Perkembangan Variabel Ekonomi Makro

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Perkembangan Variabel Ekonomi Makro

Sepanjang tahun 2009, Bank Indonesia secara terukur menerapkan stance kebijakan moneter longgar guna mendorong pemulihan ekonomi nasional. Di tengah tekanan inflasi yang masih rendah, kebijakan moneter diupayakan untuk merespons secara terukur perkembangan ekonomi yang terjadi. Respons tersebut ditujukan tidak hanya untuk meminimalkan dampak negatif gejolak perekonomian global, namun juga untuk menjaga ketahanan makro ekonomi dan sistem keuangan domestik sebagai basis guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Pilihan stance ini sejalan dengan penerapan kerangka kerja ITF yang cukup fleksibel dalam mengupayakan keselarasan antara pencapaian target inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam 5 tahun terakhir Memasuki 5 Tahun Penerapan ITF di Indonesia: Keberhasilan dan Tantangan. Stance kebijakan moneter longgar yang dilakukan secara terukur tampak pada perkembangan BI Rate yang cenderung menurun dengan kecepatan bervariasi dalam tiga periode berbeda. Penetapan BI Rate pada ketiga episode tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan secara menyeluruh berbagai kondisi terkini dan prospek perekonomian ke depan. Episode pertama adalah Januari-Maret 2009 yaitu penurunan BI Rate dilakukan cukup agresif sebesar 50 bps setiap bulan. Respons penurunan BI Rate yang agresif ini ditempuh dengan mempertimbangkan tekanan pada sistem p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara keuangan yang masih tinggi dan tren perlambatan pertumbuhan ekonomi yang masih berlanjut, sedangkan tekanan inflasi ke depan diperkirakan belum kuat. Episode kedua adalah April-Agustus 2009 yaitu penurunan BI Rate ditetapkan lebih rendah menjadi 25 bps per bulan. Arah kebijakan ini ditempuh setelah mempertimbangkan intensitas tekanan pada sistem keuangan yang mulai menurun dan tekanan inflasi yang minimal, sementara akselerasi pertumbuhan ekonomi belum cukup cepat. Episode ketiga yaitu September-Desember 2009 yaitu BI Rate dipertahankan. Di tengah kondisi sistem keuangan yang semakin membaik, tidak berubahnya level BI Rate tersebut konsisten dengan upaya pencapaian sasaran inflasi tahun 2010-2011, namun tetap memberikan ruang gerak bagi upaya mendorong pemulihan ekonomi. Krisis keuangan di negara maju yang semakin meluas dan memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi dunia berimbas cukup kuat ke perekonomian Indonesia terutama pada triwulan IV 2008. Sebagai dampaknya, ekspansi ekonomi menunjukkan perlambatan secara signifikan terkait dengan mulai menurunnya ekspor. Neraca pembayaran mengalami lonjakan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan yang cukup tajam. Pembalikan arus modal asing berdampak pada risiko di pasar uang antar bank meningkat, indeks harga di bursa saham turun tajam, dan yield SUN naik cukup tinggi. Melemahnya transaksi perekonomian juga terekam pada melambatnya laju ekspansi likuiditas perekonomian dan kredit perbankan. Dalam kondisi tekanan inflasi ke depan yang terindikasi belum cukup kuat maka pada Januari-Maret 2009 BI Rate diturunkan 50 bps per bulan sehingga pada Maret 2009 menjadi 7,75. Di samping itu, Bank Indonesia menempuh p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara berbagai kebijakan di pasar valas untuk mengurangi tekanan volatilitas nilai tukar yang berlebihan dan menjaga kecukupan likuiditas di pasar valas domestik. Untuk itu, sejak 30 Januari 2009 Bank Indonesia membuka instrumen repurchase agreement repo valas dengan menggunakan Global Bond Pemerintah Republik Indonesia RI sebagai jaminan dalam transaksi tersebut. Dengan kebijakan tersebut, bank domestik dapat melakukan repo Global Bond Pemerintah RI yang dimilikinya ke Bank Indonesia untuk mendapatkan likuiditas valas. Sumber: Bank Indonesia 2010 Gambar 4.1. Perkembangan IHSG, SUN dan BI Rate Januari 2006 sd Januari 2010 Dalam perkembangannya, sentimen positif dari pasar keuangan global mulai berhembus pada pertengahan. Tercermin pada beberapa indikator, antara lain penurunan posisi outstanding PUAB, penyusutan volume dan pelaku PUAB, peningkatan kisaran spread antara suku bunga tertinggi dan terendah di PUAB ON, p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara pelebaran spread JIBOR berbagai tenor, dan lonjakan penempatan stok excess likuiditas perbankan ke jangka waktu yang semakin pendek. Pulihnya harga-harga komoditas global dan sentimen