c. Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
d. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri berdasarkan usulan BSNP.
54
Selain itu, dalam PP No. 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan dijelaskan pada Pasal 3, yaitu:
1 Biaya pendidikan terdiri atas biaya satuan pendidikan dan biaya
penyelenggaraan danatau pengelolaan pendidikan, dan biaya pribadi peserta didik.
2 Biaya satuan pendidikan, meliputi:
a. Biaya investasi terdiri atas biaya investasi lahan pendidikan dan
biaya investasi selain lahan pendidikan. b.
Biaya operasi yang terdiri atas biaya personalia dan biaya non personalia.
c. Bantuan biaya pendidikan.
d. Beasiswa.
3 Biaya penyelenggaraan danatau pengelolaan pendidikan, meliputi:
a. Biaya investasi terdiri dari biaya investasi lahan pendidikan dan
biaya investasi selain lahan pendidikan. b.
Biaya operasi terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia. 4
Biaya personalia, meliputi: a.
Biaya personalia satuan pendidikan terdiri atas: gaji pokok bagi pegawai, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan struktural
bagi pejabat struktural, tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional, tunjangan fungsional bagi guru dan dosen, tunjangan
profesi bagi guru dan dosen, tunjangan khusus bagi guru dan dosen, maslahat tambahan bagi guru dan dosen, tunjangan kehormatan
bagi dosen yang mmiliki jabatan professor atau guru besar.
b. Biaya personalia penyelenggaran danatau pengelolaan pendidikan
terdiri atas gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan struktural bagi pejabat struktural, tunjangan fungsional bagi pejabat
fungsional.
55
E. Manajemen Pembiayaan Pendidikan
54
Redaksi Sinar Grafika, Permendiknas 2006 tentang SI dan SKL, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, Cet. II, h. 202-203.
55
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan,op.cit., 2-4.
Penyelenggaraan pendidikan membutuhkan investasi dana yang tidak sedikit. Agar investasi tersebut tepat sasaran membutuhkan pengelolaan
secara efektif dan efisien. Manajemen pembiayaan pendidikan yaitu semua kegiatan yang
berkenaan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan. Memahami pengertian di
atas bahwa manajemen memiliki tiga tahapan penting, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian. Pada dasarnya
manajemen pembiayaan di lembaga pendidikan diturunkan dari konsep manajemen yang telah diuraikan sebelumnya. Menurut Thomas H. Jones
manajemen pembiayaan meliputi tiga fase, yaitu financial planning, implementation involves accounting, dan evaluation involves auditing.
56
Tahap pertama yang lebih dikenal dengan budgeting memiliki fungsi sebagai kegiatan pengkoordinasian semua sumber daya yang tersedia untuk mencapai
sasaran yang diinginkan. Tahap kedua memfokuskan pada pelaksanaan anggaran yaitu kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat. Tahap ketiga
lebih memfokuskan pada kegiatan pertanggungjawaban penerimaan dan penggunaan dana.
Berdasarkan pendapat tersebut maka proses pembiayaan pendidikan di lembaga pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 Perencanaan Anggaran
Tahap pertama Financial Planning atau lebih dikenal dengan sebutan budgeting yaitu kegiatan pengkoordinasian semua sumber daya yang tersedia
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara sistematis. Budgeting menurut Henry Fayol adalah pendanaan yang dibutuhkan
untuk setiap kegiatan yang biasanya telah ada dalam perencanaan.
57
Pendapat lain mengenai anggaran adalah “rencana yang diformulasikan dalam bentuk rupiah untuk jangka waktu tertentu periode, serta alokasi
sumber-sumber kepada setiap bagian aktivitas.”
58
56
Mulyasa, op.cit., h. 48-49.
57
Rohiat, Manajemen Sekolah, Bandung: PT Refika Aditama, 2009, Cet. II, h. 18.
Mengutip penjelasan Nanang Fattah, “anggaran merupakan rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang
yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Anggaran memuat tentang kegiatan
atau program yang akan dilaksanakan dinyatakan dalam unit satuan moneter.”
