23
berjudul, “Korelasi Hasil Audit Internal dengan Kemampuan Kinerja Perusahaan Studi Kasus Pada PT. Bank X Persero. Tbk. Jakarta”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang dapat penulis rumuskan yaitu untuk membuktikan
seberapa besar korelasi hasil audit internal dengan kemampuan kinerja perusahaan Studi kasus pada PT. Bank X Persero. Tbk. Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar korelasi hasil audit internal dengan kemampuan kinerja perusahaan.
2. Manfaat penelitian
Penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat diantaranya adalah:
a. Bagi Penulis
1 Untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana ekonomi pada
program studi akuntansi.
2 Sebagai langkah penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah yang berupa teori-teori dengan kenyataan yang
terjadi dilapangan, sehingga teori yang diperoleh dapat digunakan
pada kondisi yang sesungguhnya.
24 3 Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis
berkaitan dengan korelasi hasil audit internal dengan kemampuan
kinerja perusahaan perbankan. b. Bagi Pihak Perusahaan
1 Sebagai bahan evaluasi seberapa besar korelasi hasil audit internal
dengan kemampuan kinerja perusahaan. 2 Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.
c. Bagi Pembaca
1 Memberikan gambaran mengenai korelasi hasil audit internal
dengan kemampuan kinerja perusahaan. 2 Memberikan gambaran mengenai ruang lingkup auditor internal.
d. Bagi Lembaga Pendidikan
Dalam hal ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, penulis dapat
memberikan sumbangan pikiran tentang korelasi hasil audit internal dengan kemampuan kinerja perusahaan pada PT. Bank X Persero
Tbk. Jakarta.
25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Akuntansi
1. Rollin C. Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess
dalam bukunya yang berjudul “Accounting” dan diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait, Helda Gunawan, mendefinisikan akuntansi sebagai
berikut: “Secara umum akuntansi didefinisikan sebagai sistem informasi
yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”. Rollin C.
Niswonger, Carl S. Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess, 1999:6.
Pihak pihak yang berkepentingan stakeholders menggunakan laporan akuntansi sebagai sumber informasi utama untuk pengambilan
keputusan mereka.
2. Charles T. Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A. Robinson,
1997:3, mendefinisikan akuntansi dan laporan keuangan sebagai berikut:
“Akuntansi adalah suatu sistem yang mengukur aktivitas- aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut ke dalam bentuk laporan-
laporan, dan
mengkomunikasikannya kepada
para pengambil keputusan”. Charles T. Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A.
Robinson, 1997:3.
26 “Laporan keuangan adalah dokumen-dokumen yang melaporkan
kegiatan bisnis pribadi atau organisasi ke dalam satuan moneter”. Charles T. Horngren, Walter T. Harrison, Jr., Michael A. Robinson,
1997:3.
B. Ruang Lingkup Auditing
1. Definisi Auditing
“ Report of the committee on basic auditing concepts of the
American Accounting Association” Accounting Review, Vol 47 memberikan definisi auditing sebagai:
“Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa
ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi- asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”
Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan terorganisir. Auditing Standards Board
ASB=Dewan Standar Auditing menerbitkan Generally Accepted Auditing Standards
GAAS=Standar Auditing yang Berlaku Umum sebagai pedoman profesional berkaiatan dengan proses audit.
b. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa dasar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan
tersebut tanpa memihak dan berprasangka, baik untuk atau terhadap perorangan entitas yang memuat asersi tersebut.
27 c. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan
representasi yang dibuat oleh perorangan atau entitas. Asersi ini merupakan subjek pokok auditing.
