Umum Perhitungan Harmonisa Analisis Pengaruh Konfigurasi Belitan Terhadap Tegangan Harmonisa Generator Sinkron Tanpa Beban Dengan Program Simulasi Multisim

106 BAB IV ANALISIS PENGARUH KONFIGURASI BELITAN TERHADAP TEGANGAN HARMONISA GENERATOR SINKRON TANPA BEBAN

4.1 Umum

Dalam menentukan tegangan harmonisa yang dihasilkan suatu alternator, harus ditentukan terlebih dahulu distribusi medan magnet dari kumparan jangkar dan menguraikannya ke dalam deret fourier dengan persamaan 3.23 dan 3.24 untuk rotor kutub sepatu dan persamaan 3.25 atau 3.26 untuk rotor silinder. Tegangan harmonisa pada belitan jangkar dapat dihitung dari deret fourier medan magnet ini yang memperhitungkan faktor belitan jangkarnya k w dengan persamaan 3.43 untuk belitan terdistribusi berantai ataupun persamaan 3.43a untuk belitan terdistribusi konsentris. Khusus untuk alternator dengan daya 300 kVA300 kW ke atas yang akan dihubungkan ke jaringan listrik pada rentang frekuensi 16 -100 Hz, THD tegangan pada alternator tanpa beban tidak boleh melebihi 5 Standar IEC 60034-1. Dengan pemakaian kumparan kisar pendek dan belitan terdistribusi pada jangkar alternator, diharapkan THD tegangan keluaran pada alternator ini tidak melebihi 5.

4.2 Perhitungan Harmonisa

Perhitungan harmonisa ini terlebih dahulu melibatkan rotor kutub sepatu, dan kemudian dibandingkan dengan rotor silinder. Dengan pertimbangan bahwa harmonisa ketiga mempunyai ampitudo terbesar diantara harmonisa orde lainnya pada distribusi medan magnet, maka pada umumnya lebar permukaan rotor sebuah kutub sepatu dirancang hanya mencakup 23 dari lebar kisar kutub untuk menekan harmonisa ketiga dan sekaligus semua harmonisa urutan nol. Berdasarkan pertimbangan itu, semua rotor kutub sepatu yang akan dianalisis di bab ini dianggap hanya mencakup 23 dari lebar kisar kutub tanpa melakukan Universitas Sumatera Utara 107 pengukuran secara langsung. Berdasarkan gambar 3.10, apabila lebar permukaan rotor hanya mencakup 23 dari lebar kisar kutub maka γ=30°=π6. Koefisien fourier a dan a n dari distribusi medan magnet pada rotor kutub sepatu ini adalah sama dengan nol. Nilai b n dapat dicari dengan persamaan 3.23a. Nilai b 1n , b 2n , dan b 3n dapat dicari dengan persamaan 3.23b, 3.24a, dan 3.24b. Dengan pertimbangan bahwa THD meter sekarang ini yang sanggup mendeteksi harmonisa sampai ke orde 49 n=49, maka perhitungan harmonisa di sini juga akan dibatasi sampai orde ke 49. Untuk mempermudah perhitungan, b 1n , b 2n , b 3n , dan b n dihitung dengan menggunakan Microsoft Excel seperti yang tercantum pada lampiran IV. Nilai yang tercantum pada tabel perhitungan ini dalam skala . Dengan ketiga koefisien fourier a n , b n , dan a ini, nilai maksimum harmonisa dari distribusi medan magnet ini adalah: ; Nilai maksimum setiap harmonisa ini adalah: Orde Harmonisa Kerapatan Medan Magnet Maksimum 1 1,346541658 3 0,320603101 5 0,078894792 7 ‐0,009102304 9 ‐0,0212895 11 0,004048846 13 0,037044599 15 0,057234714 17 0,056711591 19 0,039432886 21 0,016417074 23 ‐0,000845388 Universitas Sumatera Utara 108 25 ‐0,005778655 27 0,001159358 29 0,013951324 31 0,024795748 33 0,028094348 35 0,022802776 37 0,012304366 39 0,002198004 41 ‐0,002710069 43 ‐0,000700328 45 0,006305581 47 0,014040275 49 0,018247 Tabel 1. Nilai Maksimum Harmonisa Kerapatan Medan Magnet yang Dihasilkan Rotor Kutub Sepatu Besar tegangan efektif harmonisa per belitan dapat dihitung dengan persamaan 3.44, sedangkan tegangan induksi per fasa dapat dihitung dengan persamaan 3.53. Dengan mensubstitusikan persamaan 3.44 ke persamaan 3.53, akan menghasilkan: √ Nilai B nmax pada perhitungan tabel 1 di atas selalu dinyatakan dalam . Misalkan nilai yang tercantum pada tabel ini adalah h, maka sehingga persamaan tegangan induksi efektif per fasa di atas menjadi: √ Apabila: √ Universitas Sumatera Utara 109 4.1 Maka persamaan tegangan induksi efektif per fasa menjadi: Apabila dimisalkan jangkar sebuah alternator berupa kumparan kisar penuh dan belitan terkonsentrasi, maka k wn = 1 sehingga tegangan efektif harmonisa per fasa dapat dihitung dengan persamaan 4.1: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Universitas Sumatera Utara 110 , , , , , , Pada kumparan kisar penuh dan belitan terkonsentrasi, tegangan harmonisa ini sefasa satu sama lain dan tegangan induksi total dari belitan per fasa ini dapat dicari dengan persamaan 3.45: Bentuk gelombang tegangan induksi total ini dapat ditampilkan dengan program simulasi Multisim. Apabila frekuensi fundamental dianggap sama dengan 50 Hz, maka rangkaian simulasi penjumlahan seluruh tegangan harmonisa per fasa ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 111 Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √2E M : THD pada tegangan per fasa ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: Nilai THD ini dapat diperkecil dengan menggunakan kumparan kisar pendek dan belitan terdistribusi. Berikut ini akan ditinjau pengaruh kumparan kisar pendek dan belitan terdistribusi terhadap tegangan harmonisa suatu alternator: Universitas Sumatera Utara 112 1 Generator 3 fasa dengan data: 1500 rpm, 50 Hz, 216,8 kW, 271 kVA, 220380 V, 411 A, 48 slot, 4 kutub, menggunakan rotor kutub sepatu, menggunakan kumparan kisar pendek dengan kisar kumparan sebesar 8 slot, menggunakan belitan terdistribusi berantai dengan 4 kumparankutubfasa, dan masing-masing kumparan mempunyai 3 lilitan. Kisar kumparan dalam derajat listrik dapat dicari dengan persamaan: ° Dimana: S jumlah slot P jumlah kutub Dengan demikian, kisar kumparan jangkar pada generator ini adalah: ° ° Kisar slot dalam derajat listrik dapat dihitung dengan persamaan 2.11: ° ° ° k pn dan k dn dapat dihitung dengan persamaan 3.41 dan 3.42: ° ° ° ° , ° Besar tegangan harmonisa per fasa dapat dihitung dengan persamaan 4.1: ° ° , ° , , Universitas Sumatera Utara 113 ° ° , ° , ° ° , ° , , ° ° , ° , , ° ° , ° , Untuk mempermudah perhitungan, besar tegangan harmonisa dihitung dengan bantuan Microsoft Excel seperti yang tercantum pada lampiran V. Tegangan harmonisa ini berbeda fasa satu sama lain. Sudut fasa setiap tegangan harmonisa ini dapat dicari dari persamaan 3.49 dan 3.50: ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° , ° γ 3 tidak dihitung karena E 3 sama dengan nol. ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° , ° ° ° ° ° ° ° ° Universitas Sumatera Utara 114 ° ° ° ° ° ° ° ° ° ° , ° Untuk mempermudah perhitungan, sudut fasa setiap tegangan harmonisa dihitung dengan bantuan Microsoft Excel seperti yang tercantum pada lampiran V. Hasil perhitungan pada lampiran V ini adalah: Orde Harmonisa Tegangan Efektif per fasa E M Sudut fasa 1 1,11676751 7,5° 3 ‐ 5 0,01402949 217,5° 7 ‐0,00124201 52,5° 9 ‐ 11 0,00044208 262,5° 13 0,00404480 97,5° 15 ‐ 17 0,00773830 307,5° 19 0,00701216 142,5° 21 ‐ 23 ‐0,00070113 352,5° 25 ‐0,00479258 7,5° 27 ‐ 29 0,00248090 217, 5° 31 0,00338338 52,5° 33 ‐ 35 0,00248977 262,5° 37 0,00134348 97,5° 39 ‐ Universitas Sumatera Utara 115 41 ‐0,00036979 307,5° 43 ‐0,00012454 142,5° 45 ‐ 47 0,01164444 352,5° 49 0,01513333 7,5° Tabel 2. Tegangan Efektif Harmonisa Per Fasa Dengan ρ=120° dan q=4 Pada Rotor Kutub Sepatu Dari hasil perhitungan ini dapat dilihat bahwa pada kisar kumparan 23 120° listrik, tegangan harmonisa urutan nol 3, 6, 9, 12, 15, … tidak muncul. Tegangan induksi total dari belitan