19
Dari uraian diatas, maka untuk memperkecil atau mengurangi ruang gerak dari permasalahan tersebut mka setiap pemimpin satuan organisasi harus jeli melihat
pentingnya pelaksanaan pengawasan dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai,
Bedasarkan dari uraian diatas penulis memilih tugas akhir dengan judul :”Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor
Sekretariat DPRD Kabupaten Serdang Bedagai” B. Perumusan Masalah
Beetitik tolak dari uraian sebelumnya, maka yang menjadi rumusan
masalahnya adalah: ”Bagaimana pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja pegawai negeri sipil pada kantor sekretariat kabupaten serdang bedagai”.
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengawasan terhadap disiplin kerja
pegawai negeri sipil pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan pada Kantor Sekretariat DPRD
Kabupaten Serdang Bedagai. 3.
Untuk mengetahui bagaimana tingkat disiplin pegawai negeri sipil pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
20
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat dan berguna dalam hal : 1.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang penulis peroleh
selama perkuliahan. 2.
Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan khususnya bagi Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Serdang Bedagai.
3.
Sebagai bahan tambahan referensi untuk penulisan yang relevan.
E. Kerangka Teori 1. Pengawasan
1.1 Pengertian Pengawasan
Suatu system pengawsan yang baik, sangat penting dan berpengaruh dalam proses pelaksanaan kegiatan dalam organisasi pemerintahan maupun organisasi
swasta. Karena tujuan pengawasan adalah mengamati apa yang sebenarnya terjadi dan membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi dengan maksud untuk
secepatnya melaporkan penyimpangan atau hambatan kepada pimpinan yang
bersangkutan agar dapat diambil tindakan korektif yang perlu.
Universitas Sumatera Utara
21
Secara umum, pengawasan dapat diartikan sebagai perbuatan untuk melihat dn memonitor terhadap orang agar berbuat sesuai dengan kehendak yang telah
ditentukan sebelumnya. Menurut Siagian 2002:169 , pengawasan adalah proses pengamatan dari
seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekarjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan recana yang telah ditentukan.
Malayu Hasibuan 2001:254, mengungkapkan bahwa pengawasan adalah pemeriksaan apakah semua itu terjadi sesuai dengan rencana yang ditentukan,
instruksi yang dikeluarkan sesuai dengan prinsip yang telah ditetapkan. Sedangkan Sofyan Syarif Harahap 2001:10, menyatakan bahwa secara
sederhana pengawasan adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan mulus tanpa penyimpangan-penyimpangan yang berarti. Dalam pengertian ini pengawasan
merupakan tujuan tiap organisasi. Dari pendapt diatas dapat dikatakan bahwa kegiatan pengawasan adalah suatu
hal yang sangat esensial dalam suatu organisasi dan tidak dapat diabaikan. Hal itu disebabkan karena kegiatan pengawasan menyangkut bagi pencapaian tujuan
organisasi. Selanjutnya T. Hani Handoko 2003:359, menyatakan bahwa pengawasan
adalah proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Pegawasan merupakan elemen tugas-tugas menajerial dan ia mencakup
Universitas Sumatera Utara
22
tindakan pengukuran dan perbaikan koreksi peforma pihak yang diawasi guna memastikan bahwa sasaran-sasaran, intruksi yang dikeluarkan delaksanakan secara
efisien dan berjalan lancar. Sebagai pendukung terhadap defenisi diatas maka M. Manullang 2002:173,
menegaskan bahwa pengawasan diartikan sebagai suatu proses utuk menerpakan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksi
dengan maksud supaya pelaksanaan sesuai dengan rencana semula. Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pengawasan merupakan yugas
dan tanggungjawab dari pimpinan untuk melakukan penelitian atau pengkajian ulang terhadap bawahan ataupun organisasi yang dipimpinnya. Dengan demikian apabila
terjadi penyimpangan tau penyeleengan maka pimpinan dapat segera mengambil langkah penertiban, penyempurnaan, perbaikan demi menjamin kegiatan tetapi sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan terhadap aparatur pemerintah atau Pegawai Negeri Sipil, dikenal
dengan istilah pengawasan melekat yang merupakan salah satu bentuk dari kegiatan pengawasan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hadari Nawawi1993:94, bahwa
pengawasan melekat sebagai salah satu kegiatan pengawasan, merupakan tugas dan tanggug jawab setiap pimpinan dan harus menyelenggarakan manajemenadministrasi
yang efektif dan efisien dilingkungan suatu organisasiunit kerja.
Universitas Sumatera Utara
23
Pendapat tersebut menyatakan bahwa secara eksplisit subjek yang melaksanakan pengwasan atau memiliki fungsi pengawasan yaitu pimpinan sebagai
standar atau tolak ukur dan secara implisit dapat terlihat tujuan dari pegawasan yaitu mengusahakan agar pekrjaan-pekrjaan terlaksana sesuai denga rencana.