d. Derajat kesesuaian menunjuk pada kedekatan dimana asersi dapat diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditetapkan. Ekspresi kesesuaian ini dapat berbentuk kuantitas, seperti jumlah kekurangan dana kas kecil, atau dapat juga berbentuk
kualitatif, seperti kewajaran keabsahan laporan keuangan. e. Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-standar yang
digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan. Kriteria dapat berupa peraturan-peraturan spesifik yang dibuat oleh
badan legislatif, anggaran atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan oleh manajemen, Generally Accepted Accounting
Principles GAAP=Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum
yang ditetapkan oleh Financial Accounting Standards Board FASB=Badan Standar Akuntansi Keuangan serta badan-badan
pengatur lainnya. f. Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang
menunjukkan derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah ditetapkan. Kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi
yang dibuat oleh pihak yang di audit. g. Pihak-pihak
yang berkepentingan
adalah mereka
yang menggunakan mengandalkan temuan-temuan auditor. Dalam
28 lingkungan bisnis, mereka adalah para pemegang saham,
manajemen, kreditor, kantor pemerintah, dan masyarakat luas. Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk
menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyatakan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan GAAP.
Untuk mencapai tujuan tersebut, hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah mengidentifikasi sejumlah tujuan audit yang spesifik bagi setiap
akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang merupakan
hal penting sebagai pedoman auditor dalam pengumpulan bukti. Auditing Standards Board ASB
telah mengakui lima kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut
a. Keberadaan atau Keterjadian Existence or Occurrence Berkaiatan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas benar-benar
ada pada tanggal tertentu, dan transaksi yang dicatat benar-benar telah terjadi selama periode tertentu.
b. Kelengkapan Completeness Berkaiatan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus
disajukan dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan. c. Hak dan Kewajiban Rights and Obligations
Berkaitan dengan apakah aktiva telah menjadi hak entitas dan hutang memang telah menjadi kewajiban entitas pada suatu tanggal
tertentu.
29 d. Penilaian atau Alokasi Valuation or Allocation
Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan
jumlah yang semestinya. e. Penyajian dan Pengungkapan Presentation and Disclosure.
Berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, diuraikan, dan diungkapkan sebagaimana mestinya.
2. Jenis-jenis Audit
Terdapat tiga jenis audit yang umum dilakukan Amir Abadi Jusuf, 2003:4, yaitu:
a. Audit Laporan Keuangan Bertujuan menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan
yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria
yang dimaksud adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dimuat dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK. Hasil audit laporan keuangan didistribusikan kepada para pengguna
seperti, para pemegang saham, kreditur, kantor pemerintah dan masyarakat umum melalui laporan auditor atas laporan keuangan.
Selain itu, auditor independen juga menyiapkan laporan kepada dewan direksi tentang pengendalian intern perusahaan serta temuan-
temuan audit lainnya. Auditor eksternal juga menyiapkan laporan
30 kepada dewan direksi tentang pengendalian intern perusahaan serta
temuan-temuan audit lainnya. b. Audit Operasional
Merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan
efektifitasnya. Umumnya auditor akan memberikan saran atau rekomendasi kepada pihak manajemen untuk memperbaiki jalannya
operasi perusahaan dan untuk peningkatan kinerja perusahaan. Karena lingkup evaluasi efektivitas operasi begitu luas, maka tidak
mungkin untuk menentukan ciri pelaksanaan audit operasional dengan pasti. Di dalam suatu organisasi, bisa jadi auditor
mengevaluasi apakah manajemen telah menggunakan informasi yang tepat dan mencukupi dalam pengambilan keputusan pembelian
aktiva yang baru, sedang dalam organisasi yang berbeda barangkali ia akan mengevaluasi efisiensi administrasi penjualan. Dalam audit
operasional, tinjauan yang dilakukan tidak terbatas pada masalah- masalah akuntansi, tetapi juga meliputi evaluasi terhadap struktur
organisasi, pemanfaatan komputer, dan bidang-bidang lain sesuai dengan keahlian auditor.
c. Audit Ketaatan Bertujuan mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti
prosedur atau aturan yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi. Hasil audit ketaatan biasanya tidak dilaporkan
31 kepada pihak luar, tetapi kepada pihak tertentu dalam organisasi.
Pimpinan organisasi adalah pihak yang paling berkepentingan atas dipatuhinya prosedur dan aturan yang telah ditetapkan.
3. Jenis-jenis Auditor
Dalam pelaksanaan suatu audit, pada umumnya jenis auditor diklasifikasikan menjadi tiga jenis William C. Boynton, Raymond N.
