ini.  Adanya informasi yang tidak sempurna, menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
E. Kinerja
Kinerja  menurut  Atkinson,  dkk  1995:  51,  dalam  penelitian  Nurul 2007:10 sistem penilaian kinerja sebaiknya mengandung  indikator kinerja
yaitu: 1.  Memperhatikan  setiap  aktivitas  organisasi  dan  menekankan  pada
perspektif pelanggan. 2.  Menilai  setiap  aktivitas  dengan  menggunakan  alat  ukur  kinerja  yang
mengesahkan pelanggan. 3.  Memperhatikan semua aspek aktivitas kinerja secara komprehensif yang
mempengaruhi pelanggan. 4.  Menyediakan  informasi  berupa  umpan  balik  untuk  membantu  anggota
organisasi  mengenai  permasalahan  dan  peluang  untuk  melakukan perbaikan.
48 Koefisien Korelasi
F. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan  kerangka  teori  yang  telah  dikemukakan  sebelumnya, penulis menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Kemampuan Kinerja Perusahaan
Hipotesis: H
: tidak terdapat hubungan signifikan H
a
: terdapat hubungan signifikan Hasil Audit Internal
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai tujuan penelitian ini adalah perusahaan perbankan,  yaitu PT. Bank X Persero. Tbk Jakarta, untuk memperoleh data
yang  berkaitan  dengan  permasalahan  yang  diteliti.  Penelitian  ini  ditujukan untuk  mengetahui  seberapa  besar  korelasi  hasil  audit  internal  dengan
kemampuan  kinerja  perusahaan.  Objek  penelitian  dalam  skripsi  ini  adalah auditor internal PT Bank X Persero Tbk Jakarta.
B. Metode Pemilihan Sampel
Populasi menurut Sugiyono 2005:55 adalah wilayah generalisasi  yang terdiri  atas  objek  atau  subjek  yang  mempunyai  kualitas  dan  karakteristik
tertentu  yang  ditetapkan  oleh  peneliti  untuk  dipelajari  dan  kemudian  ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor internal PT. Bank
X Persero Tbk Jakarta. Metode pemilihan sampel sampling purposive, yaitu penentuan  sampel  dengan  pertimbangan  tertentu,  umumnya  disesuaikan
dengan tujuan dan masalah penelitian, Ety, dkk, 2007:66. Sedangkan metode pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin Ridwan, dkk, 2007:49:
N n
= N.d²+1
50 Keterangan:
n = jumlah sampel N = jumlah populasi
d = presisi atau error yang diterorir 12,5
C. Metode Pengumpulan Data