17
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Keberadaan atau alasan diadakan audit dalam organisasi adalah bahwa audit ditujukan untuk memperbaiki kinerja. Suatu fungsi dapat berbentuk
sebuah perusahaan, divisi, departemen, seksi, unit bisnis, fungsi bisnis, proses bisnis, layanan informasi, sistem atau proyek. Jika tindakan audit berhasil
dalam meningkatkan kinerja unit, maka berarti menunjang ke arah perbaikan kinerja organisasi secara keseluruhan. Kegiatan audit internal menguji dan
menilai efektivitas dan kecukupan sistem pengendalian internal yang ada dalam organisasi. Tanpa fungsi audit internal, dewan direksi dan atau
pimpinan unit tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja organisasi.
Hasil audit internal dapat memberikan berbagai jenis layanan kepada organisasi yaitu membantu mengevaluasi aktivitas dalam bidang sebagai
berikut: 1. Pengendalian akuntansi internal;
2. Pencegahan dan pendeteksian kecurangan; 3. Pemeriksaan keuangan;
4. Pemeriksaan ketaatan; 5. Pemeriksaan operasional;
6. Pemeriksaan manajemen;
18 7. Pemeriksaan kontrak;
8. Pemeriksaan sistem informasi; 9. Pengembangan kualitas internal; dan
10. Hubungan dengan
entitas di
luar perusahaan.
http:www.internalauditing.or.id. Auditor Internal baru muncul dua dasawarsa terakhir dan Sertifikasi
Auditor Internal baru dimulai tanggal 21 Agustus 1996. Namun demikian enam tahun berikutnya yaitu mulai bulan Oktober 2002 Sertifikasi Qualified
Internal Auditor QIA diakui. Masyarakat luas kemungkinan besar kurang memahami dengan baik peran auditor internal dalam organisasi. Peran auditor
internal dalam organisasi dapat dikemukakan, antara lain : 1. Auditor internal melakukan pengujian dan evaluasi terhadap aktivitas
organisasi dan memberikan layanan atau saran kepada manajemen. 2.
Kegiatan penilaian auditor internal telah berkembang dan meliputi: penilai independen untuk menelaah operasional perusahaan dengan mengukur
dan mengevaluasi kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan, manajemen risiko, penilaian atas kontrol dan tata kelola
governance perusahaan publik maupun privat. 3. Ruang lingkup tugas auditor internal menguji dan mengevaluasi
kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal 4. Kriteria keberhasilan dari sistem pengendalian internal adalah :
a. efektivitas dan efisiensi kegiatan organisasi; b. reliabilitas laporan keuangan atau informasi; dan
19 c. patuh terhadap hukum dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. http:www.internalauditing.or.id . Perkembangan profesi internal auditing dalam era globalisasi saat ini
sangat pesat, bahkan internal auditor telah diakui keberadaannya sebagai bagian dari organisasi perusahaan yang dapat membantu manajemen dalam
meningkatkan kinerja perusahaan, terutama dari aspek pengendalian. Dimana dalam perkembangannya, telah terjadi perubahan pandangan terhadap profesi
internal auditor dari yang masih berorientasi pada mencari kesalahan menuju yang lebih mengedepankan peran sebagai konsultan dan katalis. Majalah
Auditor: 2002. Komite audit yang diwajibkan dikalangan perbankan dinamakan Dewan
Audit atau Badan Audit. Dewan Audit diatur berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No. 27163KEPDIR1995 tanggal 31 Maret 1995 dan Surat
Edaran Bank Indonesia No. 278UPPB1995 tanggal 31 Maret 1995. Menurut ketentuan tersebut Dewan Audit dalam perbankan memiliki tanggung jawab
sebagai berikut : 1. Menyetujui Internal Audit Charter, menanggapi rencana audit intern dan
masalah-masalah yang ditemukan oleh Auditor Intern serta menentukan pemeriksaan khusus oleh Satuan Kerja Audit Intern SKAI apabila
terdapat dugaan terjadinya kecurangan, penyimpangan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan
dalam hal audit tidak menindaklanjuti laporan Kepala SKAI.
20 2. Memastikan bahwa laporan yang disampaikan kepada Bank Indonesia
serta Instansi lain yang berkepentingan telah dilakukan dengan benar dan tepat waktu. Selain itu, Bank juga mematuhi ketentuan dan perundang-
undangan yang berlaku. 3. Memastikan bahwa manajemen menjamin baik auditor eksternal maupun
internal dapat bekerja sama dengan standar auditing yang berlaku. 4. Memastikan bahwa manajemen telah menjalankan usahanya sesuai prinsip
pengelolaan bank secara sehat. 5. Menilai
efektivitas pelaksanaan
fungsi SKAI.
http:www.muharreffendi.wordpres.com. Dewan Audit di perbankan dapat dipandang sebagai wujud mekanisme
pengendalian yang diharapkan dapat mengoptimalkan fungsi pengawasan. Dalam prakteknya Dewan Audit di Perbankan, menurut para pengamat
ekonomi atau perbankan sebagian besar ternyata tidak berjalan dengan efektif. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Bank yang dilikuidasi, sehingga
terpaksa harus dibekukan usahanya ditutup. Pada awal terjadinya krisis moneter beberapa waktu yang lalu 1997–1999, banyak sekali bank yang
masuk kategori Bank Beku Operasi BBO, Bank Beku Kegiatan Usaha BBKU serta Bank dalam Likuidasi. Hal tersebut membuktikan bahwa aspek
pengendalian di perbankan kita sangat lemah, meskipun telah ada Dewan Audit. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
27163KEPDIR tanggal 31 Maret 1995 tersebut akhirnya dicabut dan sebagai gantinya Bank Indonesia mengeluarkan peraturan Bank Indonesia No.
21 I6PBI1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan Compliance Director.
http:www.muharrefeffendi.wordpress.com Robohnya sektor perbankan sebenarnya dapat diduga akan terjadi jika
melihat begitu banyak penyimpangan yang dilakukan oleh sektor perbankan didiamkan begitu saja oleh Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan.
Berbagai penyimpangan, seperti tidak terpenuhinya indikator kesehatan, banyaknya kredit fiktif, kolusi dalam pemberian kredit, laporan keuangan
yang direkayasa, dan berujung pada mengucurnya Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI ratusan triliun untuk tujuan yang tidak jelas, hampir
semuanya berasal dari kesengajaan pengelola bank dan kelemahan sistem pengawasan Bank Indonesia. Akibat berbagai moral hazard ini, sektor
perbankan menjadi beban yang sangat berat bagi perekonomian nasional, dalam bentuk timbulnya biaya semacam berupa BLBI dan biaya penyehatan
perbankan yang sangat tinggi. Sektor perbankan adalah pengerah dana masyarakat. Tidak hanya melalui tabungan, jika bank telah masuk bursa, bank
bahkan menarik dana masyarakat dalam bentuk penanaman modal. Masyarakat akan menaruh dananya dalam berbagai bentuk jika bank
menunjukkan kondisi keuangan yang sehat. Jika manajemen bank berhasil mengelabui masyarakat dengan menyajikan laporan keuangan yang seolah-
olah mengambarkan keberhasilan perusahaan secara keuangan, maka dana masyarakat akan mengalir ke bank tersebut. Tetapi karena secara fundamental
tidak sehat, maka bank tersebut justru menjadi beban bagi perekonomian. Informasi keuangan memang disajikan oleh manajemen bank, tanggung
22 jawabnya juga berada pada pundak pengelola bank. Informasi keuangan
tersebut dapat mengandung kekeliruan, yaitu salah saji dalam laporan keuangan yang tidak disengaja. Tetapi yang sering terjadi justru terdapat
ketidakberesan irregularities, yaitu salah saji dalam laporan keuangan yang disengaja, atau berbagai pelanggaran dan penyimpangan yang dicoba ditutupi
dengan rekayasa akuntansi. Karena manajemen dalam menyajikan laporan keuangan mempunyai tujuan tertentu, maka diperlukan jasa profesional untuk
menilai kewajaran informasi keuangan yang disajikan manajemen. Jasa profesional
inilah yang
dilakukan oleh
auditor independen.
http:www.ikastara.org. Penelitian sebelumnya oleh Ayu 2007, dalam mengevaluasi hasil audit
manajemen atas fungsi pemasaran, yang tujuannya untuk mengetahui apakah penerapan audit manajemen atas fungsi pemasaran telah dilaksanakan dengan
baik, analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, dengan menindaklanjuti hasil audit manajemen atas fungsi pemasaran melalui
kuesioner, disimpulkan bahwa hasil audit manajemen atas fungsi pemasaran belum dilaksanakan dengan baik. Pada penelitian Hiro 2000, mengenai
pengaruh peran auditor intern serta faktor pendukungnya terhadap peningkatan pengendalian intern dan kinerja perusahaan disimpulkan bahwa
manajemen sangat besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan pengendalian intern. Namun seberapa besar korelasi hasil audit internal dengan kemampuan
kinerja perusahaan khusus pada PT Bank X Persero Tbk belum diketahui secara pasti, untuk itu penulis tertarik menelitinya dalam bentuk skripsi yang
23
berjudul, “Korelasi Hasil Audit Internal dengan Kemampuan Kinerja Perusahaan Studi Kasus Pada PT. Bank X Persero. Tbk. Jakarta”
B. Perumusan Masalah