positif terkait pemulihan pasar keuangan dunia mampu mendorong penguatan indeks harga saham gabungan dan penurunan yield SUN secara terbatas mulai pertengahan Maret 2009. Sentimen positif juga muncul terkait dengan bertambahnya cadangan devisa yang bersumber dari penjualan Global Medium Term Notes GMTN Pemerintah Republik Indonesia. Sentimen positif semakin kuat setelah dibarengi dengan penguatan kerjasama peningkatan jumlah Bilateral Swap Arrangement BSA dengan Jepang dan Bilateral Currency Swap Arrangement BCSA dengan China. Berbagai kebijakan dan sentimen positif pada akhir Maret 2009 tersebut dapat mengurangi tekanan pelemahan rupiah pada keseluruhan triwulan I 2009. Pada akhir Maret 2009, rupiah mencatat pelemahan sebesar 5,7 mencapai level Rp. 11.555,- per dolar AS dengan volatilitas 1,0. Pelemahan nilai tukar tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan akhir tahun 2008 yang tercatat sebesar 13,8 dengan volatilitas 2,4. Perkembangan nilai tukar rupiah tersebut juga masih selaras dengan kondisi di negara kawasan. p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara Sumber: Bank Indonesia 2010 Gambar 4.2. Perkembangan Nilai Tukar dan Cadangan Devisa Tahun 2005 sd 2009 Tanda-tanda pemulihan ekonomi global mendorong perbaikan persepsi risiko baik terhadap ekonomi global maupun domestik. Pengaruh perbaikan persepsi risiko global terutama ditopang oleh mulai berlangsungnya momentum pemulihan ekonomi di kawasan Asia sejak awal April 2009. Kondisi tersebut yang menjadi salah satu faktor pendukung perbaikan kinerja ekspor domestik, terutama untuk komoditas berbasis sumber daya alam. Di samping itu, berkembangnya optimisme seiring berlangsungnya pemulihan ekonomi dunia, yang disertai perbaikan persepsi risiko terhadap aset-aset di emerging markets, mendorong mulai derasnya aliran masuk modal asing. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang belum cukup cepat dan perkiraan masih rendahnya tekanan inflasi ke depan, mulai pulihnya kondisi ekonomi global p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara tersebut menjadi landasan bagi penyesuaian kecepatan penurunan BI Rate menjadi sebesar 25 bps per bulan sehingga mencapai 6,50 pada Agustus 2009. Selain itu, untuk tetap memberi jaminan sekaligus penyangga sementara temporary cushion bagi ketersediaan likuiditas perbankan Bank Indonesia membuka instrumen window repo 1 bulan sejak pertengahan April 2009. Pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan secara bertahap dan konsisten di tengah berlanjutnya perbaikan ekonomi global tersebut turut menopang perbaikan berbagai indikator ekonomi domestik. Perbaikan aliran modal dan ekspor tercermin pada neraca pembayaran yang mengalami surplus. Aliran modal asing turut berkontribusi mengangkat IHSG, sementara yield SUN bergerak menurun dan semakin mendekati kondisi sebelum krisis. Perbaikan juga terjadi di pasar valas domestik sehingga mendukung apresiasi rupiah sebesar 14,6 antara akhir Maret hingga akhir Agustus 2009 sehingga ditutup pada level Rp. 10.080,- per dolar AS. Meskipun menguat, apresiasi rupiah ini masih mendukung daya saing produk ekspor Indonesia. Berbagai perkembangan tersebut memperkuat keyakinan akan keberlanjutan proses pemulihan ekonomi domestik, namun tetap dengan perkiraan tekanan inflasi domestik yang minimal sehingga BI Rate diputuskan tetap pada level 6,5 sejak September hingga akhir tahun 2009. p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara Sumber: Bank Indonesia 2010 Gambar 4.3. Ekspektasi Inflasi Tahun 2005 sd 2009 Di samping itu, pada September 2009 Bank Indonesia membuka instrumen window repo tenor 3 bulan dan pada Oktober 2009 mengimplementasikan kebijakan GWM Sekunder untuk memperkuat pengelolaan likuiditas perbankan. Di tengah terus membaiknya sentimen di pasar keuangan global, berbagai kebijakan tersebut berkontribusi pada positifnya perkembangan berbagai indikator ekonomi domestik. Kinerja IHSG dan yield SUN terus mencatatkan perbaikan. Nilai tukar rupiah bergerak dengan kecenderungan menguat. Apresiasi yang mulai terjadi sejak triwulan II 2009 terus berlanjut sehingga nilai tukar rupiah akhirnya mencapai level Rp. 9.425,- per dolar AS pada akhir tahun 2009, atau menguat 15,65 dari level Rp. 10.900,- per dolar AS di akhir tahun 2008. Sejalan dengan perkembangan tersebut, ekspektasi inflasi terus menurun. Namun demikian, membaiknya kondisi p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara pasar keuangan serta penurunan BI Rate