Johnson, Walter G. Kell, 2001:8, yaitu; a. Auditor Independen Independent Auditor
Terdapat dalam Kantor Akuntan Pubik KAP, yang umumnya mengambil peran sebagai seorang auditor eksternal atas
perusahaannya yang menyediakan laporan guna kebutuhan tertentu dari klien untuk menjalankan bisnisnya. Klien para auditor
independen dapat berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi nirlaba, kantor pemerintah, atau perorangan.
b. Auditor Internal Internal Auditors Merupakan pegawai dari organisasi yang diaudit. Tugas auditor
internal beragam, sesuai dengan kebutuhan dan permintaan manajemen perusahaan. Auditor internal wajib memberikan
informasi yang berguna bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan.
c. Auditor Pemerintah Government Auditors Di Indonesia terdapat beberapa lembaga ataupun badan yang
bertanggung jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap
32 kekayaan atau keuangan Negara, diantaranya Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan BPKP dan Inspektorat Jendral Itjen pada departemen pemerintah. Sebagian tugas BPKP tidak jauh
berbeda dengan KAP, sebagian besar informasi keuangan yang dibuat oleh berbagai badan pemerintah telah di audit oleh BPKP,
disamping audit atas laporan keuangan, pada masa sekarang sering kali dilakukan evaluasi atas efisiensi dan efektifitas operasi berbagai
program pemerintah dan BUMN.
4. Hubungan Antara Akuntansi dan Auditing
Metode akuntansi mencakup kegiatan mengidentifikasi bukti dan transaksi yang dapat mempengaruhi entitas. Setelah diidentifikasi, maka
bukti transaksi diukur, dicatat, dikelompokkan, serta dibuat ikhtisar dalam catatan-catatan akuntansi. Hasil proses ini adalah penyusunan dan
distribusi laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum generally accepted accounting
principles GAAP. Tujuan akhir akuntansi adalah komunikasi data yang
relavan dan andal sehingga dapat berguna bagi pengambilan keputusan. Tanggung jawab laporan keuangan terletak pada manajemen entitas.
Audit laporan keuangan terdiri dari memahami bisnis klien serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan
keuangan manajeman, sehingga memungkinkan auditor meneliti apakah pada kenyataannya laporan keuangan telah menyajikan posisi keuangan
entitas, hasil operasi, serta arus kas secara wajar sesuai dengan GAAP.
33 Tujuan utama audit laporan keuangan untuk menambah keandalan
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen. Hubungan antara akuntansi dan auditing dalam proses pelaporan
keuangan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:
Pelaporan Keuangan Akuntansi
Berpedoman pada GAAP Tanggung jawab manajemen
Auditing
Berpedoman pada GAAS Tanggung jawab auditor
Menganalisis bukti dan transaksi Memahami bisnis dan industri
klien Mengukur dan mencatat data
transaksi Memperoleh dan mengevaluasi
bukti yang berkaiatan dengan keuangan
Mengelompokkan dan mengikhtisarkan data yang
dicatat Membuktikan laporan disajikan
secara wajar sesuai dengan GAAP
Mengevaluasi kewajaran Menyatakan pendapat dalam
laporan audit Menyusun laporan keuangan
sesuai GAAP Mengirimkan laporan audit
kepada klien Mengirimkan laporan keuangan
dan laopran auditor kepada para pemegang saham setiap tahun
Mengirimkan rekomendasi yang memiliki nilai tambah kepada
manajemen dan dewan direksi Sumber:
William C. Boynton, Raymond N. Johnson, Walter G. Kell, 2001:51.
