Pemidanaan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak

saat ini sedang marak. Dari situ ia berkenalan dengan korban-korbannya, kemudianmengajak sang korban untuk bertemu dan memperkosa korbannya. Karena kasus kekerasan seksual pada anak sangat memprihatinkan danmembahayakan,kebanyakan dari ibu-ibu yang memiliki anak merasa resah dan ketakutan jika anak merekamenjadi korban dari kekerasan seksual tersebut. Kadangkala kebanyakan dari merekamenganggap masalah ini sangatlah serius untuk ditanggapi. Jika tidak maka bukan tidakmungkin hal itu akan mengganggu aktifitas mereka sehari-hari. Hal yang perlu diperhatikanoleh ibu-ibu adalah memperhatikan orang-orang dianggap mencurigakan ketika mendekatianak dan berhati-hati terhadap kebaikan orang ketika mendekati anak.

E. Pemidanaan Kasus Kekerasan Seksual Terhadap Anak

Setelah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa kasus kekerasan seksual terhadap anak kian merajalela, hal demikian telah memberikan cedera kepada anak sebagai generasi untuk melanjutkan kiprahnya sebagai manusia yang utuh. Secara spesifik, upaya pemidanaan terhadap kasus kekerasan seksual atau pelecehan terhadap anak telah diatur dalam beberapa peraturan nasional, yaitu KUHP, KUHAP, UU No. 23 Tahun Tahun 2002 Tentang Perlidungan Anak dan UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP dan Undang- Undang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002 telah dijelaskan bahwa tindak pidana pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur merupakan sebuah kejahatan kesusilaan yang bagi pelakunya harus diberikan hukuman yang setimpal. Maksudnya dengan dijatuhkan hukuman kepada si pelaku sehingga dapat kiranya tindakan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur dapat dicegah sehingga perbuatan tersebut tidak terjadi lagi. Adapun dalam KUHP, pasal- pasal yang mengatur tentang hukuman bagi pelaku pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur terdapat dalam pasal 287, dan 292 KUHP: Pasal 287 ayat 1 KUHP berbunyi: “Barang siapa bersetubuh dengan seorang perempuan di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau umurnya tidak jelas, bahwa ia belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”. Tapi apabila perbuatan persetubuhan itu menimbulkan luka-luka atau kematian maka bagi sipelaku dijatuhkan hukuman penjara lima belas tahun, sebagai mana yang telah ditetapakan dalam pasal 291 KUHP. 21 Adapun bunyi Pasal 292 KUHP, yaitu: “Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun. 22 Sedangkan di dalam Undang -Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, ada dua pasal yang mengatur tentang ancaman hukuman 21 R. Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP: Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006, hal. 173. 22 R. Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP: Dilengkapi Yurisprudensi Mahkamah Agung dan Hoge Raad, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006, hal. 175 bagi pelaku pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur yaitu pasal 81 dan pasal 82.Pasal 81 yang bunyinya: “Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan paling singkat 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp.300. 000. 000, 00 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 enam puluh juta rupiah. ” 23 Adapun Pasal 82 yang bunyinya: Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 lima belas tahun dan paling singkat 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp.300. 000. 000, 00 tiga ratus juta rupiah dan paling sedikit Rp. 60. 000. 000, 00 enam puluh juta rupiah. 24 Dari paparan pasal- pasal tentang hukuman bagi pelaku yang dewasa terhadap pelecehan seksual ataupun kekerasan seksual pada anak di bawah umur, maka dapat disimpulkan bahwa hukuman bagi si pelaku bervariasi, bergantung kepada perbuatannya yaitu apabila perbuatan tersebut menimbulkan luka berat seperti tidak berfungsinya alat reproduksi atau menimbulkan kematian maka hukuman bagi si pelaku akan lebih berat yaitu 15 tahun penjara. Tetapi apabila tidak menimbulkan luka berat maka hukuman yang dikenakan bagi si pelaku adalah hukuman ringan. 23 Undang-Undang Republik Indonesia No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.Jakarta: Asa Mandiri, 2002, hal. 22 24 Undang-Undang Republik Indonesia No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.Jakarta: Asa Mandiri, 2002 hal. 23. Berbeda dengan pemidanaannya anak-anakm hal tersebut diatur tersendiri dalam Undang-udang.Pengaturan tentang anak yang berkaitan dengan pemidanaan atau berhadapan dengan hukum dijelaskan dalam Undang-undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradadilan Anak, bahwa pemidanaan kasus yang berkaitan dengan anak, secara umum dapat dibagi tiga bagian: yaitu anak sebagai korban, anak sebagai pelaku dan anak sebagai saksi yaitu anak yang telah berumur 12 dua belas tahun, tetapi belum berumur 18 delapan belas tahun. Jika antara korban dan pelaku masih berumur 12 dan belum berumur 18 tahun maka menurut UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradadilan Anak lebih mengedepankan keadilan restoratif yaitu penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelakukorban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. 25 Dan diupayakan dalam menyelesaikan perkara tersebut antara pelaku dan korban masih dalam kategori anak pada asas diversitas yaitu pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. 26 25 Undang-undang No 11 Tahun 2012 Sistem Peradilan Anak 26 Undang-undang No 11 Tahun 2012 Sistem Peradilan Anak 58

BAB IV EFEKTIVITAS KINERJA KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA