Keadaan Stres Pada Perawat Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Umur Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Keadaan Stres Pada Perawat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 54 orang perawat yang bekerja di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara yang menjadi sampel penelitian diperoleh hasil 13 orang 24,07 yang mengalami stres dan 41 orang 75,93 tidak mengalami stres Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di Unit Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara tidak mengalami stres. Mereka bekerja dengan baik dan dapat menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan uraian tugas yang telah ditetapkan. Kesiapan dan kecakapan mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas tidak terlepas dari latar belakang pendidikan yang sudah sesuai dengan pekerjaannya dan juga tingkat pendidikan yang mereka miliki, dimana sebagian besar perawat merupakan tamatan Akademi Keperawatan yaitu sebesar 97 orang dan Sarjana Keperawatan sebanyak 15 orang

5.2. Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa dari 13 orang yang mengalami stres, sebanyak 7 orang 12,96 pada kelompok umur ≤ 41 tahun dan 6 orang 11,11 pada kelompok 41 tahun. Universitas Sumatera Utara Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa umur tidak menentukan seseorang mengalami stres. Hal ini disebabkan oleh adanya latar belakang masalah yang berbeda yang dihadapi seperti bersumber dari faktor lingkungan kerja sendiri meliputi beban kerja, tanggung jawab, hubungan interpersonal yang kurang. Faktor personal pribadi maupun kondisi sosial ekonomi keluarga, konflik masalah rumah tangga dan pekerjaan juga tak luput dari penyebabnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjana 1994 yang menyatakan bahwa tak seorangpun bisa terhindar dari stres. Bayi bisa terkena stres. Balita bisa mengalami stres. Kaum remaja juga bisa kena stres. Orang dewasa pasti mengalami stres dan juga kelompok lansia.

5.3. Gambaran Stres Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa dari 13 orang 24,07 yang mengalami stres, sebanyak 8 orang 14,81 pada kelompok yang berjenis kelamin perempuan dan 5 orang 9,26 pada kelornpok yang berjenis kelamin laki- laki. Menurut hasil penelitian, konflik peran lebih dirasakan oleh kaum perempuan daripada laki-laki. Ada beberapa fenomena sebagai hasil proses sosialisasi yang menyebabkan perbedaan tersebut. Pertama, sifat permintaan peran. Moen 1992 dalam Kurniawan 2007 mengatakan bahwa sifat permintaan peran kerja dan peran keluarga bagi perempuan adalah serentak simultaneous roles, sedangkan peran yang harus dilakukan laki-laki lebih bersifat berurutan sequential roles. Peran yang bersifat serentak memerlukan skala prioritas, sedangkan peran yang berurutan dapat Universitas Sumatera Utara dilakukan sesuai dengan kepentingan sendiri. Prioritas peran ini bisa menimbulkan konflik jika tidak sesuai dengan kepentingan sendiri. Prioritas peran ini bisa menimbulkan konflik jika tidak sesuai dengan harapan dari pelakunya. Kedua, pembagian kerja yang ambigu di dalam rumah yang tidak seimbang. Perempuan masih mempunyai tanggung jawab yang lebih tinggi terhadap peran di rumah, baik sebagai suri rumah penyapu rumah, pencuci piring, pencuci baju, pemasak d1l maupun sebagai ibu dan peran ini tidak berkurang meskipun mereka bekerja. Ketiga, majikan memisahkan urusan kerja dan rumah, artinya majikan menganggap bahwa persoalan di rumah bukan urusan tempat kerja sehingga kebijakan-kebijakan yang memperingan perempuan dalam mengurus keluarga belum diperhatikan.

5.4. Gambaran Stres Kerja berdasarkan Masa Kerja