Pertimbangan Hakim HADHANAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN

harus menolak atau menyatakan permohonan pemohon konvensi tidak dapat diterima dan mohon pula kepada majelis hakim untuk memutus terlebih dahulu eksepsi termohon konvensi sebelum memutus perkara. Permohonan pemohon konvensi harus ditujukan ke alamat termohon konvensi yang sebenarnya sesuai ketentuan Pasal 118 ayat 1 HIR. Dalam Pokok Perkara 1. Bahwa rumah tangga pemohon konvensi dengan termohon konvensi sudah tidak harmonis, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran sejak 2002. 2. Bahwa sebab-sebab terjadi perselisihan dan pertengkaran diantara pemohon konvensi dan termohon konvensi karena tidak ada lagi rasa saling percaya, saling menghargai dan saling pengertian satu sama lain. 3. Bahwa sejak Desember 2007 berlangsung selama 2 dua tahun 8 delapan bulan lamanya pemohon konvensi dan termohon konvensi telah pisah tempat tinggal. 4. Bahwa majelis hakim, hakim mediator telah berusaha mendamaikan, namun tidak berhasil. Berdasarkan fakta-fakata yang ada ternyata anak pemohon konvensi dan termohon konvensi lebih nyaman bersama pemohon konvensi selaku ayah, pemohon konvensi lebih banyak perhatian ketimbang termohon konvensi dan kedekatan anak tersebut kepada pemohon konvensi. Tetapi tidak berarti memutuskan hubungan komunikasi dengan ibunya. Termohon konvensi selaku ibu kandungnya berhak untuk bertemu, menjenguk membantu, mendidik ikut bersamanya pada hari-hari libur sekolah sesuai yang disepakati sejauh tidak mengganggu kepentingan anak serta memberikan kasih sayangnya terhadap anaknya. Beban biaya pemeliharaan anak ditetapkan kepada pemohon konvensi. Dalam Rekonvensi Bahwa apa yang telah dipertimbangkan dalam konvensi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pertimbangan gugatan rekonvensi. Bahwa tuntutan tergugat rekonvensi tentang nafkah iddah bertentangan dengan hukum karena nafkah iddah pada dasarnya diberikan terhadap istri yang taat terhadap suami. Sedangkan dengan adanya sikap penggugat rekonvensi yang telah pergi meninggalkan tergugat rekonvensi tanpa izin tergugat rekonvensi selaku suami merupakan kualifikasi nusyuz yang tidak berhak mendapatkan nafkah iddah, kecuali tergugat rekonvensi tetap memberikan nafkah iddah karena kerelaannya, oleh karena itu tuntutan penggugat rekonvensi sejauh nafkah iddah harus ditolak sesuai pasal 14 angka b Kompilasi Hukum Islam. Bahwa perkawinan putus Karena talak maka bekas suami wajib memberikan mutah yang layak kepada bekas istri. Dengan dihubungkan pada kemampuan tergugat rekonvensi untuk wajib memberikan mutah kepada penggugat rekonvensi sejumlah Rp. 15.000.000,- lima belas juta rupiah. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, gugatan penggugat rekonvensi harus dinyatakan dikabulkan sebagian dan menolak selebihnya. Dalam Konvensi dan Rekonvensi Bahwa karena perkara a quo perceraian yang termasuk bidang lingkup perkawinan, sesuai ketentuan pasal 89 ayat 1 Undang-undang nomor 7 tahun 1989 yang diubah dengan Undang-undang nomor 3 tahun 2003 tentang Peradilan Agama, biaya perkara dibebankan kepada pemohon konvensitergugat rekonvensi. Memperhatikan segala ketentuan dan peraturan yang berlaku dan berkaitan dengan perkara ini. AMAR PUTUSAN Dalam Eksepsi Menolak eksepsi termohon konvensi Dalam Pokok Perkara 1. Mengabulkan permohonan pemohon konvensi sebagiannya. 2. Mengizinkan pemohon konvensi untuk menjatuhkan talak satu raji terhadap termohon konvensi di hadapan sidang Pengadilan Agama Jakarta Selatan. 3. Menetapkan bahwa anak penggugat konvensi dan tergugat konvensi dibawah asuhan dan pemeliharaan pemohon konvensi selaku ayah kandungnya. 4. Memerintahkan kepada pemohon konvensi untuk memberikan kepada termohon konvensi untuk memeberikan kesempatan bertemu dengan anaknyadan ikut bersamanya pada hari-hari libur sekolah atau hari-hari yang disepakati dan memberikan kasih sayangnya kepada anak tersebut sepanjang kepentingan anak tidak terganggu. 5. Menolak permohonan pemohon konvensi selain dan selebihnya. Dalam Rekonvensi 1. Mengabulkan gugatan penggugat rekonvensi untuk sebagiannya. 2. Menghukum tergugat rekonvensi untuk memberikan mutah kepada penggugat rekonvensi sejumlah Rp. 15.000.000,- lima belas juta rupiah. 3. Menolak gugatan penggugat rekonvensi untuk selain dan selebihnya. Dalam Konvensi dan Rekonvensi Membebankan biaya perkara kepada pemohon konvensitergugat rekonvensi sejumlah Rp. 281.000,- dua ratus delapan puluh satu ribu rupiah.