Dari keseluruhan pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya pengawasan merupakan kegiatan yang dapa dilakukan setiap saat baik selama proses
menajemen berlangsung maupun setelah berakhir untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan organisasi. Kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mencegah
atau untuk memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, penyelewengan dan lainnya yang tidak sesuai dengan tugas dan wewenang yang telah ditentukan. Jadi
maksud pengawasan bukan mencari kesalahan terhadap orangnya tetapi mencari kebenaran terhadap hasil pelaksanaan pekejaanya.
1.2 Fungsi Pengawasan
Menurut Belkoui, yang dikutip oleh Harahap 2000:35, adapun fungsi pengawasan pada dasarnya mencakup empat unsur :
1. Penetapan standar pelaksana 2. Penentuan ukuran-ukuran pelaksana
3. Pengukuran pelaksana nyata dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
24
4. Mengambil tindakan koreksi uang diperlukan bila pelaksanaan menympang dari standar.
Pada hakekatnya pengawasan itu adalah berfugsi sebagai pengarahan supaya jangan sampai terjadi kekeliruan dan sesuai dengan rencana. Melalui pengawasan
membuat orang menjadi disiplin dalam mengerjakan tugasnya dan menghindari penyimpangan yang bakal terjadi.
1.3 Ciri-Ciri Pengawasan Yang Efektif
pelaksanaan pengawasan yang efektif merupakan salah satu refleksi dari efektifitas manejerial seorang pemimpin. Oleh karena itu tidaklah mengherankan
bahwa setiap orang yang menduduk i jabatan manejerial mulai dari manajer paling rendah hingga manejer puncak, selalu menginginkan agar baginya tersedia suatu
system informasi yang handal agar pelaksanaan berbagi kegiatan yang menjadi tanggung jawab benar-benar terlaksana dengan hal-hal yang telah ditetapkan dalam
rencana. Bahkan dilihat dari segi pengawasan, sebagian besar kegiatam yang diselenggarakan oleh berbagai suatu kerja penunjang dalam organisasi sebenarnya
dilakukan dalam rangka penyediaan informasi, seperti infomasi keuangan, kepegawaian, logistic, ketatausahaan dan lain sebagainya guna bahan mempelancar
jalannya pengawasan. Siagian 1992:175 mengatakan pengawasan akan berlangsung dengan efektif apabila memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
25
1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagi kegiatan yang
diselenggarakan. Yang dimaksud ialah bahwa teknik pengawasan harus sesuai antara lain
denagna penemuan informasi tentang siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran pengawasan tersebut.
2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya
deviasi dari rencana. Pengawasan harus mampu mendeteksi deviasi atau penyimpangan yang
mungkin terjadi sebelum penyimpangan itu menjadi kenyataan. Usaha deteksi seperti itu harus segera tiba ditangan pimpinan yang secara fungsional
bertanggung jawab agar segera dapat mengambil tindakan pencegahanya. 3.
Objektivitas dalam melakukan pengawasan. Salah satu komponen yang harus terlihat dalam rencana ialah standar prestasi
kerja yang diharapkan dipenuhi oleh para pelaksanaan kegiatan operasional. Standar demikian harus jelas terlihat bukan saja dalam prosedur dan
mekanisme ker ja, akan tetapi juga dalam rangka kriteria yang menggambarkan persyaratan kuantitatif dan sedapat mungkin dinyatakan
secara tertulis. Kriteria demikian lebih bermakna lagi apabila para pelaksana mengetahui, memahami dan menerima kriteria itu. Dengan adanya kriteria
tersebut, maka pengawasan dapat dilakukan dengan objektif.
Universitas Sumatera Utara
26
4. Keluwesan pengawasan.
Hal ini berarti bahwa pengawasan harus tetap bias berlangsung meskipun organisasi menghadapi perubahan karena timbulnya keadaan yang tidak
diduga sebelumnya atau bahkan juga bila terjadi kegagalan atau perubaha, pegawasan harus segera melaporkan kagagalan atau perubahan tersebut dan
dengan demikian penyesuaian yang diperlukan dapat dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan.
5. Efisiensi pelaksanaan pengawasan.
Pengawasan dilakukan supaya keseluruhan organisasi bekerja dengan tingkat efisiensi yang semakin tinggi. Hal ini berarti, setiap organisasi harus
menciptakan suatu sistem pengawsan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan karena hanya demikianlah efisiensi pengawasan
dapat ditingkatkan. 6.
Pengawasan mencari apa yang tidak beres. Teori pengawasan menonjolkan usaha peningkatan efisiensi dan efektivitas
kerja dengan mynyoroti system kerja yang berlaku bagi organisasi. Artinya yang menjdai sorotan uama adalah usaha mencari dan menetapkan apa yang
tidak beres dalam organisasi apalagi jika terjadi penyimpanan dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, pengawasan yang baik juga
harus menemukan siapa yang salah dan faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya kesalan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