belum direspons secara optimal oleh perbankan domestik. Hal ini tercermin pada masih relatif tingginya suku bunga kredit yang turut berkontribusi pada lemahnya permintaan kredit. Tertahannya pengucuran kredit tersebut menjadi salah satu penyebab semakin meningkatnya stok excess likuiditas industri perbankan. Di samping pencapaian kinerja yang cukup baik pada tahun 2009, terdapat beberapa tantangan yang masih mengemuka dan berpotensi meningkatkan kompleksitas pelaksanaan kebijakan moneter ke depan. Tantangan tersebut antara lain berupa dinamika aliran modal asing jangka pendek yang berpotensi mempengaruhi perkembangan nilai tukar rupiah, masih tingginya persepsi risiko dan excess likuiditas yang berpotensi mengganggu mekanisme transmisi kebijakan moneter serta masih adanya permasalahan struktural di sisi penawaran yang berpotensi mendorong tekanan inflasi lebih lanjut. Akuntabilitas Pencapaian Sasaran Inflasi yaitu dapat dilihat dari Inflasi Indeks Harga Konsumen tahun 2009 mencapai 2,78 yoy, atau lebih rendah dibandingkan dengan sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah sebesar 4,5±1 yoy. Lebih rendahnya realisasi inflasi dibanding dengan sasaran tersebut tidak terlepas dari langkah langkah kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah serta berubahnya kondisi ekonomi makro dibandingkan dengan asumsi yang mendasari proyeksi inflasi tersebut. Dari sisi Bank Indonesia, telah ditempuh kebijakan penetapan Bank Indonesia Rate yang konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi dan mendorong pemulihan ekonomi, serta intervensi di pasar valuta asing untuk memperkuat nilai tukar rupiah. Sementara dari sisi Pemerintah telah ditempuh p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara kebijakan penurunan harga bahan bakar minyak yang diikuti dengan penurunan tarif angkutan dan harga komoditas lainnya. Penurunan harga komoditas global, terutama harga energi, telah membuka peluang bagi Pemerintah untuk menurunkan harga bahan bakar minyak yang diikuti dengan penurunan tarif angkutan. Pada tahun 2009 pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak dan tarif angkutan masing-masing 14,1 dan 12,1. Kedua faktor tersebut menjadi penyebab utama kelompok administered prices pada tahun 2009 mencatat deflasi sebesar 3,26 yoy, dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar -0,62. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis pada saat tidak ada perubahan harga administered strategis yaitu sekitar 4. Rendahnya inflasi Indeks Harga Konsumen 2009 juga didukung oleh inflasi kelompok volatile food. Dari sisi domestik, rendahnya inflasi kelompok ini didukung oleh penurunan bahan bakar minyak, tarif angkutan dan kecukupan pasokan bahan pangan, terutama beras. Dari sisi eksternal, menurunnya harga pangan global dan nilai tukar rupiah yang menguat semakin menurunkan tekanan terhadap inflasi volatile food . Dengan perkembangan tersebut, inflasi kelompok 1 Jika tidak terjadi perubahan kebijakan strategis berupa penurunan harga bahan bakar minyak dan inflasi kelompok ini berada pada pola normalnya sekitar 4 yoy maka akan memberikan sumbangan inflasi sekitar 0,73. Dengan kondisi tersebut, inflasi Indeks Harga Konsumen akan mencapai 4,13 atau berada dalam sasaran inflasi yang ditetapkan sebesar 4,5±1 yoy. ini hanya tercatat sebesar 3,95 yoy dan memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,67. Angka tersebut jauh p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara di bawah rata-rata historis dalam kondisi normal yang mencapai sekitar 8. Secara fundamental, rendahnya inflasi Indeks Harga Konsumen 2009 terutama didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah sejak awal triwulan II 2009, di samping permintaan domestik yang melambat dan ekspektasi inflasi yang membaik. Tren penguatan rupiah tidak terlepas dari pulihnya kepercayaan investor asing terhadap konsistensi kebijakan makro ekonomi dan relatif kuatnya kondisi fundamental ekonomi Indonesia, sehingga mendorong aliran modal masuk cukup besar. Menguatnya rupiah dan terjaganya pasokan, khususnya bahan pangan selanjutnya telah mendorong membaiknya ekspektasi inflasi. Dari sisi kesenjangan output, melambatnya kegiatan ekonomi domestik menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2009 berada di bawah tingkat potensialnya. Ketiga perkembangan tersebut menyebabkan inflasi inti menurun menjadi 4,28 yoy dengan sumbangan inflasi sebesar 2,74. Perkembangan beberapa variabel ekonomi makro dalam penelitian