59
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa anggaran merupakan proses perencanaan tentang suatu kegiatan yang akan dilakukan
dalam waktu tertentu dan dinyatakan dalam bentuk uang untuk pencapaian sasaran yang tepat. Sebenarnya anggaran itu tidak semata-mata berkaitan
dengan moneter, namun juga memberi gambaran terkait dengan program yang akan dilaksanakan dalam periode tertentu.
Fungsi Anggaran
Keberadaan anggaran dalam lembaga pendidikan memiliki beberapa fungsi. Nanang Fattah mengungkapkan fungsi-fungsi Anggaran, sebagai
berikut: 1
Fungsi perencanaan 2
Fungsi pengendalian 3
Fungsi alat bantu manajemen mengarahkan suatu lembaga menempatkannya pada posisi yang kuat atau lemah.
60
Anggaran memiliki fungsi yang sangat penting dalam mencerminkan kekuatan lembagaorganisasi dalam mencapai tujuan secara efektif dan
efisien. Anggaran terdiri dari dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Yang dimaksud dengan sisi penerimaan adalah sejumlah dana yang diperoleh lembaga dari beberapa sumber dana, seperti pemerintah, orang tua,
58
Muhaimin, Suti’ah, dan Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2010, Cet. II, h. 357.
59
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, op.cit., h. 47.
60
Suharsaputra, op.cit., h. 265.
masyarakat dan sumber lainnya. Sedang sisi pengeluaran adalah penentuan besarnya biaya pendidikan untuk setiap komponen yang harus dibiayai.
Asas-asas dalam Anggaran
Uang merupakan benda ekonomi yang cara memperolehnya tidak mudah, artinya diperlukan pengorbanan untuk mendapatkannya. Begitu pula dalam
sebuah organisasi khususnya pendidikan, uang sebagai sumber pembiayaan pendidikan perlu dikelola dengan baik. Oleh karena itu, perlu ada ketentuan
atau asas yang dapat mengatur agar uang yang telah dijatahkan dapat digunakan tepat sasaran. Berpedoman pada ketentuan atau asas-asas
anggaran tersebut adalah: a Asas plafond, artinya bahwa anggaran belanja tidak boleh melebihi
jumlah tertinggi yang telah ditentukan. Misalnya anggaran untuk untuk pelatihan guru tahun ini sebesar delapan juta rupiah, apabila
dana tersebut tidak mencukupi maka dapat diajukan kembali kedalam anggaran tahun berikutnya.
b Asas pengeluaran berdasarkan mata anggaran, artinya bahwa “pengeluaran pembelanjaan harus didasarkan atas mata anggaran yang
telah ditetapkan.”
61
Misalnya pembelian ATK sudah dijatahkan sebesar tiga juta rupiah, jika tidak cukup maka tidak bisa semaunya
menggeser uang pelatihan guru untuk menutupi kekurangan anggaran pembelian ATK tersebut.
c Asas tidak langsung yaitu suatu ketetapan bahwa setiap penerimaan uang tidak boleh secara langsung digunakan untuk suatu keperluan
pengeluaran. Misalnya seluruh uang yang masuk dari sumber-sumber dana harus disetorkan terlebih dahulu kepada bendahara agar
pengalokasian dana untuk penyelenggraan pendidikan dapat dipertanggungjawabkan.
61
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Rajawali Pers, 1993, Cet. II,. h. 92.
Prinsip-prinsip dan Prosedur Penyusunan Anggaran
Prinsip-prinsip penyusunan anggaran apabila dikaitkan dengan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian menurut Nanang Fattah adalah
sebagai berikut: • Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam
sistem manajemen organisasi. • Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakan anggaran.
• Adanya dukungan dari pelaksana dari tingkat atas sampai tingkat yang paling bawah.
62
Di dalam anggaran yang disusun harus memuat informasidata minimal tentang; informasi dan rencana kegiatan, uraian kegiatan program, informasi
kebutuhan, data kebutuhan, jumlah anggaran, dan sumber dana. Persoalan penting dalam penyusunan anggaran adalah bagaimana
memanfaatkan dana secara efisien dan efektif. Itulah sebabnya dalam penyusunan anggaran memerlukan tahapan-tahapan yang sistematik. Tahapan
penyusunan anggaran sebagai berikut: 1.
Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. 2.
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan uang, jasa dan barang. 3.
Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang sebab anggaran pada dasarnya merupakan pernyataan finansial.
4. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui dan
dipergunakan oleh instansi tertentu. 5.
Menyusun usulan Anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwenang.
6. Melakukan revisi usulan anggaran.
7. Persetujuan revisi usulan anggaran.
8. Pengesahan anggaran.
63
Proses penyusunan anggaran membutuhkan data yang akurat dan lengkap sehingga semua perencanaan kebutuhan untuk masa yang akan datang dapat
diantisipasi dalam rencana anggaran. Proses tersebut melibatkan pimpinan tiap-tiap unit organisasi. Pada dasarnya, penyusunan anggaran merupakan
kesepakatan antara puncak pimpinan dengan pimpinan dibawahnya untuk menentukan besarnya alokasi biaya suatu penganggaran.
62
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen, op.cit., h. 260.
63
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaann Pendidikan, op.cit., h. 50.
2 Pelaksanaan Anggaran.
Tahap kedua, pelaksanaan anggaran adalah kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat dan dapat dilakukan penyesuaian jika diperlukan.
Pelaksanaan baru bisa dilakukan apabila telah mendapat persetujuan pemimpin. Pelaksanaan anggaran bukan kegiatan yang mudah, setiap
penerimaan dan penggunaan biaya harus dilakukan pembukuan accounting yang tertib sesuai peraturan yang berlaku. Seyogyanya manajerkepala
sekolah harus bertanggung jawab terhadap jalannya pelaksanaan anggaran tersebut agar tercipta akuntabilitas.
Accounting atau akuntansi sebagaimana pendapat Arens Loebbecke merupakan “proses pencatatan, pengelompokkan pengikhtisaran kejadian-
kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan.”
64
Kegiatan akuntansi membutuhkan sistem akuntansi yang benar. Sistem akuntansi tersebut bertujuan untuk memastikan data keuangan dan transaksi
kegiatan diinputkan secara tepat ke dalam catatan akuntansi, sehingga apabila laporan keuangan tersebut dibutuhkan dapat lebih akurat dan tepat waktu.
Beberapa hal terkait dengan komponen-komponen yang harus dibiayai oleh sekolah, terdiri dari:
a. Biaya rutin
1 gaji pegawai,
2 biaya pemeliharaan gedung,
3 biaya operasional,
4 fasilitas dan alat-alat pengajaran barang habis pakai,
5 dan sebagainya.
b. Biaya pembangunan
1 biaya pembangunan fisik,
2 pembelian tanah,
3 perbaikan gedung,
4 biaya lain untuk pembelian barang-barang tidak habis pakai.
65
64
Tim Dosen Administrasi UPI, op.cit., h. 265.
65
Mulyasa, op.cit., h. 48.
Dana yang telah diterima oleh sekolah harus dialokasikan sesuai dengan ketentuan pemerintah, seperti SPP, DPP, serta dana BOS.
Berdasarkan SKB Mendikbud dan Menkeu No. 0585K1997 dan No. 590kmk. 03031987, tanggal 24-9-1987 tentang penggunaan SPP
Sumbangan Pembinaan Pendidikan dan DPP Dana Penunjang Pendidikan meliputi:
• Untuk pelaksanaan pelajaran sekolah • Untuk tata usaha sekolah
• Untuk perbaikan sarana • Untuk kesejahteraan pegawai sekolah
• Untuk pekan olahraga dan seni PORSENI • Untuk pengadaan buku rapor
• Untuk penyelenggaraan EBTA dan STTB • Untuk supervisi
• Untuk pembinaan pengelolaan SubsidiBantuan • Untuk pendataan
66
Sejak tahun 2005 dana BOS telah dialokasikan baik ke sekolah negeri maupun sekolah swasta. Alokasi dana BOS pada tahun anggaran 2012 untuk
SD sebesar Rp. 580.000 per siswa per tahun dan SMP sebesar Rp. 710.000,- per siswa per tahun.
67
Bagi setiap sekolah dana BOS hanya dapat dialokasikan sesuai dengan Buku Panduan 2006, yaitu:
1. Pembiayaan kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru:
Biaya pendaftaran, Penggandaan formulir, Administrasi pendaftaran, Pendaftaran ulang, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan
kegiatan tersebut.
2. Pembelian buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi di
perpustakaan. 3.
Pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran, gula,
kopi dan teh untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah. 4.
Pembiayaan kegiatan kesiswaan: program remedial, program pengayaan, olah raga kesenian, karya ilmiah remaja, palang merah remaja dan
sejenisnya.
66
Jusuf Enoch, Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet. II, h. 192.
67
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Tentang BOS, 2012,www.bos.kemdikbud.go.id.
5. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan
hasil belajar siswa. 6.
Pengembangan profesi guru: pelatihan, KKGMGMP, dan KKKSMKKS. 7.
Pembiayaan perawatan sekolah: pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler dan perawatan lainnya.
8. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon termasuk untuk
pemasangan baru jika sudah ada jaringan disekitar sekolah. 9.
Pembiayaan honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer sekolah. tambahan insentif untuk kesejahteraan guru dan tenaga
kependidikan sekolah ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah daerah. 10.
Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah.
11. Khusus untuk pesantren salafiyah dan sekolah agama non Islam dana
BOS dapat digunakan untuk biaya asramapondokan dan pembelian peralatan ibadah.
12. Pembiayaan pengelolaan BOS: ATK, pengandaan, surat menyurat dan
penyusunan laporan. 13.
Bila seluruh komponen komponen di atas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih terdapat sisa dana BOS tersebut dapat digunakan
untuk membeli alat peraga, media pembelajaran.
68
3 Pengawasan Anggaran
Tahap ketiga dalam manajemen biaya adalah pengawasan anggaran.
Pengawasan adalah proses pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin pekerjaan yang sedang dilakukan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Sedang yang dimaksud dengan “pengawasan anggaran adalah suatu sistem penggunaan bentuk-
bentuk sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial dengan melakukan perbandingan pelaksanaan
nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.”
69
Pada dasarnya, pengawasan anggaran bertujuan untuk mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya, dan tingkat penggunaannya.
Diharapkan pengawasan anggaran tidak hanya berfungsi untuk menilai sebuah kegiatan berjalan atau tidak sesuai rencana namun perlu ada timbal
balik feed back dari hasil pengawasan. Hal pokok dari pengawasan adalah
68
Suryanto, dkk., op. cit., h. 19-20.
69
Hani Handoko, op.cit., h. 378.
untuk mengetahui sejauhmana tingkat efektifitas dan efisiensi sumber dana yang tersedia.
Prinsip-Prinsip pengawasan
Dalam kebijakan umum pengawasan Departemen Pendidikan dan kebudayaan Rakernas, 1999, dinyatakan bahwa sistem pengawasan harus
berorientasi kepada hal-hal berikut: a
Sistem pengawasan fungsional b
Hasil temuan pengawasan harus ditindaklanjuti c
Pengawasan hendaknya lebih diarahkan pada bidang-bidang yang strategis d
Pengawasan hendaknya memberi dampak terhadap penyelesaian masalah e
Pengawasan dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten f
Akurat g
Tepat waktu h
Objektif dan komprehensif i
Tidak mengakibatkan pemborosan. j
Pengawasan bertujuan untuk menyamakan rencana atau keputusan yang telah dibuat.
k Pengawasan harus mampu mengoreksi dan menilai pelaksanaan pekerjaan
sesuai rencana semula.
70
Pendapat Nanang Fattah bahwa proses pengawasan terdiri dari kegiatan pokok, diantaranya:
1 Memantau
2 Menilai, dan
3 Melaporkan
71
Proses pengawasan anggaran dapat digambarkan sebagai berikut:
INPUT PROSES
Tahap-tahap yang harus dilakukan dalam proses pengawasan yaitu:
70
Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, op.cit.,, h. 65-66.