27
7. Pengwasan harus bersifat membimbing.
Jika ditemukan apa yang tidak beres dan siapa yang salah serta telah diketahui pula faktor-faktor penyebabnya, seorang pemimpin harus berani mengambil
tindakan yang dipandang paling yepat sehingga kesalahan yang diperbuat oleh bawahan tidak terulang kembali meskipun kecenderungan berbuat kesalaha
yang lain tidak dapat dihilangkan sama sekali mengingat sifat manusia yang tidak sempurna itu. Bahkan pengenaan sanksi berupa hukuman pun, bila
diperlukan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Hanya saja dalam pengenaan sankasi,harus bersifat membimbing, mendidik,
objektif dan rasional serta didasarkan pada kriteria yang dipahami dan diterima oleh orang-orang yang bersangkutan. Dalam hubugan ini harus
ditekankan, bahwa tindakan pengenaan sanksi terhadap bawahan menuntut keteladanan pada diri pemimpin yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
28
1.4 Jenis-jenis pengawasan
adapun yang dimaksud dengan obyek pengawasan adalah pelaksanaan tugas pokok organisasi sedangkan subyek pengawasan adalah pihak yang memiliki otoritas
untul melakukan pengawasan terhadap obyek yang bersangkutan. Menurut Soewarno Handayaningrat 1983; 144, pada dasarnya pengawasan terdiri dari 4 empat macan
yaitu: 1.
Pengawasan dalam organisasi Interenal Control Pengawasan dari dalam artinya bahwa pengawasan yang dilakukan oleh unit
atau aparat pengawasan yang berasal dari dalam organisasi, yang bertindak atas nama pimpinan organisasi, dimana hasil dari tindakannya berupa data atu
informasi yang berguan bagi pimpinan dalam menilai kebijakan yang telah ada atau menetukan kbijakan berikutnya, sebagai perbaikan terhadap
pelaksanaan pekrjaan bawahannya. Pimpinan-pimpinan yang ada di Kantor Sekretaris DPRD Kabupaten Serdang Bedagai juga melakukan hal ini untuk
mengawasi setiap pegawai yang menjadi bawahannya. 2.
Pengawasan dari luar organisasi External Control Pengawasan ini dilakuka oleh aparat atau unit pengawsan dari luar organisasi
yang bertindak atas nama atasan pimpinan organisasi. Misalnya pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK terhadap suatu
Departemen atau Intansi yang bertindak atas nama pemerintah atau presiden. Dalam hubunganya dengan disiplin dan keuangan, Sekretariat DPRD
Universitas Sumatera Utara
29
Kabupaten Serdang Bedagai juga mendapat pengawasan dari Inspektorat Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Pengawasan Preventif
Pengawasan yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan dengan maksud agar tidak ada kesalahan aau penyimpangan dalam melakukan
kegiatan organisasi, dalam hal ini misalnya menetukan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan prosedur, hubungan dan tata kerja atau menetukan
pedoman kerja sesuai denga peratuaran atau ketentuan yang telah ditetapkan. 4.
Pengawasan Represip Pengawasan ini dilakuakn setelah adanya pelaksanaan pekerjaan dengan cara
menilai dan membandingkan pelaksanaan pekerjaan denga rencana yag tela ditetapkan, kemudian diambil tindakan pekerjaan selanjutnya berjalan sesuai
dengan yag telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian dari beberapa macam bentuk pengawasan yang ada diatas,
maka penulis melihat pengawasan yang dilakukan pimpinan di Sekretariat DPR Kabupaten Serdang Bedagai adalah dengan sistem metode pengawasan internal
control pengawasan yang dilakukan dari dalam organisasi dan sistem metode pengawasan eksternal control pengawasan yang dilakukan dari luar organisasi.
Universitas Sumatera Utara
30
1.5 Sasaran dan sarana pengawasan. 1.5.1 Sasaran pengawasan.
Pengwasan dimaksudkan utuk mencegah atau pun untuk memperbaiki kesalahan, penyimpagan, ketidak sesuaian dan penyelesaian lainnya yang tidak sesuai
dengan tugas wewenang tang telah ditentukan. Berdasarkana ilustrasi tersebut maka sasaran pengawasan menurut Handayadiningrat 1991:144 dapat dirinci sebagai
berikut: a. Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pimpinan yang diserahi tugas dan
wewenang dalam melaksanakan pekerjaan. b. Mendidik para pegawai agar mereka melaksanakan pekerjaanya sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan. c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelainan dan kelemahan agar tudak
terjadi kerugian yang tidak diinginkan. d. Umtuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan
pekerjaan tidak mengalami hambatan-hambatan dan pemborosan. e. Melalui pengawasan tugas-tugas yang telah ditentukan sunguh-sunguh
dilaksanakan sesuai dengan pola-pola yang telah digariskan dalam rencana.
Universitas Sumatera Utara
31
1.5.2 Sarana Pengawasan
Betapapun setiap pengawas bertekad untuk melaksanakan pengawasam secara berdaya guna, namun tanpa diperhatikan sarana pengawasan dapat
menyebabkan pengawasan itu terkendala. Sarana pengawasan merupakan pedoman yang harus diperhatikan oleh pemimpin organisasi didalam menggerakka aktivitas
organisasi. Dengan adanya sarana pengawasan diharapkan penyimpangan, pemborosan
den penyelewengan dalam organisasi dapat dihindarkan. Sarana pengawasan telah menjadi tugas, fungsi dan tanggug jawab personil jelas dan terarah sehingga tumpang
tindih dalam pekerjaan dapat dihindarkan. Adapun sarana pengawasan itu yakni, adanya struktur organisasi yang jelas,
pelaksanaanya yan bijaksana, perencanaan kerja yang telah tersusun, prosedur kerja pencatatan dan hasil kerja, serta pembinaan pesonil. Disamping sarana pengawasan
terdapat juga unsur-unsur pengawasan, yang mana unsur tersbut harus dilalui oleh setiap pengawas didalam melakukan pengawasan. Unsur-unsur yang perlu
diperhatikan oleh setiap pengawas meliputi : 1.