Gambar 2.1 Hubungan Antara Akuntansi dan Auditing
34
C. Ruang Lingkup Audit internal
1. Definisi Audit Internal
American Accounting Association mendefinisikan internal audit
sebagai, “Proses sistematis untuk secara objektif memperoleh dan
mengevaluasi asersi mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria
yang ditetapkan dan mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan”. Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James
H. Scheiner, 2005:8
Definisi tersebut ditujukan untuk menggambarkan proses yang dilakukan di semua jenis audit, tetapi istilah “tindakan dan kejadian
ekonomi” mengarah pada aspek keuangan atau akuntansi. Definisi
audit internal
berikut ini
diciptakan untuk
menggambarkan lingkup audit internal modern yang luas dan tak terbatas eksternal Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer,
James H. Scheiner, 2005:10: Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan
objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah 1
informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; 2 resiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi;
3 peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; 4 kriteria operasi yang memuaskan telah
dipenuhi; 5 sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan 6 tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan
dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif.
Pengertian audit internal diatas tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan
35 dan tanggung jawab. Dalam perkembangan terakhir seseorang yang
melakukan peran sebagaimana seorang auditor internal, tidak selalu menggunakan sebutan internal auditor saja, namun telah meluas menjadi
control ataupun system analysis.
2. Fungsi Audit Internal
Pada awalnya, audit internal berfungsi sebagai “adik” dari profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas
keakuratan angka-angka keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengan pusat
perhatian yang lebih luas. Karena pergeseran pandangan mengenai fungsi audit internal,
maka audit internal yang memiliki aspek kerja yang lebih luas ini sering disebut sebagai audit internal modern. Audit internal modern
menyediakan jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas kontrol, kinerja, risiko, dan tata kelola governance perusahaan publik
maupun privat. Aspek keuangan hanyalah salah satu aspek saja dalam lingkup pekerjaan audit internal.
3. Misi dan Peran Auditor Internal
Auditor internal memberikan informasi yang diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab mereka secara efektif. Audit
internal bertindak sebagai penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur dan mengevaluasi kecukupan
36 kontrol serta efisiensi dan efektifitas kinerja perusahaan. Auditor
internal memiliki peranan yang penting dalam semua hal yang berkaiatan dengan pengelolaan perusahaan dan risiko-risiko terkait
dalam menjalankan usaha Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner, 2005:7.
4. Perbedaan Auditor Internal dengan Auditor Eksternal
Perbedaan utama antara auditor internal dengan auditor eksternal Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner,
2005:8,
Tabel 2.1 Perbedaan Auditor Internal dengan Auditor Eksternal
Auditor Internal Auditor Eksternal
a. Merupakan karyawan perusahaan, atau bisa saja
merupakan entitas independen. b. Melayani kebutuhan
organisasi, meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan.
c. Fokus pada kejadian-kejadian di masa depan dengan
mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan
pencapaian tujuan organisasi.
d. Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam
segala bentuknya atau perluasan dalam setiap
aktivitas yang ditelaah.
e. Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia
untuk menanggapi kebutuhan a. Merupakan orang yang
independen di luar perusahaan b. Melayani pihak ketiga yang
memerlukan informasi keuangan yang dapat
diandalakan. c. Fokus pada ketepatan dan
kemudahan pemahaman dari kejadian-kejadian masa lalu
yang dinyatakan dalam laporan keuangan.
d. Sekali-kali memperhatikan pencegahan dan pendeteksian
kecurangan secara umum, namun akan memberikan
perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan
mempengaruhi laporan keuangan secara material.
e. Independen terhadap manajemen dan dewan direksi
baik dalam kenyataan maupun
37 dan keinginan dari semua
tingkatan manajemen. f. Menelaah aktifitas secara
terus-menerus. secara mental.
f. Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan
keuangan secara periodik, biasanya setahun sekali.
5. Independensi Auditor
Auditor internal yang professional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya, memberikan opini yang
objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi, serta melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga.
Auditor internal harus bebas dari hambatan dalam melaksanakan auditnya. Hanya dengan begitu auditor internal bisa disebut
melaksanakan audit dengan professional Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner, 2005: 35.
6. Teknik-teknik Audit Internal
Lawrence B. Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, James H. Scheiner dalam bukunya yang berjudul “Sawyer’s Internal Auditing: audit
internal sawyer”, menjelaskan tentang teknik-teknik audit internal sebagai berikut:
a. Penentuan Risiko Penentuan risiko risk assessment adalah identifikasi dan analisis
risiko-risiko yang relevan untuk mencapai tujuan entitas, yang membentuk suatu dasar untuk menentukan cara pengelolaan risiko.