ini akan dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 4.1. Perkembangan Cadangan Devisa Tahun 1984-2008 Tahun CD Juta US Tahun CD Juta US 1984 5.660 1997 17.463 1985 6.863 1998 13.915 1986 7.625 1999 24.352 1987 9.363 2000 29.393 1988 10.483 2001 28.015 1989 13.154 2002 32.037 1990 12.943 2003 36.295 1991 11.948 2004 36.320 1992 11.943 2005 34.723 1993 12.843 2006 42.586 1994 13.286 2007 56.920 1995 14.738 2008 51.639 1996 19.138 Sumber: www.bi.go.id p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara 10000 20000 30000 40000 50000 60000 1985 1990 1995 2000 2005 CD Gambar 4.4. Perkembangan Cadangan Devisa Tahun 1984-2008 Berdasarkan Gambar 4.4 diketahui bahwa Cadangan Devisa yang terjadi dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2008 bahwa cadangan devisa Indonesia terus mengalami peningkatan yang cukup pesat dan mencapai picknya pada tahun 2007 kenaikan cadangan devisa ini disebabkan oleh adanya peningkatan ekspor. Tabel 4.2. Perkembangan Excess reserve bank Tahun 1984-2008 Tahun ERB Milyar Rupiah Tahun ERB Milayar Rupiah 1984 15.498 1997 357.613 1985 20.174 1998 573.524 1986 23.511 1999 625.618 1987 29.330 2000 720.349 1988 37.510 2001 809.127 1989 54.375 2002 845.015 1990 83.154 2003 902.326 1991 95.118 2004 965.080 1992 114.850 2005 1.134.086 1993 141.946 2006 1.298.756 1994 168.947 2007 1.528.181 1995 214.764 2008 1.775.237 1996 281.718 Sumber: www.bi.go.id Juta US Tahun p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara 400000 800000 1200000 1600000 2000000 1985 1990 1995 2000 2005 ERB Gambar 4.5. Perkembangan Excess Reserve Bank Tahun 1984-2008 Berdasarkan Gambar 4.5 diketahui bahwa Excess reserve bank yang terjadi dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2008 menunjukkan angka yang cenderung meningkat secara kuantitas. Naiknya Excess reserve bank sebagai indikasi perkembangan dana bank-bank umum yang ada di Indonesia semakin meningkat. Milyar Rp Tahun p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Perkembangan Inflasi INF, Suku Bunga Pasar Uang SBPU dan Tingkat Bunga Kredit TBK Tahun 1984-2008 Tahun Inflasi Suku Bunga Pasar Uang Tingkat Bunga Kredit 1984 10.4 9.62 13.80 1985 4.6 11.45 15.39 1986 5.9 14.84 13.29 1987 9.1 12.60 14.01 1988 8.2 14.05 14.87 1989 6.3 10.74 14.87 1990 7.9 19.73 20.20 1991 9.3 13.15 19.30 1992 7.6 11.87 18.40 1993 9.6 10.46 16.10 1994 8.6 12.60 14.90 1995 9.4 15.46 16.12 1996 8.0 10.83 16.36 1997 11.1 49.44 18.94 1998 77.6 39.71 26.23 1999 1.9 12.06 17.80 2000 9.4 11.41 16.86 2001 12.6 15.66 17.90 2002 10.0 8.89 17.82 2003 5.1 4.65 15.68 2004 6.40 3.76 14.05 2005 17.11 9.44 15.66 2006 6.60 5.97 15.10 2007 6.59 4.33 13.01 2008 8.96 9.40 14.40 Sumber: www.bi.go.id p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara 10 20 30 40 50 60 70 80 1985 1990 1995 2000 2005 SBPU TBK INF Gambar 4.6. Perkembangan Inflasi INF, Suku Bunga Pasar Uang SBPU dan Tingkat Bunga Kredit TBK Tahun 1984-2008 Berdasarkan Gambar 4.6 diketahui bahwa inflasi yang terjadi dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2008 inflasi terendah terjadi pada tahun 2000 sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998 sampai mencapai 77,6. Sedangkan Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank yang terjadi dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2008. Secara keseluruhan, pergerakan dari Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank menunjukkan pola yang fluktuasi. Fluktuasi nilai Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank disebabkan karena kondisi ekonomi yang juga tidak stabil. Suku Bunga Pasar Uang Antar Bank mengalami peningkatan yang cukup tajam pada saat krisis terjadi tahun 1998-1999. Tekanan krisis ekonomi dan terjadinya kelebihan jumlah uang beredar menyebabkan bank-bank menaikkan suku bunga agar uang yang ada di pasar dapat ditarik. Hal seperti ini juga dapat kita lihat pada Tingkat Bunga Kredit TBK Persen Tahun p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara yang terjadi dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2008. Berdasarkan gambar diketahui bahwa pergerakan Tingkat Bunga Kredit dari tahun ke tahun menunjukkan fluktuasi ke arah peningkatan. Peningkatan Tingkat Bunga Kredit disebabkan adanya kondisi ekonomi dengan tekanan inflasi yang cukup tinggi sehingga tingkat bunga kredit juga semakin tinggi. Tabel 4.4. Perkembangan Produk Domestik Bruto Tahun 1984-2008 Tahun PDB Milyar Rupiah Tahun PDB Milayar Rupiah 1984 547.809,11 1997 910.772,63 1985 564.823,80 