Pemantauan, diadakan untuk mengetahui sejauh mana fungsi sarana pengawasan dan aktivitas pesonil sehingga penyimpangan dalam pelaksanaan
tugas dapat dihindari sedini mungkin. 2.
Pemeriksaan, merupakan koreksi langsung yang dilkuka oleh atasa terhadap cara kerja bawahan yang tujuannya adalah mengadakan pemeriksaaan
terhadap tugas bawahan, membimbing dan mengarahkan tugas pegawai.
Universitas Sumatera Utara
32
3. Pengevaluasin, umsur pengawasan ini adalah untuk mengadakan penilaian
terhadap pekerjaan yang dilakuka oleh pegawai. Pengevaulasian ini juga berguna untuk mengetahui apakah pegawai tersebut mampu mengerjakan
tugas dengan baik atau tidak sehingga dapat diambil pengendalian tugas berikutnya.
1.6 Sifat-sifat Pengawasan
Pengawasan hendaknya jangan dianggap sebagai kegiatan untuk mecari kesalahan orang lain, tetapi hendaknya dilakukan untuk mencari kebenaran dari hasil
pelaksanaan kerja. Oleh karena itu, perlu diperhatikan sifat-sifat dari pengawasan. Menurut Siagian 1982:137 Sifat-sifat pengawasan yang baik adalah sebagai
berikut: 1.
Pengawasan harus bersifat “fac finding” dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang begaimana tugas
dilaksanakan di dalam organisasi. Terpaut dengan tugas tentunya ada faktor-faktor lain seperti faktor biaya, sistem dan prosedur kerja, struktur
organisasi dan faktor-faktor psikologis seperti dihormati, dihargai kemauannya di dalam karir da sebagainya.
2. Pengawasan harus bersifat “ preventif” yang berarti bahwa proses
pengawasan dijalankan untuk mencegah timbulnya penyelewengan- penyelewengan dari rencan yang ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
33
3. Pengawasan diarahkan untuk masa sekarang yang berarti bahwa
pengawasan hanya dapat ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini dilaksanakan.
4. Pengawsan hanyalah sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi,
pengawasan tidak boleh dianggap tujuan. 5.
Pengawasan hanya sekedar alat administrasi dam manajemen maka pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah pencapaian tujuan.
6. Pproses pelaksanaan pengawasan harus efisien, jangan sampai terjadi
pengawasan yang menghamat usaha peningkatan efisiensi. 7.
Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menetukan siapa yang salah jika ada ketidakberesan akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak benar.
8. Pengawasan harus bersifat membimbing agar supaya pelaksana
meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas yang ditentukan kepadanya.
Sifat-sifat pengawasan diatas dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana dan pelaksanaa pengawasan. Agar rencana dan penyusunan rencana efektif
maka harus diketahui terlebih dahulu siapa saja subjek serta objek dari pengawasan. Objek oengawasan menurut Manullang 1981:176 dapat dibedakan dalam
tiga bidang yakni pertama; produksi dan keuangan, kedua; waktu dan yang terakhir manusia dan kegiatanya.
Universitas Sumatera Utara
34
1.7 Tujuan pengawasan
Mengenai tujuan pengawasan, Kadarman dan Udayana 2001:59 mengatakan bahwa tujuan pengawasan adalah menemukan kelemahan dan kesalahan
untuk kemudian dikoreksi dan mencegah penanggulangannya. Pengawasan memang sangat penting karna manusia pada umumnya tidak ada
yang sempurna dan peling sedikit bersifat khilaf. Sehingga manusia dalam organisasi perlu diamati bukan sengan maksud mencari kesalahan kemudian menghukumnya,
akan tetapi mendidiknya dan membimbing. Tujuan utama pengawasan adalah untuk menghindarkan penyimpangan-
penyimpangan kerja atas rencana yang sudah dirumuskan sebelumnya. Dengan melakukan pengawasan berarti setiap pekerjaan diarahkan sesuai dengan rencana
penyimpangan-penyimpangan dapat dihindari sedemikian rupa dan tujuan kantororganisasi dapat tercapai dengan maximal. Musenaf 1990;121 dalam
pengawasan pada lembaga pemerintahan menyebutkan bahwa : Pengawasan bertujuan mendukung kelancaran dan ketetapan pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Pengawasan pada administrasi pemerintahan dimaksud untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan-
penyimpangan yang mana penyimpangan tersebut dapat mengakibatkan pemborosan- pemborosan pada anggaran negara sehingga pelaksanaan pembangunan menjadi
Universitas Sumatera Utara
35
terganggu dan kepercayaan masyarakat terhadap aparatur negara menjadi sangat rendah.
Tujuan pengawasan dapat tercapai bilamana diiringi dengan tindak lanjut oleh atasan yang mengemban fungsi pengawasan. Tindak lanjut itu dapat dibedakan
sebagai berikut : 1. Tingkat lanjut Preventif
Tingakat lanjut preventif adalah usaha mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang dan berbagai penyelewengan lainnya
melakukan penyempurnaan aparatur di bidang kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan tugas-tugas
umum pemerintahan dan pembangunan. 2. Tindak lanjut Refresif
Tundak lanjut ini dilakukan dengan berupa penindakan terhadap perbuatan korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan
dan keuangan negara dan berbagai bentuk penyelewengan lainnya. Tindakan penyelesaian ini dilakukan sesuai dengan batas-batas wewenang
yang dilimpahkan pada pejabat atau pegawai yang memiliki legitimasi sebagai atasan.Tindakan refrsif ini antara lain berupa :
a. Tindakan administratif terhadap pegawai yang bersangkutan
Universitas Sumatera Utara
36
b. Tindakan perdata kepada pegawai dan atau pihak ketiga c. Tindakan pidana kepada pegawai dan atau pihak ketiga
1.8 Proses Dasar Pengawasan
Adapun proses dasar pengawasan yang dilakukan dalm kantororganisasi adalah sebagai berikut Handoko 2001;301:
1. Menetapkan standar
Langkah pertama dari proses pengawasan adalah menetapkan rencana. Akan tetapi karena rencana-rencana itu berbeda detil dan kesulitannya dan karena
pimpiinan biasanya tidak dapat mengamati segalanya maka ditetapkan standar-standar khusus.
2. Mengukur prestasi
Walaupun pengukuran itu tidak selalu dapat dilakukan namun pengukuran pelaksanaan terhadap standar-standar itu idealnya adalah berdasarkan
pandangan jauh kedepan, sehinggan penyimpangan-penyimpangan dapat di deteksi sebelum terjadi dan dapat dihindari dengan tindakan-tindakannya yang
tepat. Pimpinan yang waspada dan berpandangan jauh kedepan adakalana dapat meramalkan kemungkinan-kemungkinan penyimpangan dari standar.
Akan tetapi tanpa kemampuan ini, penyimpangan itu hendakalah terungkap sedini mungkin. Jika standar telah ditetapkan dan ada tersedia alat-alat untuk
Universitas Sumatera Utara
37
menetukan dengan persis apa yang sedang dilaksanakan oleh bawahan, maka cukup mudah untuk menilai prestasi aktual atau prestasi yang diharapkan.
3. Pembetulan penyimpangan Correction of Deviation
Jika standar itu dibuat untuk menunjukan berbagai posisi dalam struktur organisasi dan jika prestasi diukur menurut standar ini, maka lebih mudah
memperbaiki penyimpangan-penyimpangan, karena pimpinan dapat mengetahui dengan pasti dimana penugasan individual atau tugas-tugas
kelompok harus diterapkan tindakan-tindakan perbaikan. Koreksi penyimpangan ini adalah titik dimana pengawasan dapat dilihat sebagai
bagian dari manajemen dan dapat dihubungkan dengan fungsi-fungsi manajerial yang lai. Pimpinan dapat memperbiki penyimpangan dengan
menyusun kembali perencanaanya atau mengubah sasarannya. Atau ia dapat memperbaiki penyimpangan dengan melaksanakan funsi pengoganisasiannya
melauli penugasan kembali atau melalui penjelasan tugas-tugas. Ia dapat mengadakan perbaikan dengan menambah pegawai, memperbaiki proses
seleksi dan melatih bawahan atau dengan pemecatan tindakan restaffing teakhir
Universitas Sumatera Utara
38
1.9 Prinsip-prinsip Pokok Pengawasan Terhadap Pegawai Negeri Sipil pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Serdang Bedagai.
Adapun prinsip-prinsip pokok pengawasan terhadap pegawai negeri sipil pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Serdang Bedagai adalah:
1. Pengawasan merupakan bagian dari integral dari manajemen sebgai suatu kesatuan yang utuh. Sebagai kegiatan pengawasan dan pengendalian yang
merupakan salah satu bagian dari menajemen yang merupakan suatu sistem. Pengawsan tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek manajemen
lainya seperti perencanaan dan pelaksanaan. 2. Pengawasan sebagai bagia integral dari program pendayaguanaan aparatur
Negara khususnya aparatur Sekretariat DPRD Kabupaten Serdang Bedagai.
3. Pengawasan sebagai bagian integral dari sistem pengawasan Keuangan Negara dan pembangunan.
4. Pengwasan sebagai kegiatan yang terus menerus dan berkeseimbangan harus dilakukan oleh setiap pimpinan secara sadar dan wajar.