per fasa ini dapat dicari dengan persamaan 3.46: Bentuk gelombang tegangan induksi total ini dapat ditampilkan dengan program simulasi Multisim. Apabila frekuensi fundamental dianggap sama dengan 50 Hz, maka rangkaian simulasinya penjumlahan seluruh tegangan harmonisa ini adalah sebagai berikut: Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa fasa ke netral ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √2E M : Universitas Sumatera Utara 116 Telah dibahas sebelumnya pada subbab 3.11 bahwa tegangan harmonisa urutan nol dari fasa ke netral tidak akan muncul pada fasa ke fasa. Karena tegangan induksi fasa ke netral pada alternator ini tidak mengandung harmonisa urutan nol, maka bentuk gelombang dan THD tegangan fasa ke netral akan sama dengan tegangan fasa ke fasa dengan rincian bahwa tegangan fasa ke fasa V RS akan bergeser +30° dari tegangan fasa ke netral V RS . THD pada tegangan fasa ke fasa dan fasa ke netral ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: Jika THD generator ini dibandingkan dengan generator sebelumnya yang mempunyai THD sebesar 25,953, dapat disimpulkan bahwa dengan pemakaian kumparan kisar pendek dan belitan terdistribusi akan diperoleh THD yang lebih kecil daripada pemakaian kumparan kisar penuh dan belitan terkonsentrasi. Universitas Sumatera Utara 117 2 Generator 3 fasa dengan data: 1500 rpm, 60 Hz, 400 kVA, 220380 V, 72 slot, 4 kutub, menggunakan rotor kutub sepatu, menggunakan kumparan kisar pendek dengan kisar kumparan sebesar 12 slot, menggunakan belitan terdistribusi berantai dengan 6 kumparankutubfasa, dan masing-masing kumparan mempunyai 18 lilitan. Kisar kumparan jangkar pada generator ini adalah: ° ° Kisar slot dalam derajat listrik dapat dihitung dengan persamaan 2.11: ° ° ° k pn dan k dn dapat dihitung dengan persamaan 3.41 dan 3.42: ° ° ° ° ° Besar tegangan harmonisa per fasa dapat dihitung dengan persamaan 4.1. Sudut fasa setiap tegangan harmonisa ini dapat dicari dari persamaan 3.49 dan 3.50. Untuk mempermudah perhitungan, besar tegangan efektif per fasa dan sudut fasanya dihitung dengan bantuan Microsoft Excel seperti yang tercantum pada lampiran VI. Hasil perhitungan ini adalah: Orde Harmonisa Tegangan Efektif E M Sudut fasa 1 1,11499564 5° 3 ‐ 5 0,01347254 205° 7 ‐0,00114527 35° 9 ‐ Universitas Sumatera Utara 118 11 0,00035671 235° 13 0,00294984 65° 15 ‐ 17 0,00410844 265° 19 0,00285669 95° 21 ‐ 23 ‐0,00006732 295° 25 ‐0,00050911 125° 27 ‐ 29 0,00175539 325° 31 0,00423427 155° 33 ‐ 35 0,01888170 355° 37 0,01018856 5° 39 ‐ 41 ‐0,00046279 205° 43 ‐0,00008812 35° 45 ‐ 47 0,00123697 235° 49 0,00145300 65° Tabel 3. Tegangan Efektif Harmonisa Per Fasa Dengan ρ=120° dan q=6 Pada Rotor Kutub Sepatu Tegangan induksi total dari belitan per fasa ini dapat dicari dengan persamaan 3.46: Bentuk gelombang tegangan induksi total ini dapat ditampilkan dengan program simulasi Multisim. Apabila frekuensi fundamental dianggap sama dengan 60 Hz, maka rangkaian simulasinya penjumlahan seluruh tegangan harmonisa ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 119 Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa fasa ke netral ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √2E M : Tegangan induksi fasa ke netral pada generator ini tidak mengandung harmonisa urutan nol, maka bentuk gelombang dan THD tegangan fasa ke netral akan sama dengan tegangan fasa ke fasa dengan rincian bahwa tegangan fasa ke fasa bergeser +30° dari tegangan fasa ke netral. THD pada tegangan fasa ke fasa dan fasa ke netral ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 120 Jika THD generator ini ρ=120°, listrik, q=6 dibandingkan dengan generator pada