1998 437.575,17 1986 512.063,74 1999 434.745,15 1987 487.651,86 2000 1.389.769,00 1988 497.281,81 2001 1.440.405,00 1989 486.445,93 2002 1.505.216,00 1990 442.757,32 2003 1.577.171,00 1991 453.314,41 2004 1.656.516,00 1992 460.094,01 2005 1.750.815,00 1993 1.079.136,48 2006 1.847.126,00 1994 1.043.845,44 2007 1.963.091,00 1995 1.053.300,76 2008 2.082.103,00 1996 1.034.648,44 Sumber: www.bi.go.id p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara 400000 800000 1200000 1600000 2000000 2400000 1985 1990 1995 2000 2005 PDB Gambar 4.7. Perkembangan PDB Milyar Rp Tahun 1984-2008 Berdasarkan Gambar 4.7 di atas diketahui bahwa nilai PDB pada tahun 1998 s.d 1999 merupakan titik terendah kemudian berdasarkan waktunya terus mengalami peningkatan sampai tahun 2008. Turunnya PDB Indonesia tahun 1998 disebabkan adanya pengaruh krisis ekonomi global yang melanda Indonesia. Krisis tersebut menyebabkan berbagai penurunan indikator ekonomi seperti ekspor dan impor yang mempengaruhi permintaan akan suatu barang sehingga berbagai produksi barang juga akan menurun. Milyar Rp Tahun p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. Perkembangan Kurs Tahun 1984-2008 Tahun Kurs RpUS Tahun Kurs RpUS 1984 1.026 1997 2.909 1985 1.111 1998 10.014 1986 1.283 1999 7.855 1987 1.644 2000 9.525 1988 1.686 2001 10.265 1989 1.770 2002 9.261 1990 1.843 2003 8.571 1991 1.950 2004 8.939 1992 2.030 2005 9.705 1993 2.087 2006 9.020 1994 2.161 2007 9.419 1995 2.249 2008 11.325 1996 2.342 Sumber: www.bi.go.id 2000 4000 6000 8000 10000 12000 84 86 88 90 92 94 96 98 00 02 04 06 08 KURS Gambar 4.8. Perkembangan Kurs, Tahun 1984-2008 RpUS Tahun p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Gambar 4.8 diketahui perkembangan kurs yaitu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Kurs mengalami fluktuasi ke arah depresiasi terhadap dolar. Depresiasi kurs yang paling tinggi terjadi pada tahun 1998 saat krisis terjadi. Naiknya kurs sebagai dampak krisis nglobal yang melemahkan fundamental ekonomi Indonesia. Turunnya saham di Indonesia menyebabkan banyak uang lari ke luar negeri dan turunya daya beli Indonesia kemudian naiknya biaya-baiya yang berdampak pada inflasi yang tinggi. Tabel 4.6. Perkembangan Net Ekspor Tahun 1984-2008 Tahun NE Milyar Rp Tahun NE Milyar Rp 1984 12.081,94 1997 2.861,11 1985 4.297,81 1998 2.682,14 1986 14.524,01 1999 15.261,55 1987 28.092,98 2000 146.173,00 1988 47.305,46 2001 132.151,00 1989 45.327,55 2002 143.917,00 1990 22.334,43 2003 170.642,00 1991 28.219,72 2004 137.438,00 1992 38.498,99 2005 153.912,00 1993 32.226,02 2006 173.651,00 1994 7.979,54 2007 185.536,00 1995 28.698,79 2008 199.046,00 1996 1.322,70 Sumber: www.bi.go.id p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara 40000 80000 120000 160000 200000 240000 1985 1990 1995 2000 2005 NE Gambar 4.9. Perkembangan Net Ekspor, Tahun 1984-2008 Berdasarkan Gambar 4.9 diketahui bahwa Net Ekspor terus mengalami peningkatan peningkatan mulai dari tahun 1984 sampai pada tahun 2008. Dari gambar terlihat bahwa Net Ekspor terus mengalami peningkatan dari tahun khususnya setelah krisis ekonomi terjadi. Naiknya Net Ekspor tahun 2000 sampai 2008 disebabkan naiknya daya saing produk Indonesia dan adanya depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap negara-negara lain. Milyar Rp Tahun p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7. Perkembangan Harga Relatif Tahun 1984-2008 Tahun Harga Relatif Angka Indeks Tahun Harga Relatif Angka Indeks 1984 145.95 1997 89.78 1985 143.70 1998 89.47 1986 144.17 1999 93.37 1987 144.65 2000 88.63 1988 155.53 2001 88.32 1989 143.93 2002 86.38 1990 144.05 2003 84.85 1991 158.50 2004 88.94 1992 170.97 2005 88.67 1993 137.82 2006 86.45 1994 117.61 2007 84.71 1995 111.25 2008 84.08 1996 95.06 Sumber: www.bi.go.id 80 100 120 140 160 180 1985 1990 1995 2000 2005 HR Gambar 4.10. Perkembangan Harga Relatif Tahun 1984-2008 Berdasarkan Gambar 4.10 diketahui bahwa Harga Relatif terus mengalami penurunan. Penurunan terjadi akibat harga-harga di luar negeri yang naik lebih cepat Indeks Tahun p d f Machine I s a pdf w rit er t ha t produces qua lit y PDF files w it h ea se Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine. Get yours now Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri sehingga Harga Relatif juga menjadi menurun. Naiknya harga luar negeri yang lebih tinggi disebabkan adanya depresiasi mata uang rupiah terhadap mata uang asing sehingga akan menurunkan nilai barang- barang di dalam negeri.