5. Pengawasan atasan terhadap bawahan secara langsung merupakan unsur pengawasan intern yang efektif dan pokok.
6. Pengawasan lebih diarahkan kepada pembentukan suatu sistem yang mampu mengarahkan dan membimbing bawahan dalam pelaksanaan tugas
guna mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang ditetapkan serta mampu
Universitas Sumatera Utara
39
mencegah terjadinya penyimpangan, kebocoran dan pemborosan keuangan Negara.
2. Disiplin 2.1 Pengertian Disiplin
Berbicara masalah disiplin berakaitan degan unsur perilaku, sikap dan tingkah laku seseorang. Untuk mengetahui pelaksanaan disiplin kerja pegawai yang
dilaksanakan oleh pegawai pada Kantor Sekratriat DPRD Kabupaten Serdang Bedagai, maka diperlukan arah dan landasan berpikir yang jelas dalam penelitian.
Oleh karena itu penulis mengambil beberapa konsep teori atau pendapat-pendapat yang telah durimuskan oleh para ahli yang dianggap mempunyai relavasinya tentang
“disiplin” sesuai dengan masalah penelitian seperti yang dikemukakan dibawah ini: kata disiplin berasal “disipel”lateimun, 1995:67 yang berarti pengikut yang
sungguh-sungguh dan yakin dengan ketekunan menyebarkan ajaran-ajaran pimpinan, ketetunan tersebut merupakan dasar utama dari setiap ajaran. Menurut Saydam
1996:284 disiplin adalah sikap kesedian dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan menaati segala norma-norma yang berlaku disekitarnya.
Disiplin tidak hanya diartikan tunduk kepada peraturan-peraturan dan ketentuan yang sudah lazim dilaksanakan. Akan tetapi disiplin dapat mendorong
manusia melaksanakan kegiatan-kegiatan secara sadar diyakini manfaatnya.
Universitas Sumatera Utara
40
Secara umum disiplin dapat diartikan sebagai kepatuhan atau ketaatan terhadap segala peraturan dan ketentuan yang berlaku atau dapat juga diartikan
sebagai kesungguhan dalam bertindak dan berperilaku. Menurut Saydam 1996:284 disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan
seseorang untuk mematuhi dan mentaati segala norma-norma yang berlaku disekitarnya.
Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan sikap tertib dari seseorang yang menujukan kepatuhan atau ketaatan kepada peraturan atau
ketentuan yang telah ada dengan sengan hati, dalam arti tanpa paksaan. Untuk membentuk dan membina disiplin itu perlu adanya peraturan atau ketentuan yang
dibuat terlebih dahulu. Namun, bukan berarti peraturan dan ketentuan tersebut dimaksudkan untuk memaksa orang-orang agar disiplin, akan tetapi dimaksudkan
sebagi pedoman atau acuan dalam bertindak, berprilaku atau bersikap yang diharapkan dapat menjadi suatu kebiasaan atau sesuatu yang wajar dengan senag hati.
Menurut Sinungan 1995:115 disiplin adalah sikap kewajian dari seseorag atau sekelompok orang yang senatiasa berkehedak untuk mengikiuti atau memahami
segala aturan keputusan yang telah ditetapkan. Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan sikap
kejiwaan seseorang atau sekelompok orang yang berupa dorongan dari dalam dirinya
Universitas Sumatera Utara
41
yang menyebabkan mereka senatiasa patuh atau taat dan sungguh-sungguh menjalankan melaksanakan peraturan yang telah ditetapkan.
Sukarna 1995:115 menatakan disiplin adalah latihan sikap, tingkah laku, watak, keasadaran, lathan pengembangan dan pengendalian sikap, untuk mengatur
tingkah laku para pegawai. Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa disiplin merupakan suatu bentuk
pelatihan yang berusaha mempebaiki dan membentuk sikap, watak, kesadaran pegawai sehingga para pegawai tersebut secara sukarela bekerja kooperatif dengan
para pegawai yang lain serta mampu menigkatkan prestasi kerjanya. Menurut Moenis 1992:96 disiplin kerja dalah keharusan mengikuti aturan-
aturan yang mencakup metode-metode pengerjaan, prosedur kerjanya, waktu serta jumlah unit dan mutu yang telah ditetapkan.
Sedangkan Arif 1994:188 megatakan bahwa yang menjadi hakekat dari disiplin itu sendiri adalah ketaatan, kesungguhan, kekuatan atau keterampilan, sikap
dan tigkah laku serta hormat terhadap segala ketentuan perjanjian atau persetujuan antara organisasi dan para pegawainya.
Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa disiplin pada hakekatnya merupakan pembatas kebebasan dari pegawai itu sendiri. Oleh karena itu dalam usaha
menegakkan diri tidak asal melaksanakannya saja, dengan kata lain disiplin bukan hanya sekedar pegawai harus tertib tetapi disiplin juga harus dapat menunjang tujuan
Universitas Sumatera Utara
42
organisasi. Selain harus dapat menunjang tujuan organisasi maka disiplin yang ditegakan juga harus sesuai dengan kemampuan pegawai.