71
Ibid, h. 66
Kinerja Aktual Monitoring- Evaluasi- Laporan
Rekomendasi
1 Membuat patokan yang dipergunakan berupa ukuran kuantitas, kualitas,
biaya dan waktu, sehingga pengawasan fokus pada apa yang ingin dinilai; 2
Mengukur dan membandingkan antara realita yang terjadi di lapangan dengan standar yang telah ditetapkan;
3 Identifikasi penyimpangan;
4 Menentukan tindakan perbaikan yang kemudian menjadi materi
rekomendasi.
Cara-cara mengawasi
Supaya pengawasan yang dilakukan oleh seorang atasan efektif, maka haruslah terkumpul fakta-fakta di tangan pemimpin yanag bersangkutan.
Guna pengawasan seperti ini, ada beberapa cara untuk mengumpulkan fakta- fakta, yaitu:
1. Peninjauan pribadi,
2. Interview atau lisan,
3. Laporan tertulis,
4. Laporan dan pengawasan kepada hal-hal yang bersifat istimewa.
72
Pertama, peninjauan pribadi personal inspection adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi sehingga dapat dilihat sendiri
pelaksanaan pekerjaan. Kedua, lisan yaitu pengawasan yang dilakukan dengan mengumpulkan
fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan. Ketiga, laporan tertulis merupakan suatu pertanggungjawaban kepada
atasan mengenai pekerjaan yang dilaksanakannya sesuai dengan intruksi dan tugas-tugas yang diberikan atasan kepadanya.
Keempat, pengawasan kepada hal-hal yang bersifat istimewa adalah suatu sistem pengawasan yang ditujukan apabila ditemui peristiwa-peristiwa
yang khusus.
72
Manullang, op.cit., h.132
Dalam pengawasan anggaran biasanya dilakukan oleh pihak luar lembaga, seperti BPK dan pimpinan langsung terhadap penerimaan dan
pengeluaran biaya yang dilakukan.
KERANGKA BERFIKIR
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia berkualitas
sehingga kelak dapat berkontribusi dalam membangun bangsanya. Berbagai sumber daya saling
mendukung dalam menunjang pencapaian tujuan pendidikan yang efektif dan efisien. Salah satu sumber daya yang memiliki peran penting adalah uang.
Uang sebagai barang ekonomi yang cara perolehannya membutuhkan pengorbanan perlu pengolaaan atau manajemen yang baik, agar dana-dana
yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Manajemen pembiayaan secara efisien dan efektif merupakan suatu kegiatan yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan, karena tahapan pengelolaan pembiayaan yang baik akan menentukan kegiatan sekolah dapat terselenggara dengan baik.
Salah satu yang paling menentukan dalam manajemen pembiayaan adalah pengelolaan pembiayaan pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Apabila langkah-langkah manajemen tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka tujuan pendidikan
akan dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien.
Lembaga Pendidikan
Manajemen Pembiayaan
Tujuan Pendidikan Pelaksanaan
Pengorganisasian Perencanaan
Pengawasan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pelaksanaan manajemen pembiayaan di Sekolah Dasar Juara
Rumah Zakat Kebagusan-Jakarta Selatan. 2.
Mengetahui kendala dan upaya yang dilakukan oleh SD Juara Rumah Zakat Kebagusan-Jakarta Selatan dalam manajemen pembiayaan
pendidikan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Juara Rumah Zakat yang berlokasi di Jalan Joe Kebagusan Dalam I No. 4 Rt 00704 Kebagusan Pasar
Minggu-Jakarta Selatan. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
No Jenis Kegiatan
Keterangan 1.
Persetujuan Judul September 2012
2. Konsultasi dengan Pembimbing
September 2012 3.
Pendekatan ke Sekolah Agustus 2012
4. Meminta Izin ke Sekolah
Juli 2013 5.
Pengumpulan Data Juli 2013
6. Pengolahan dan Analisis Data
September 2013