4.2. Hasil Uji Akar-akar Unit dan Derajat Integrasi

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN INFLATION TARGETING TERHADAP KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

3 42 82

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN MONETER MELALUI BASE MONEY TARGETING FRAMEWORK (2000:01-2005:06) DAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK (2005:07-2013:12) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN LAJU INFLASI DI INDONESIA

0 36 104

analisis dampak kebijakan moneter melalui base money targeting framework (2000:01-2005:06) dan inflation targeting framework (2005:06-2013:12) terhadap pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi di indonesia

2 11 110

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER (MONETARY BASE TARGETING FRAMEWORK 2002:01-2005:06 DAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK 2005:07-2013:06) TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA

0 4 113

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER (MONETARY BASE TARGETING FRAMEWORK 2002:01-2005:06 DAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK 2005:07-2013:06) TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA

1 11 112

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP SEKTOR RIIL DI INDONESIA (PERIODE MONEY BASE TARGETING FRAMEWORK (2002:01-2005:06) DAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK (2005:07-2013:12))

3 25 92

Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Sektor Riil Di Indonesia (Periode Money Base Targeting Framework (2002:01-2005:06) Dan Inflation Targeting Framework (2005:07-2013:12))

0 16 89

PERANAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP INFLASI PASCAPENERAPAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK (ITF) DI INDONESIA TAHUN 1999.1-2008.6

0 3 11

Analisis Inflasi Dalam Kerangka Inflation Targeting Framework (ITF) Pasca Indepedensi Bank Indonesia.

0 0 6

PERBANDINGAN PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INFLATION TARGETING FRAMEWORK (ITF) DI INDONESIA DAN THAILAND PERIODE 2007 - 2011.

0 0 17