perhitungan 1 ρ=120° listrik, q=4 yang mempunyai THD sebesar 2,43, dapat disimpulkan bahwa pada kisar kumparan yang sama, dengan bertambahnya jumlah kumparankutubfasa q akan memperkecil THD. 3 Generator 3 fasa rotor silinder dengan data: • 1200 rpm, 60 Hz, 100 kVA, 135A, 400 V, 6 kutub. • Stator dengan jumlah slot 72, ditempati kumparan kisar pendek dengan kisar kumparan sebesar 9 slot, menggunakan belitan terdistribusi berantai dengan 4 kumparankutubfasa, dan masing-masing kumparan mempunyai 3 lilitan. • Rotor dengan jumlah slot 36, ditempati belitan terdistribusi konsentris dengan 3 kumparankutubfasa. Bagian pusat kutub tidak mempunyai slot. Dalam satu kutub, lebar bagian yang tidak berslot ini setara dengan 2 slot. • Kumparan medan menggunakan kumparan kisar pendek dan belitan konsentris dengan 3 kumparankutubfasa. Ketiga kumparankutubfasa ini memiliki kisar kumparan sebesar 7 slot 113 lilitan, 5 slot 113 lilitan, dan 3 slot 112 lilitan. Perhitungan rotor: Dalam menghitung kisar slot, daerah pusat kutub yang tidak berslot ini harus dianggap mempunyai slot. Setiap kutub mempunyai pusat yang tidak berslot dengan lebar yang setara dengan 2 slot. Dengan jumlah 6 kutub pada rotor, apabila daerah pusat kutub rotor tetap dianggap mempunyai slot maka jumlah slot pada rotor adalah: 36 + 6 2 sama dengan 48 slot. Universitas Sumatera Utara 121 Kisar slot rotor dalam derajat listrik dapat dihitung dengan persamaan 2.11: ° ° , ° Kisar kumparan terluar adalah: slot 22, ° listrik 1 , ° listrik 18 ° 1 , ° 2 11,2 ° Jumlah lilitan masing-masing kumparankutubfasa adalah: N 1 = 113 N 2 = 113 N 3 = 112 Koefisien fourier a dan a n dari distribusi medan magnet pada rotor silinder ini adalah sama dengan nol. Nilai b n dapat dicari dengan persamaan 3.26. Dengan ketiga koefisien fourier ini, komponen harmonisa dari distribusi medan magnet ini adalah: , ° , ° , ° , , ° , ° , ° , Untuk mempermudah perhitungan, komponen hamonisa orde selanjutnya dihitung dengan bantuan Microsoft Excel seperti yang tercantum pada lampiran VII. Hasil perhitungan ini adalah: Orde Harmonisa Kerapatan Medan Manget Maksimum 1 0,789966 3 ‐0,037413 5 ‐0,015502 Universitas Sumatera Utara 122 7 0,022143 9 ‐0,017222 11 0,007047 13 0,008634 15 ‐0,052664 17 ‐0,046469 19 0,005907 21 0,003691 23 ‐0,006739 25 0,006200 27 ‐0,002871 29 ‐0,003870 31 0,025483 33 0,023938 35 ‐0,003207 37 ‐0,002095 39 0,003974 41 ‐0,003781 43 0,001803 45 0,002494 47 ‐0,016808 49 ‐0,016122 Tabel 4. Nilai Maksimum Harmonisa Kerapatan Medan Magnet yang Dihasilkan Rotor Silinder Perhitungan stator: Kisar kumparan jangkar pada generator ini adalah: ° ° Kisar slot dalam derajat listrik dapat dihitung dengan persamaan 2.11: Universitas Sumatera Utara 123 ° ° ° k pn dan k dn dapat dihitung dengan persamaan 3.41 dan 3.42: , ° ° ° ° , ° Besar tegangan efektif harmonisa per fasa dapat dihitung dengan persamaan 4.1. Sudut fasa setiap tegangan harmonisa ini dapat dicari dari persamaan 3.49 dan 3.50. Untuk mempermudah perhitungan, besar tegangan efektif dan sudut fasanya dihitung dengan bantuan Microsoft Excel seperti yang tercantum pada lampiran VIII. Hasil perhitungan ini adalah: Orde Harmonisa Tegangan Efektif E M Sudut fasa 1 0,69893430 0° 3 ‐0,00935333 0° 5 ‐0,00121816 180° 7 0,00322326 0° 9 ‐0,00430559 0° 11 0,00033998 0° 13 0,00041657 0° 15 ‐0,01316611 0° 17 ‐0,00676423 0° 19 0,00046419 180° 21 0,00092277 0° 23 ‐0,00596259 0° 25 0,00548558 0° 27 ‐0,00071771 0° Universitas Sumatera Utara 124 29 ‐0,00030412 180° 31 0,00370942 0° 33 0,00598459 0° 35 ‐0,00015472 0° 37 ‐0,00010108 0° 39 0,00099360 0° 41 ‐0,00055031 0° 43 0,00014165 180° 45 0,00062356 0° 47 ‐0,01487094 0° 49 ‐0,01426397 0° Tabel 5. Tegangan Efektif Harmonisa Per Fasa Dengan ρ=135° dan q=4 Pada Rotor Silinder Tegangan induksi total dari belitan per fasa ini dapat dicari dengan persamaan 3.46: Bentuk gelombang tegangan induksi total ini dapat ditampilkan dengan program simulasi Multisim. Apabila frekuensi fundamental dianggap sama dengan 60 Hz, maka rangkaian simulasinya penjumlahan seluruh tegangan harmonisa ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 125 Bentuk gelombang tegangan induksi total ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √2E M : THD pada tegangan fasa ke netral ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: Tegangan harmonisa urutan nol pada fasa ke netral tidak muncul pada fasa ke fasa. Seluruh harmonisa tegangan fasa ke fasa V RS urutan positif akan bergeser sudut fasanya sebesar +30° dari tegangan fasa ke netralnya V RN , sedangkan seluruh harmonisa tegangan urutan negatif akan bergeser sudut fasanya sebesar -30° dari tegangan fasa ke netralnya. Penjumlahan seluruh harmonisa urutan positif dan negatif yang telah bergeser ini akan menghasilkan tegangan total fasa ke fasa bergeser +30° dari tegangan total fasa ke netral sehingga rangkaian simulasi penjumlahan untuk menghasilkan tegangan fasa ke fasa adalah: Universitas Sumatera Utara 126 Bentuk gelombang tegangan induksi total fasa ke fasa ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √6E M : THD pada tegangan fasa ke fasa ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 127 THD tegangan fasa ke fasa generator ini lebih kecil daripada tegangan fasa ke netralnya dengan selisih 0,853. Selisih ini termasuk yang terkecil jika dibandingkan dengan generator kutub sepatu. Untuk membandingkan THD yang dihasilkan antara kutub sepatu dengan kutub silinder, kita tidak bisa membandingkan THD generator kutub silinder ini q=4 dan ρ=135° dengan perhitungan generator kutub sepatu sebelumnya di atas dengan q=4 dan ρ=120° karena kedua kumparan jangkar ini mempunyai kisar kumparan yang tidak sama. Namun, dapat dimisalkan ada sebuah generator kutub sepatu dengan kumparan jangkar yang persis dengan generator kutub silinder di atas dan kemudian THD generator kutub sepatu yang dimisalkan ini dibandingkan dengan THD generator kutub silinder tersebut. Dengan berpedoman pada harmonisa yang dihasilkan kutub sepatu pada tabel 1, besar tegangan efektif harmonisa per fasa dapat dihitung dengan persamaan 4.1. Sudut fasa setiap tegangan harmonisa ini dapat dicari dari persamaan 3.49 dan 3.50. Untuk mempermudah perhitungan, besar tegangan efektif dan sudut fasanya dihitung dengan bantuan Microsoft Excel seperti yang tercantum pada lampiran IX. Hasil perhitungan ini adalah: Orde Harmonisa Tegangan Efektif E M Sudut fasa 1 1,19137226 0° 3 0,08015078 0° Universitas Sumatera Utara 128 5 0,00619942 180° 7 ‐0,00132498 0° 9 ‐0,00532238 0° 11 0,00019535 0° 13 0,00178734 0° 15 0,01430868 0° 17 0,00825526 0° 19 0,00309857 180° 21 0,00410427 0° 23 ‐0,00074797 0° 25 ‐0,00511275 0° 27 0,00028984 0° 29 0,00109627 180° 31 0,00360941 0° 33 0,00702359 0° 35 0,00110019 0° 37 0,00059366 0° 39 0,00054950 0° 41 ‐0,00039449 0° 43 ‐0,00005503 180° 45 0,00157640 0° 47 0,01242234 0° 49 0,01614430 0° Tabel 6. Tegangan Efektif Harmonisa Per Fasa Dengan ρ=135° dan q=4 Pada Rotor Kutub Sepatu Tegangan induksi total dari belitan per fasa ini dapat dicari dengan persamaan 3.46: Bentuk gelombang tegangan induksi total ini dapat ditampilkan dengan program simulasi Multisim. Apabila frekuensi fundamental dianggap sama dengan 60 Hz, Universitas Sumatera Utara 129 maka rangkaian simulasi penjumlahan seluruh tegangan harmonisa per fasa ini adalah sebagai berikut: Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √2E M : THD pada tegangan fasa ke netral ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 130 THD tegangan fasa ke netral generator dengan kutub sepatu ini lebih besar daripada generator dengan kutub silinder 4,239 dengan q dan ρ yang sama. Tegangan harmonisa urutan nol pada fasa ke netral tidak muncul pada fasa ke fasa. Tegangan fasa ke fasa V RS bergeser +30° dari rangkaian fasa ke netral V RN sehingga rangkaian simulasi penjumlahan untuk menghasilkan tegangan fasa ke fasa adalah: Bentuk gelombang tegangan induksi total fasa ke fasa ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √6E M : Universitas Sumatera Utara 131 THD pada tegangan fasa ke fasa ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: THD tegangan fasa ke fasa generator ini lebih kecil daripada tegangan fasa ke netralnya dengan selisih 5,158. THD tegangan fasa ke fasa generator dengan kutub sepatu ini lebih kecil daripada generator dengan kutub silinder 3,386 dengan ρ dan q yang sama. Jadi, dapat disimpulkan bahwa THD tegangan fasa ke netral pada generator kutub sepatu jauh lebih besar daripada generator kutub silinder, sedangkan THD tegangan fasa ke fasa generator kutub sepatu sedikit lebih kecil daripada generator kutub silinder. 4 Generator 3 fasa dengan data: 1500 rpm, 50 Hz, 15 kW, 220380 V, 36 slot, 4 kutub, menggunakan rotor kutub sepatu, menggunakan kumparan kisar pendek dengan kisar Universitas Sumatera Utara 132 kumparan sebesar 7 slot, menggunakan belitan terdistribusi berantai dengan 3 kumparankutubfasa, dan masing-masing kumparan mempunyai 7 lilitan. Kisar kumparan jangkar pada generator ini adalah: ° ° Kisar slot dalam derajat listrik dapat dihitung dengan persamaan 2.11: ° ° ° k pn dan k dn dapat dihitung dengan persamaan 3.41 dan 3.42: ° ° ° ° ° Besar tegangan harmonisa per fasa dapat dihitung dengan persamaan 4.1. Sudut fasa setiap tegangan harmonisa ini dapat dicari dari persamaan 3.49 dan 3.50. Untuk mempermudah perhitungan, besar tegangan efektif dan sudut fasanya dihitung dengan bantuan Microsoft Excel seperti yang tercantum pada lampiran X. Hasil perhitungan ini adalah: Orde Harmonisa Tegangan Efektif per fasa E m Sudut fasa 1 1,21446256 0° 3 0,10686770 0° 5 0,00298067 180° 7 ‐0,00123671 0° 9 ‐0,00709650 0° 11 0,00055011 0° 13 0,00139955 180° Universitas Sumatera Utara 133 15 0,01907824 0° 17 0,05114888 0° 19 0,03556501 0° 21 0,00547236 0° 23 ‐0,00003194 180° 25 ‐0,00078513 0° 27 0,00038645 0° 29 0,00189554 0° 31 0,00093679 180° 33 0,00936478 0° 35 0,02056611 0° 37 0,01109746 0° 39 0,00073267 0° 41 ‐0,00010239 180° 43 ‐0,00009515 0° 45 0,00210186 0° 47 0,00190762 0° 49 0,00068938 180° Tabel 7. Tegangan Efektif Harmonisa Per Fasa Dengan ρ=140° dan q=3 Pada Rotor Kutub Sepatu Tegangan induksi total dari belitan per fasa ini dapat dicari dengan persamaan 3.46: Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa ini dapat ditampilkan dengan program simulasi Multisim. Apabila frekuensi fundamental dianggap sama dengan 50 Hz, maka rangkaian simulasinya penjumlahan seluruh tegangan harmonisa ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 134 Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa fasa ke netral ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √2E M : THD pada tegangan fasa ke netral ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 135 THD tegangan fasa ke netral generator ini kisar kumparan = 140° listrik jauh melebihi generator sebelumnya yang mempunyai kisar kumparan 120° listrik. Hal ini disebabkan oleh semua harmonisa urutan nol tidak muncul pada kisar kumparan 120° listrik, sedangkan pada 140° listrik tetap