Metode Penelitian Sistematika Penulisan

lapangan, dokumen pribadi dan lain-lain. 4. Analisa Data Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan analisa kualitatif dengan pendekatan konten analisis yaitu menganalisis isi dengan mendeskripsikan putusan hak asuh anak kepada bapak akibat perceraian dan menghubungkan hasil wawancara. 5. Teknik Penulisan Teknik penulisan skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini, penulis membagi menjadi beberapa uraian yang diantaranya mempunyai beberapa sub-sub bab dan masing-masing bab itu saling terkait satu sama lainnya, sehingga membentuk rangkaian kesatuan pembahasan. Bab pertama merupakan pendahuluan dimana dikemukakan suatu latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua memuat mengenai pengertian hadhanah, dasar hukum hadhanah, sebab-sebab terjadinya hadhanah, syarat-syarat hadhanah, dan pihak- pihak yang berhak dalam hadhanah. Bab ketiga memuat mengenai hadhanah dalam perspektif Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Bab keempat mengenai analisis putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan tentang hak asuh anak kepada bapak akibat perceraian. Yang terdiri dari profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan, duduknya perkara, pertimbangan hakim dan analisis penulis. Bab kelima berisikan tentang penutup. Yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

BAB II HADHANAH DALAM FIQH

A. Pengertian dan Dasar Hukum Hadhanah

Secara etimologis hadhanah ini berarti “disamping” atau berada “dibawah ketiak”. 1 Hadhanah berasal dari kata نضْحي - نضتْحا ـ ًا ْضح - نضح, yang artinya pemeliharaan atau pengasuhan. 2 Sedangkan secara terminologisnya, hadhanah adalah merawat dan mendidik seseorang yang belum mumayyiz atau yang kehilangan kecerdasannya, karena mereka tidak bisa memenuhi keperluannya. 3 Para ulama sepakat bahwasanya hukum hadhanah, mendidik dan merawat anak wajib. Tetapi mereka berbeda dalam hal, apakah hadhanah ini menjadi hak orang tua terutama ibu atau hak anak. 4 Ulama Mazhab Hanafi dan Maliki, misalnya berpendapat bahwa hak hadhanah itu menjadi hak ibu sehingga ia dapat saja menggugurkan haknya. Tetapi menurut jumhur ulama, hadhanah itu menjadi hak bersama antara orang tua dan anak. 1 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999, Jilid 2. h. 415. 2 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1990, h. 104. 3 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h. 326. 4 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h. 326. Bahkan menurut Wahbah al-Zuhaily, hak hadhanah adalah hak bersyerikat antara ibu, ayah dan anak. Jika terjadi pertengkaran maka yang didahulukan adalah hak atau kepentingan si anak. Menurut Amir Syarifuddin, pengertian Hadhanah di dalam istilah fikih digunakan dua kata namun ditunjukkan untuk maksud yang sama yaitu kafalah dan hadhanah. 5 Yang dimaksud dengan hadhanah dan kafalah dalam arti sederhana adalah “pemeliharaan” atau “pengasuhan”. Dalam arti yang lebih lengkap adalah pemeliharaan anak yang masih kecil setelah terjadi putusnya perkawinan. Hal ini dibicarakan dalam fikih karena secara praktis antara suami dan istri telah terjadi perpisahan sedangkan anak-anak memerlukan bantuan dari ayah danatau ibunya. Hadhanah yang dimaksud adalah kewajiban orang tua untuk memelihara dan mendidik anak mereka dengan sebaik-baiknya. Pemeliharan ini mencakup masalah pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok si anak. 6 Pemeliharaan anak juga mengandung arti sebuah tanggung jawab orang tua untuk mengawasi, memberi pelayanan yang semestinya serta mencukupi kebutuhan hidup dari seorang anak oleh orang tua. Selanjutnya, tanggung jawab pemeliharaan berupa pengawasan dan pelayanan serta pencukupan nafkah anak tersebut bersifat berkelanjutan sampai 5 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, h. 327. 6 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia. hal. 293.