38 Auditor internal harus memasukkan hasil penentuan risiko kedalam
program audit, untuk mengurangi risiko. Risiko audit terdiri atas; 1 Risiko bawaan inherent risk, yaitu kerentanan suatu asersi atas
terjadinya salah saji yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kebijakan atau prosedur struktur kontrol
internal terkait yang ditetapkan. Bank menghadapi risiko bawaan karena bergerak dalam pengelolaan uang dan kredit.
2 Risiko kontrol control risk, yaitu risiko bahwa salah saji material yang bisa terjadi pada suatu asersi tidak dapat dicegah
atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur, kebijakan, atau prosedur kontrol internal suatu entitas.
3 Risiko deteksi detection risk, yaitu risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat pada suatu
asersi. b. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan yang baik akan menghasilkan program audit yang tepat, dan program audit yang tepat akan menunjang
keberhasilan audit. Dalam survei pendahuluan, auditor internal mengidentifikasi tujuan operasi, risiko, kondisi-kondisi operasi, dan
kontrol yang diterapkan. Auditor internal sebaiknya melakukan survei dalam tujuh langkah dasar, yaitu:
1 Melakukan studi awal, mencakup penelaahan atas kertas kerja tahun sebelumnya, temuan-temuan audit, bagan organisasi, dan
39 dokumen lain yang membantu untuk lebih memahami subjek
audit. 2 Pendokumentasian, mengarah pada pertemuan awal anatara
auditor dengan manajer klien. 3 Bertemu klien, menjelaskan tujuan dan pendekatan audit yang
akan dilakukan kepada manajer klien. 4 Mengumpulkan bahan bukti.
5 Mengamati, pengamatan dilakukan terus selama survei pendahuluan.
6 Membuat bagian alir, memberikan gamabaran sistem dan merupakan sarana untuk menganalisis operasi yang kompleks-
analisis yang tidak selalu bisa dicapai dengan narasi yang rinci. 7 Melaporkan atas tahap-tahap yang telah dilakukan dalam survei
pendahuluan. c. Program Audit
Langkah-langkah audit dirancang untuk, mengumpulkan bahan bukti
audit, dan
untuk memungkinkan
auditor internal
mengemukakan pendapat mengenai efisiensi, ekonomis, dan efektivitas aktivitas yang akan diperiksa. Program audit merupakan
alat yang menghubungkan survei pendahuluan dengan pekerjaan lapangan.
40 d. Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan lapangan field work merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan dengan mengumpulkan bahan bukti secara
objektif mengenai operasi entitas, mengevaluasinya dan melihat apakah operasi tersebut memenuhi standar yang dapat diterima dan
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, serta menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen.
Tujuan Pekerjaan lapangan untuk membantu pemberian keyakinan dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada di program
audit, sesuai tujuan audit yang ingin dicapai. Tujuan audit dicapai dengan menerapkan prosedur-prosedur audit untuk menentukan
apakah prosedur-prosedur operasi berfungsi sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan-tujuan operasi. Tujuan operasi ditetapkan oleh
manajemen. Tujuan operasi adalah hasil-hasil yang ingin dicapai manajer operasi. Tujuan audit ditetapkan oleh auditor.
e. Temuan Audit Selama pelaksanaan pekerjaan, auditor internal mengidentifikasi
kondisi-kondisi yang
membutuhkan tindakan
perbaikan. Penyimpangan-penyimpangan dari norma atau kriteria yang dapat
diterima disebut temuan audit audit findings. Beberapa kelemahan temuan bersifat kecil dan tidak membutuhkan perhatian
manajemen. Semua temuan audit yang dapat dilaporkan haruslah:
41 1 Cukup signifikan agar layak dilaporkan ke manajemen.
2 Didokumentasikan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang memadai, kompeten, dan relevan.
3 Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka. 4 Relevan dengan masalah-masalah yang ada.
5 Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan untuk
memperbaiki kondisi-kondisi
yang mengandung
kelemahan. Dalam temuan audit ini auditor memberikan rekomendasi kepada
manajemen. rekomendasi menggambarkan tindakan yang mungkin dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi
yang salah, dan untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol. Mengidentifikasi kondisi yang tidak memuaskan adalah tanggung
jawab audit. Sedangkan memperbaikinya adalah tanggung jawab manajemn. Lebih disukai auditor internal mengusulkan metode
tindakan perbaikan untuk pertimbangan manajemen. Saran yang paling memuaskan untuk menyelesaikan temuan audit
adalah membahasnya dengan manajemen operasional sebelum laporan audit tertulis diterbitkan. Pada saat itu harus dicapai
kesepakatan mengenai fakta-fakta dan beberapa tindakan perbaikan untuk memperbaiki kekurangan.
42 f. Kertas Kerja
Kertas kerja working paper berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang dilakukan selam proses audit. Kertas
kerja disiapkan sejak auditor memulai pekerjaannya hingga auditor menelaah tindakan perbaikan dan mengakhiri proyek audit. Kertas
kerja berisi dokumentasi atas langkah-langkah berikut ini dalam proses audit:
1 Rencana audit, termasuk program audit. 2 Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem
kontrol internal. 3 Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang
diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai. 4 Penelaahan kertas kerja oleh penyelia.
5 Laporan audit. 6 Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.
Auditor internal menyiapkan kertas kerja untuk beberapa tujuan yang yang berbeda, yaitu:
1 Untuk mendukung laporan audit. 2 Untuk menyimpan informasi yang diperoleh melalui tanya
jawab, penelaahan instruksi dan arahan, analisis sistem dan proses, pengamatan kondisi, dan pemeriksaan transaksi.
3 Untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan temuan- temuan audit, mengumpulkan bukti yang diperlukan untuk
43 menentukan
terjadi dan
luasnya kondisi-kondisi
yang mengandung kelemahan.
4 Untuk mendukung pembahasan dengan karyawan operasi. 5 Untuk menjadi dasar penyelia dalam menelaah kemajuan dan
penyelesaian audit. 6 Untuk memberi dukungan dan bukti untuk masalah-masalah
yang melibatkan kecurangan, tuntutan hukum, dan klaim asuransi.
7 Untuk menjadi sarana bagi auditor eksternal dalam mengevaluasi
pekerjaan audit
internal dan
kemudian menggunakannya dalam penilaian audit eksternal atas sistem
kontrol internal organisasi. 8 Menjadi latar belakang dan data referensi untuk penelaahan
selanjutnya. 9 Untuk membantu memfasilitasi penelaahan. Baik auditor
eksternal atau konsultan perlu mengevaluasi aktivitas audit internal.
10 Menjadi bagian dokumentasi.
D. Perbankan
1. Definisi Bank
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 mendefinisikan perbankan sebagai:
44 “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak”. Totok Budisantoso, Sigit Triandaru, 2006:84.
Kegiatan usaha yang utama dari suatu bank adalah penghimpunan dan penyaluran dana. Penyaluran dana dengan tujuan
untuk memeperoleh penerimaan akan dapat dilakukan jika dana telah dihimpun. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan
cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan dana tersebut. Keberhasilan bank dalam memenuhi
maksud itu dipengaruhi antara lain oleh hal-hal berikut ini: a. Kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan. Semakin
tinggi tingkat kepercayaan masyarakat pada sebuah, maka semakin tinggi pula kemungkinan bank tersebut untuk menghimpun dana dari
masyarakat dengan efisien. b. Perkiraan tingkat pendapatan yang akan diperoleh dari penyimpanan
dana lebih tinggi dibanding pendapatan dari alternatif investasi lain dengan tingkat risiko yang seimbang. Semakin tinggi tingkat
pendapatan yang diperkirakan oleh calon penyimpan dana, semakin mudah sebuah bank menarik dana dari calon penyimpan dananya.
c. Risiko penyimpanan dana. Apabila sebuah bank dapat memberikan tingkat kepastian yang tinggi atas dana masyarakat untuk dapat
ditarik lagi sesuai waktu yang telah diperjanjikan, maka masyarakat semakin bersedia untuk menempatkan dananya di bank tersebut.