2.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan disiplin
Dalam setiap organisasi atau intasi baik swasta maupun pemerintahan pada dasarnya mengahrapkan pegawai-pegawai yang mempunyai disiplin yang tinggi
dalam menyeleggarakan tigas-tugas kedinasan. Dengan kedisiplinan tersebut pegawai diharapkan mempunyai kerja yang baik, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai
dengan efektif dan efisien. Faktor – faktor dalam pembinaan dan pembentukan disiplin tersebut menurut
Syarif 1983:39 antara lain : a. Kepemimpinan
b. Pemberian motivasi c. Pendidikan latihan
d. Kesejahteraan e. Penegakan disiplin melalui hukum
faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian dari pimpinan, diman pimpinan harus ikut berperan aktif dalam membetuk bawahannya. Dalam hal ini pimpinan melakukan
pegawasan administratif, dibidang kepegawaian personal, dengan melakukan
Universitas Sumatera Utara
43
pemantauan secara personal terhadap bawahannya yang berkaitan dengan faktor- faktor tersebut, misalnya dengan memberikan motovasi yang tinggi terhadap
bawahan, mengdakan pelatihan dan latihan, memperhatikan kesejahteraan pegawainya dan memerikan sanksi terhadapa pegawai yang melanggar ketentuan
yang berlaku. Semuanya itu merupakan suatu pengawasan dibidang kepegawaian agar pegawai memiliki kedisiplinan kerja yang tinggi.
Selain kelima faktor-faktor penting dalam pembentukan dan pembinaan disiplin tersebut diatas, ada faktor-faktor lain yang mendukung supaya
disiplin kerja pegawai terwujud dalan suatu intansi formal pemerintahan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban antara lain:
1. Sikap teladan pemimpin Bila pemimpin disiplin, maka bawahan terpaksa harus ikut disiplin, bila
bawahan tidak mau disiplin tentu aka terkena tindakan pendisiplinan. Teladan pimpinan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
menegakan disiplin. Sebab pemimpin merupakan panutan, sorotan dari bawahannya.
2. Tanggung jawab pemimpin selaku atasan Pimpan organisasi ataupun atasan memnyai tanggung jawab yang besar
dalam meningkatkan disiplin kerja bawahannya dalam rangka melaksanakan tugas mencapai tujuan organisasi. Adapun tanggung jawab
Universitas Sumatera Utara
44
pimpinan selaku atasan untuk meningkatkan disiplin kerja pegawai adalah sebagai berikut:
a. Penunjukan dan penempatan pegawai sesuai denga keahlian yang dimliki oleh pegawai tersebut
b. Pemberian tanda penghargaan atasan jasa atau perbuatan yang terpuji yang dilakukan pegawai.
c. Memberikan rangsangan kepada pegawai sehingga dapat menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.
d. Meningkatkan pengetahuan dan keahlian kepada pegawai sehingga meningkatkan kecakapan pegawai tersebut.
e. Meciptakan hubungan komunikatif yang dua arah sehinga tanggung jawab, rasa sungkan diantara pegawai tidak menjadi hambatan.
3. komunikasi yang efektif diantara pimpinan dengan bawahan. Komunikasi yang efektif dimana penyampaian pesan-pesan informasi tidak
hanya dari pemberi perintah saja, akan tetapi juga dari penerima perintah kepada pemberi perinrah. Dengan jalinan penretian yang dimaksudkan
adalah komunikasi yang disampaikan oleh pihak yang satu dan diterima oleh pihak yang lain harus mudah dimengerti.
Universitas Sumatera Utara
45
4. Penempatan pegawai Penempatan pegawai dalam suatu jabatan pada dasarnya ditentukan
menurut pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya. Jadi penempatan pegawai dalam jabatan tertentu tidaklah pilih kasih atau karena hubungan
keluarga atau persahabatan. Pada hakekatnya intansi pemerintahan menuntut penempatan setiap pegawai sesuai dengan keahlian, kemampuan
pengalaman, dan pendidikannya menurut kebutuhan intansinya.
2.3 Beberapa Pedoman dalam Pendisiplinan
Heidjrachman dan Husnan 1994:241 mengemukakan bahwa dalam pendisiplinan perlu diperhatikan beberapa pedoman sebagai barikut:
1. Pendisiplinan hendaknya dilakukan secara pribadi. Tidak seharusnya memberikan teguran kepada bawahan dihadapan banyak
orang,hal ini akan mempermalukan bawahan yang ditegur mekipun memang bersalah akibatnya bisa menimbulakn rasa dendam
2. Pendisiplinan harus bersifat membangun.
Memberikan teguran hendaklah disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya tidak berbuat lagi dengan kesalaha yang sama.
3. Pendisiplinan harus dilaksanakan dari pimpinan.
Hal itu berarti bahwa pendisiplinan dari pimpinan maka akan berpengaruh terhadap bawahan atau sebagi contoh kepada bawahan.
Universitas Sumatera Utara
46
4. Pimpinan tidak seharusnya memberiakan pendisiplinan pada waktu bawahan
sedang absen. 5.
