Tinjauan Hewan coba Sharp et al, 1998 Ekstraksi dengan menggunakan penyari Depkes RI 1978

8 spinasterol. Juga mengandung 1,5 glucosida melantin yang bila di hidrolisis menghasilkan racun melantogenin. Dalam 100g biji jinten hitam mengandung: air 4g, protein 22g, lemak 41g, karbohidrat 17g, serat 8g, mineral 4,5g Na 0,5g, K 0,5g, Ca 0,2g, P 0,5g, Fe 10mg, thiamin 1,5mg, piridoksin 0,7mg, tokoperol 34mg dan niasin 6 mg.

2.1.8. Khasiat jinten hitam

Diuretik, karminatif, kencing batu, sakit gigi, bengkak karena peradangan, kelelahan, cacingan, masalah kulit seperti jerawat, haid, menambah ASI pada wanita menyusui, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, Khasiat lainnya adalah mengurangi berat badan dan lingkar perut, menurunkan tekanan darah, gula darah puasa, trigiliserida dan kolesterol HDL, asam urat, hipoglikemik Al-Hader et al., 1993.

2.2. Tinjauan Hewan coba Sharp et al, 1998

Klasifikasi hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah : Regnum : Animalia Filum : Chordata Kelas :Mamalia Bangsa : Rhodenta Keluarga : Muridae Anak Keluarga : Murinae Marga : Rattus Jenis : R. Norvegicus 9 Ratus norvegicus merupakan salah satu species tikus yang paling umum di jumpai dirpekotaan. Hasil seleksi pada hewan ini sering digunakan sebagai hewan percobaan yang dikenal dengan tikus putih dan sebagai hewan peliharaaan dengan warna yang bervariasi.

2.3. Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau sebagian pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tesisa perlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.Depkes RI, 1994 Ekstraksi adalah suatu proses penarikan kandungan kimia yang larut sehingga dapat terpisah dari bahan – bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut cair. Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa akif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut dan diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.Harbone,1996 Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang sebagai bahan awal dianalogkan dengan komoditi bahan baku obat yang dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi bahan antara atau produk jadi . Ekstrak sebagai bahan anatara berarti masih menjadi bahan yang dapat diproses lagi menjadi fraksi – fraksi, isolat senyawa tunggal ataupun tetap sebagai campuan dengan ekstrak lain, ekstrak sebagai produk 10 jadi berarti ekstrak yang berada didalam sediaan obat jadi siap digunakan oleh penderita. Prinsip yang sangat penting dalam ekstrak adalah bahwa suatu zat akan terekstraksi efektif jika ekstraksi dilakukan berulang - ulang dengan menggunakan pelarut dalam jumlah yang lebih kecil daripada hanya satu atau dua kali ekstraksi dengan jumlah yang besar. Ekstrak dikelompokan atas dasar sifatnya, yaitu Voight, 2005 : a. Ekstak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan dapat dituang. b. Ekstrak kental adalah sediaan yang liat dalam keadaan dingindan tidak dapat di tuang. Kandungan air berjumlah sampai 30. c. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan mudah di tuang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5 . d. Ekstrak cair adalah ekstrak yang di buat sedemikian rupa sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair. Proses ekstraksi dapat melalui tahap mejadi : pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian dan pemekatanDepkes RI, 1978, 1986

2.3.1. Pembuatan serbuk

Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari semakin luas. Kehalusan serbuk akan mempermudah proses penyarian. Tetapi serbuk yang terlalu halus akan merusak sel dinding sel sehingga akan merusak zat 11 aktif pada simplisia tersebut dan zat yang tidak diinginkan pun dapat ikut masuk ke dalam hasil penyarian.

2.3.2. Pembasahan

Pembasahan serbuk dilakukan pada penyarian. Dimaksudkan memberi kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnyaDepkes, 1978

2.3.3. Penyari Pelarut

Cairan penyari yang di gunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah penyari yang baik untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif. Penyari tersebut harus dipisahkan dari bahan da dari kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa yang diinginkan. Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan penyari adalah selektifitas, ekonomis, dan kemudahan bekerjaDepkes RI 1978 Macam-macam metode penyarian dalam ekstraksi yang dapat di lakukan ialah :

a. Ekstraksi dengan menggunakan penyari Depkes RI 1978

1. MaserasiDepkes 2001 Maserasi adalah proses pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar secara teknologi 12 termasuk ekstraksi dengan metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. 2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari akan menarik zat aktif dalam sel-sel yang terdapat dalam simplisia. 3. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut sampai pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. 4. Sokhletasi Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan penyari yang berbeda. Umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi berlanjut sampai jumlah penyari relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 13 5. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinyu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperature ruangan, secara umum dilakukan pada temperature 40 o C-50 o C. 6. Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air mendidih, temperature terukur 96 o C - 98 o C selama waktu tertentu 15-20 menit. Infus pada umumnya digunakan untuk menarik atau mengekstraksi zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Hasil dari ekstrak ini akan menghasilkan zat aktif yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang, sehingga ekstrak yang diperoleh dengan infus tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. 7. Dekok Dekok adalah infus yang waktunya lebih lama lebih dari 30 menit dan temperatur sampai titik didih air. Cara ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana Bahan yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope umumnya terpotong – potong atau diserbuk kasarkan disatukan dengan bahan ekstraksi. Waktu maserasi berbeda–beda, masing–masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Voight, 1995 14

b. Destilasi uap

Dokumen yang terkait

Uji efek hipoglikkemik ekstrak etanol gambir (uncaria gambir, roxb) pada tikus putih jantan dengan metode induksi aloksan dan toleransi glukosa

1 11 136

Uji efek penurunan glukosa darah ekstrak etanol ganggang (Gracilaria verrucosa) dan (Kappaphycus alvarezii) dengan metode toleransi glukosa oral dan metode induksi aloksan

0 11 135

Uji Efek Antihiperglikemia Ekstrak Etil Asetat Lumut Hati Mastigophora diclados Dengan Metode Induksi Aloksan

2 16 75

Uji efek antiinflamasi fraksi etil asetat ekstrak alfalfa (medicago sativa) pada tikus putih jantan yang diinduksi karagenin.

0 0 8

AKTIVITAS ANTIDIABETES FRAKSI N-HEKSAN, ETIL ASETAT, DAN AIR DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis.) PADA MENCIT JANTAN DENGAN METODE UJI TOLERANSI GLUKOSA.

0 0 3

UJI EFEK ANTIDIABETES OLEUM AZADIRACHTAE SEMEN PADA TIKUS PUTIH JANTAN DENGAN INDUKSI ALOKSAN

0 0 18

PENGARUH FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (PIPER CROCATUM LINN.) TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN DENGAN METODE UJI TOLERANSI GLUKOSA

0 0 14

PENGARUH FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN DENGAN METODE UJI TOLERANSI GLUKOSA

0 0 13

PENGARUH FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN DENGAN METODE UJI TOLERANSI GLUKOSA

0 0 16

Pengaruh fraksi etil asetat ekstrak etanol daun alpukat (Persea americana mill.) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan dengan metode uji toleransi glukosa [CD-ROM] - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 24