45 d. Pelayanan yang diberikan oleh bank kepada penyimpan dana.
Pelayanan yang baik membuat penyimpan dana merasa dihargai, diperhatikan, dan dihormati, sehingga merasa senang untuk terus
bertaransaksi keuangan denagan bank tersebut.
2. Fungsi Bank
Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Menurut
Totok Budisantoso, Sigit Triandaru 2006:8 secara lebih spesifik bank
dapat berfungsi sebagai berikut:
a. Agent of Trust Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan trust, baik
dalam hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakan bersedia menitipkan dananya di bank apabila dilandasi
adanya unsur kepercayaan. Pihak bank sendiri akan menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur
kepercayaan. b. Agent of Development
Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil.
Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi
barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-
46 konsumsi tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian
suatu masyarakat. c. Agent of Services
Disamping kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank memberikan penawaran jasa lain kepada masyarakat diantaranya
berupa, jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.
3. Peranan Bank
Peran penting bank menurut Totok Budisantoso, Sigit Triandaru 2006:11 dalam sistem keuangan, yaitu:
a. Pengalihan asset asset transmutation Dalam hal ini bank berperan sebagai pengalih asset yang likuid dari
penabung kepada peminjam. b. Transaksi transaction
Bank memberikan kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Produk yang dikeluarkan oleh
bank giro, tabungan, deposito, dan saham merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
c. Likuiditas liquidity Penabung dapat menempatkan dananya dalam bentuk produk berupa
giro, tabungan, deposito. Produk tersebut mempunyai tingkat likuiditas yang berbeda-beda.
47 d. Efisiensi efficiency
Bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peranan bank sebagai broker adalah menemukan
peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Bank hanya memperlancar dan mempertemukan pihak-pihak yang saling
membutuhkan. Adanya informasi yang tidak simetris antara peminjam dan investor menimbulkan masalah insentif. Peran bank
menjadi penting untuk memecahkan masalah insentif ini. Adanya informasi yang tidak sempurna, menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
E. Kinerja
Kinerja menurut Atkinson, dkk 1995: 51, dalam penelitian Nurul 2007:10 sistem penilaian kinerja sebaiknya mengandung indikator kinerja
yaitu: 1. Memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan menekankan pada
perspektif pelanggan. 2. Menilai setiap aktivitas dengan menggunakan alat ukur kinerja yang
mengesahkan pelanggan. 3. Memperhatikan semua aspek aktivitas kinerja secara komprehensif yang
mempengaruhi pelanggan. 4. Menyediakan informasi berupa umpan balik untuk membantu anggota
organisasi mengenai permasalahan dan peluang untuk melakukan perbaikan.
48 Koefisien Korelasi
F. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan sebelumnya, penulis menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Kemampuan Kinerja Perusahaan
Hipotesis: H
: tidak terdapat hubungan signifikan H
a
: terdapat hubungan signifikan Hasil Audit Internal
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai tujuan penelitian ini adalah perusahaan perbankan, yaitu PT. Bank X Persero. Tbk Jakarta, untuk memperoleh data
yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui seberapa besar korelasi hasil audit internal dengan
kemampuan kinerja perusahaan. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah auditor internal PT Bank X Persero Tbk Jakarta.
B. Metode Pemilihan Sampel
Populasi menurut Sugiyono 2005:55 adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor internal PT. Bank
X Persero Tbk Jakarta. Metode pemilihan sampel sampling purposive, yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, umumnya disesuaikan
dengan tujuan dan masalah penelitian, Ety, dkk, 2007:66. Sedangkan metode pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin Ridwan, dkk, 2007:49:
N n
= N.d²+1
50 Keterangan:
n = jumlah sampel N = jumlah populasi
d = presisi atau error yang diterorir 12,5
C. Metode Pengumpulan Data