Setelah pendisiplinan sikap pemimpin haruslah wajar. Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa pendisiplinan yang dilakukan oleh
pimpinan terhadap bawahan bukan proses yang berlarut-larut akan tetapi sudah sewajarnya diberikan oleh pimpinan kepada bawahannya dan para bawahan
menganggapnya sebagai perbaikan tindakan atas kesalahanya. Dengan demikian seorang pimpinan haruslah memperhatikan bagaimana pedoman pendisiplinan
terhadap bawahan.
2.4 Disiplin Bagi Pegawai Negeri
Dalam rangka untuk mencapai tujuan nasional diperlukan adanya pegawai negeri sebagai unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang penuh
dengan ketaatan kepada negara yang berwibawa, berdaya guna, berhasil guna, bersih, bermutui dan sadar akan tanggung jawabnya untuk mmenyelenggarakan tugas
pemerintahan dan pembangunan. Untuk membina pegawa negeri yang demikian, maka diperlukan adanya
peraturan yang memuat pokok-pokok kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati.
Universitas Sumatera Utara
47
Pada Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Peraturan Pemerintahan Nomor 30 Tahun 1980 tentang peraturan disiplin pegawai negeri sipil antara lain:
1. Peraturan disiplin pegawai negeri sipil adalah peraturan yang mengatur
kewajiban, larangan dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atu larangan dilanggar oleh pegawai.
2. Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan atau perbuatan pegawai
negeri sipil baik yang dilakukan di dalam maupun diluar kerja. 3.
Hukuman disiplin adalah hukuman yang di jatuhkan kepada pegawai negeri sipil karena melanggar peraturan disiplin.
4. Pegawai yang berwenang menghukum adalah pejabat byang diberi
wewenag menjatuhkan hukuman disiplin pegawai. 5.
Atasan pejabat yang berwenag menghukum adalah atasan langsung dari pejabat yang berwenang menghukum.
6. Perintah kedinasan adalah perintah yang diberikan oleh atasan yang
berwenang mengenai atau yang ada hubunganya dengan kedinasan. 7.
Peraturan kedinasan adalah perturan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang mengenai kedinasan atau yang ada hubungannya dengan
kedinasan.
Universitas Sumatera Utara
48
3. Hubungan Pengawasan dengan Disiplin Pegawai Dalam melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan, suatu organisasi
bagaimanapun bentuk dan bergerak di bidang apapun sudah pasti mempunyai suatu tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut banyak sekali usaha yang dilakukan,
tenaga, waktu dan dana. Agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien maka diperlukan pengawasan. Pengawasan dimaksudkan agar tujuan dan sasaran kegiatan
usaha unit-unit pemerintahan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna ynag duilaksanakan sesuai dengan tugas pokok, fungsi, rencana atau program,
pembagian dan pendelegasian tudas, rumusan kerja, pedoman pelaksanaan san peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Namun sudah menjadi tabiat manusia bahwa mereka selalu ingin bebas lepas tanpa terikat oleh peraturan apapun juga. Demikian pula halnya dalan pekerjaan, para
pegawai cenderung ingin bebas dari segala ikatan atau peraturan yang ada. Dalam keadaan inilah maka selalu diperlukan pengawasan dalam artian pengawas yang
berfungsi sebagi pendidik dan pengarah terhadap proses pelaksanaan pekerjaan. Dengan adanya pengawasan seperti demikian maka sedikit banyaknya akan terbiasa
melaksanakan pendisiplinan. Untuk melihat lebih lanjut hubungan pengawasan dengan disiplin, kita dapat
melihat pendapat Suwardi 1992:30 yang menyatakan pengawasan yang efktif manuntut tingkat kepemimpinan yang tertinggi, meliputi pembentukan moral,
Universitas Sumatera Utara
49
mengembangkan kerjasama, kemampuan menanamkan disiplin dan mengenai sifat- sifat manusia. Berdasarkan uraian diatas dapatlah disimpulkan bahwa untuk
menegakan disiplin kerja maka pengawasan sengatlah diperlukan. Karena adanya pengawasan maka para pegawai diharapkan akan dapt berbuat dan bertingkah laku
sesuai dengan yang diinginkan oleh organisasi, yang pada kahirnya akan menetukan pencapaian tujuan yang telah di tentukan sebelumnya.
F. Hipotesa
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dari
permasalahan ini penulis merumuskan hipotesa sebagai berikut: Pengawasan berpengaruh positif terhadap disiplin pegawai negeri sipil pada kantor
sekretariat DPRD kabupaten serdang bedagai.
G. Defenisi Konsep Adapun defenisi konsep yang diajukan sehubungan dengan penelitian ini
adalah: 1.
Pengawasan Yaitu keseluruhan rangkaian tindakan, kegiatan atau usaha untuk mengwasi
dan mengendalikan bawahan serta unitorganisasi kerjanya secara terus menerus demi terciptanya tata tertib kelancaran pelaksanaan tugas atau
Universitas Sumatera Utara
50
pekerjaan tercapainya tujuan secara efektif dan efisien dengan program dan ketentuan yang belaku.
2. Disiplin
Adalah perwujudan dari sikap dan tindakan para pegawai yang sesuai denga ketentuanperatuaran yang berlaku dalam rangka pelaksanaan tugas
.
H. Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: