8
spinasterol. Juga mengandung 1,5 glucosida melantin yang bila di hidrolisis menghasilkan racun melantogenin.
Dalam 100g biji jinten hitam mengandung: air 4g, protein 22g, lemak 41g, karbohidrat 17g, serat 8g, mineral 4,5g Na 0,5g, K 0,5g, Ca
0,2g, P 0,5g, Fe 10mg, thiamin 1,5mg, piridoksin 0,7mg, tokoperol 34mg dan niasin 6 mg.
2.1.8. Khasiat jinten hitam
Diuretik, karminatif, kencing batu, sakit gigi, bengkak karena peradangan, kelelahan, cacingan, masalah kulit seperti jerawat, haid,
menambah ASI pada wanita menyusui, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, Khasiat lainnya adalah mengurangi berat badan dan lingkar perut,
menurunkan tekanan darah, gula darah puasa, trigiliserida dan kolesterol HDL, asam urat, hipoglikemik Al-Hader et al., 1993.
2.2. Tinjauan Hewan coba Sharp et al, 1998
Klasifikasi hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah : Regnum
: Animalia Filum
: Chordata Kelas
:Mamalia Bangsa
: Rhodenta Keluarga
: Muridae Anak Keluarga
: Murinae Marga
: Rattus Jenis
: R. Norvegicus
9
Ratus norvegicus merupakan salah satu species tikus yang paling umum di jumpai dirpekotaan. Hasil seleksi pada hewan ini sering digunakan
sebagai hewan percobaan yang dikenal dengan tikus putih dan sebagai hewan peliharaaan dengan warna yang bervariasi.
2.3. Ekstrak dan Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau sebagian pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tesisa perlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang
telah ditetapkan.Depkes RI, 1994 Ekstraksi adalah suatu proses penarikan kandungan kimia yang larut
sehingga dapat terpisah dari bahan – bahan yang tidak larut dengan menggunakan pelarut cair. Ekstrak merupakan sediaan kental yang
diperoleh dengan mengekstraksi senyawa akif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut dan diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.Harbone,1996
Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang sebagai bahan awal dianalogkan dengan komoditi bahan baku
obat yang dengan teknologi fitofarmasi diproses menjadi bahan antara atau produk jadi . Ekstrak sebagai bahan anatara berarti masih menjadi bahan
yang dapat diproses lagi menjadi fraksi – fraksi, isolat senyawa tunggal ataupun tetap sebagai campuan dengan ekstrak lain, ekstrak sebagai produk
10
jadi berarti ekstrak yang berada didalam sediaan obat jadi siap digunakan oleh penderita.
Prinsip yang sangat penting dalam ekstrak adalah bahwa suatu zat akan terekstraksi efektif jika ekstraksi dilakukan berulang - ulang dengan
menggunakan pelarut dalam jumlah yang lebih kecil daripada hanya satu atau dua kali ekstraksi dengan jumlah yang besar.
Ekstrak dikelompokan atas dasar sifatnya, yaitu Voight, 2005 : a.
Ekstak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan dapat dituang.
b. Ekstrak kental adalah sediaan yang liat dalam keadaan dingindan tidak
dapat di tuang. Kandungan air berjumlah sampai 30. c.
Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan mudah di tuang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih
dari 5 . d.
Ekstrak cair adalah ekstrak yang di buat sedemikian rupa sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair.
Proses ekstraksi dapat melalui tahap mejadi : pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian dan pemekatanDepkes RI, 1978, 1986
2.3.1. Pembuatan serbuk
Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari semakin luas.
Kehalusan serbuk akan mempermudah proses penyarian. Tetapi serbuk yang terlalu halus akan merusak sel dinding sel sehingga akan merusak zat
11
aktif pada simplisia tersebut dan zat yang tidak diinginkan pun dapat ikut masuk ke dalam hasil penyarian.
2.3.2. Pembasahan
Pembasahan serbuk dilakukan pada penyarian. Dimaksudkan memberi kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki
pori-pori dalam
simplisia sehingga
mempermudah penyarian
selanjutnyaDepkes, 1978
2.3.3. Penyari Pelarut
Cairan penyari yang di gunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah penyari yang baik untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau
aktif. Penyari tersebut harus dipisahkan dari bahan da dari kandungan lainnya, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa yang
diinginkan. Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan penyari adalah selektifitas, ekonomis, dan kemudahan bekerjaDepkes RI
1978 Macam-macam metode penyarian dalam ekstraksi yang dapat di
lakukan ialah :
a. Ekstraksi dengan menggunakan penyari Depkes RI 1978
1. MaserasiDepkes 2001
Maserasi adalah proses pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan kamar secara teknologi
12
termasuk ekstraksi dengan metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction yang umumnya dilakukan
pada temperatur ruangan. Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana silinder, yang
bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari akan menarik zat aktif dalam sel-sel yang terdapat dalam simplisia.
3. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut sampai pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama
sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
4. Sokhletasi
Sokhlet adalah ekstraksi menggunakan penyari yang berbeda. Umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi berlanjut sampai jumlah penyari relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
13
5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinyu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperature
ruangan, secara umum dilakukan pada temperature 40
o
C-50
o
C. 6.
Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
penangas air mendidih, temperature terukur 96
o
C - 98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit. Infus pada umumnya digunakan
untuk menarik atau mengekstraksi zat aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Hasil dari ekstrak ini akan menghasilkan
zat aktif yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang, sehingga ekstrak yang diperoleh dengan infus tidak boleh
disimpan lebih dari 24 jam. 7.
Dekok Dekok adalah infus yang waktunya lebih lama lebih dari
30 menit dan temperatur sampai titik didih air. Cara ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
maserasi. Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana Bahan yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope umumnya terpotong
– potong atau diserbuk kasarkan disatukan dengan bahan ekstraksi. Waktu
maserasi berbeda–beda,
masing–masing farmakope
mencantumkan 4-10 hari. Voight, 1995
14
b. Destilasi uap