D. Analisis Penulis

Setelah mengamati kasus antara pemohon dan termohon seperti yang diuraikan diatas. Ada hal yang menarik untuk disoroti yaitu jatuhnya hadhanah atau pemeliharaan anak yang belum mumayyiz kepada bapak. Dalam kaitannya dengan putusan tersebut ada hal yang menarik perhatian penulis untuk disoroti dari sudut pandang fikih dan peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu siapakah yang mempunyai hak untuk melakukan hadhanah terhadap anak yang masih dibawah umur akibat perceraian, apa hal yang menyebabkan hadhanah seorang anak ada di tangan bapak, apa yang menjadi pertimbangan sehingga hakim memutuskan hak tersebut ada di tangan bapak. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa dalam permasalahan hadhanah ibu lebih berhak mendapatkan hadhanah ketika seorang anak masih dibawah umur dan selama ibu belum menikah. Rasulullah bersabda dalam hadisnya: نع دج مع نب ها د ع أ تلاق أ ما َّ : ل طب ّاك ا ب َّ إ ها س ا ءاع ، ب دث ٌءاقس ل ، د ب ٌءا ح ل جح ، قلط ابأ ّإ ، عز َ ّأ دا أ م ، ها َلص ه س ا ل اقف ح ت ملام ب قحا تنأ مَلس لع . بأ ا د اد . 9 Artinya: Seorang perempuan berkata kepada Rasulullah: Wahai Rasul, anakku ini aku yang mengandung, air susuku yang diminumnya dan dipangkuanku tempat kumpulnya. Ayahnya telah menceraikanku dan ingin memisahkannya dariku. Rasulullah bersabda: kamulah yang berhak memeliharanya selama kau tidak menikah lagi. HR. Abi Daud Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa hak pemeliharaan anak yang belum mumayyiz adalah hak ibunya. Hal ini dikarenakan ibu mempunyai tahap kasih saying serta kesabaran yang lebih tinggi, selain itu seorang ibu lebih lembut ketika menjaga dan mendidik anaknya terlebih bagi anak yang masih dalam usia menyusui, ibu memiliki sesuatu yang tidak dimiliki semua orang. Kalau kita lihat kasus diatas bahwa ibu sering kali mencoba untuk melukai dirinya sendiri yang semestinya tidak dilakukan dan meninggalkan rumah tanpa adanya pemberitahuan sehingga dikhawatirkan tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri serta ibu bagi anak-anaknya di masa depan nanti. 9 Abi Daud Sulaiman bin al-Asyasy as-Sajastani al-Azdiy, Sunan Abi Daud, Qahirah: Dar al-Hadis, 1988, Juz II, h. 292.