muncul. Tegangan harmonisa urutan nol pada fasa ke netral tidak muncul pada fasa ke fasa. Tegangan fasa ke fasa V RS bergeser +30° dari rangkaian fasa ke netral V RN sehingga rangkaian simulasi penjumlahan untuk menghasilkan tegangan fasa ke fasa adalah: Bentuk gelombang tegangan induksi total fasa ke fasa ditampilkan pada osiloskop XCS1 Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √6E M beserta dengan THD-nya ditunjukkan pada halaman 136. THD tegangan fasa ke fasa generator ini lebih kecil daripada tegangan fasa ke netralnya dengan selisih 5,056. THD tegangan fasa ke fasa dan fasa ke netral generator ini lebih besar daripada generator sebelumnya yang mempunyai jumlah q yang lebih besar. Universitas Sumatera Utara 136 5 Generator 3 fasa dengan data: 1500 rpm, 50 Hz, 50 kW, 400230 V, 90,5 A, 36 slot, 4 kutub, menggunakan rotor kutub sepatu, menggunakan kumparan kisar pendek dengan kisar kumparan sebesar 8 slot, menggunakan belitan terdistribusi berantai dengan 3 kumparankutubfasa, dan masing-masing kumparan mempunyai 7 lilitan. Kisar kumparan jangkar pada generator ini adalah: ° ° Kisar slot dalam derajat listrik dapat dihitung dengan persamaan 2.11: Universitas Sumatera Utara 137 ° ° ° k pn dan k dn dapat dihitung dengan persamaan 3.41 dan 3.42: ° ° ° ° ° Besar tegangan harmonisa per fasa dapat dihitung dengan persamaan 4.1. Tegangan harmonisa ini berbeda fasa satu sama lain. Sudut fasa setiap tegangan harmonisa ini dapat dicari dari persamaan 3.49 dan 3.50. Untuk mempermudah perhitungan, besar tegangan efektif dan sudut fasanya dihitung dengan bantuan Microsoft Excel seperti yang tercantum pada lampiran XI. Hasil perhitungan ini adalah: Orde Harmonisa Tegangan Efektif per fasa E m Sudut fasa 1 1,27276954 350° 3 0,18510029 330° 5 0,01103343 310° 7 ‐0,00055216 110° 9 0,00000000 ‐ 11 0,00024561 250° 13 0,00518068 50° 15 0,03304448 30° 17 0,05360457 10° 19 0,03727250 350° 21 0,00947840 330° 23 ‐0,00011823 310° 25 ‐0,00035054 110° 27 0,00000000 ‐ Universitas Sumatera Utara 138 29 0,00084631 250° 31 0,00346768 50° 33 0,01622028 30° 35 0,02155349 10° 37 0,01163025 350° 39 0,00126902 330° 41 ‐0,00037900 310° 43 ‐0,00004248 110° 45 0,00000000 ‐ 47 0,00085171 250° 49 0,00255184 50° Tabel 8. Tegangan Efektif Harmonisa Per Fasa Dengan ρ=160° dan q=3 Pada Rotor Kutub Sepatu Dari hasil perhitungan ini dapat dilihat bahwa pada kisar kumparan 89 160° listrik, tegangan harmonisa orde kelipatan 9 9, 27, 45, 63… tidak muncul. Tegangan induksi total dari belitan per fasa ini dapat dicari dengan persamaan 3.46: Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa ini dapat ditampilkan dengan program simulasi Multisim. Apabila frekuensi fundamental dianggap sama dengan 50 Hz, maka rangkaian simulasinya penjumlahan seluruh tegangan harmonisa ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 139 Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa fasa ke netral ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √2E M : THD pada tegangan fasa ke netral ini ditampilkan pada THD pada halaman 140. Jika dibandingkan dengan generator sebelumnya dengan q=3, THD tegangan fasa ke netral generator ini kisar kumparan = 160° listrik lebih besar dari generator sebelumnya pada perhitungan 4 yang mempunyai kisar kumparan 140° listrik 10,546. Universitas Sumatera Utara 140 Tegangan harmonisa urutan nol pada fasa ke netral tidak muncul pada fasa ke fasa. Tegangan fasa ke fasa V RS bergeser +30° dari rangkaian fasa ke netral V RN sehingga rangkaian simulasi penjumlahan untuk menghasilkan tegangan fasa ke fasa adalah: Bentuk gelombang tegangan induksi total fasa ke fasa ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √6E M beserta dengan THD-nya ditunjukkan pada halaman 141. THD tegangan fasa ke fasa generator ini lebih kecil daripada tegangan fasa ke netralnya dengan selisih 10,286. THD tegangan fasa ke fasa generator ini lebih besar daripada THD generator sebelumnya pada perhitungan 4 5,49 dengan ρ=140° listrik dan q=3. Universitas Sumatera Utara 141 6 Generator 3 fasa dengan data: 48 slot, 4 kutub, menggunakan rotor kutub sepatu, menggunakan kumparan kisar pendek dengan kisar kumparan sebesar 10 slot, menggunakan belitan terdistribusi berantai dengan 3 kumparankutubfasa, dan masing-masing kumparan mempunyai 9 lilitan. Kisar kumparan jangkar pada generator ini adalah: ° ° Kisar slot dalam derajat listrik dapat dihitung dengan persamaan 2.11: ° ° ° Universitas Sumatera Utara 142 k pn dan k dn dapat dihitung dengan persamaan 3.41 dan 3.42: ° ° ° , ° , ° Besar tegangan harmonisa per fasa dapat dihitung dengan persamaan 4.1. Sudut fasa setiap tegangan harmonisa ini dapat dicari dari persamaan 3.49 dan 3.50. Untuk mempermudah perhitungan, besar tegangan efektif dan sudut fasanya dihitung dengan bantuan Microsoft Excel seperti yang tercantum pada lampiran XII. Hasil perhitungan ini adalah: Orde Harmonisa Tegangan Efektif per fasa E m Sudut fasa 1 1,27111343 0° 3 0,18243458 0° 5 0,01032979 0° 7 ‐0,00037879 180° 9 ‐0,00207852 0° 11 0,00121479 0° 13 0,01111461 0° 15 0,00558789 0° 17 0,00236004 180° 19 0,00516300 0° 21 0,00934190 0° 23 ‐0,00079803 0° 25 ‐0,00545496 0° 27 0,00065972 0° 29 0,00182666 0° 31 0,00103187 180° Universitas Sumatera Utara 143 33 0,00274288 0° 35 0,00684159 0° 37 0,00369172 0° 39 0,00021459 0° 41 ‐0,00011278 180° 43 ‐0,00009169 0° 45 0,00358810 0° 47 0,01325379 0° 49 0,01722487 0° Tabel 9. Tegangan Efektif Harmonisa Per Fasa Dengan ρ=150° dan q=3 Pada Rotor Kutub Sepatu Tegangan induksi total dari belitan per fasa ini dapat dicari dengan persamaan 3.46: Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa ini dapat ditampilkan dengan program simulasi Multisim. Apabila frekuensi fundamental dianggap sama dengan 50 Hz, maka rangkaian simulasinya penjumlahan seluruh tegangan harmonisa ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 144 Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa fasa ke netral ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √2E M : THD pada tegangan fasa ke netral ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: Jika dibandingkan dengan generator sebelumnya dengan q=3, THD tegangan fasa ke netral generator ini kisar kumparan = 150° listrik lebih besar dari generator pada perhitungan 4 dengan kisar kumparan 140° listrik 10,546, tetapi lebih kecil dari generator pada perhitungan 5 dengan kisar kumparan 160° listrik 15,857. Tegangan harmonisa urutan nol pada fasa ke netral tidak muncul pada fasa ke fasa. Tegangan fasa ke fasa V RS bergeser +30° dari rangkaian fasa ke netral V RN Universitas Sumatera Utara 145 sehingga rangkaian simulasi penjumlahan untuk menghasilkan tegangan fasa ke fasa adalah: Bentuk gelombang tegangan induksi total fasa ke fasa ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √6E M : THD pada tegangan total fasa ke fasa ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 146 THD tegangan fasa ke fasa generator ini lebih kecil daripada tegangan fasa ke netralnya dengan selisih 12,295. THD tegangan fasa ke fasa generator ini lebih kecil daripada perhitungan 4 dengan kisar kumparan 140° listrik 5,49 dan perhitungan 5 dengan kisar kumparan 160° listrik 5.571 7 Generator 3 fasa dengan data: • 1500 rpm, 60 Hz, 100 kVA, 135A, 400 V, 48 slot, 4 kutub. • Menggunakan rotor kutub sepatu. • Menggunakan kumparan kisar pendek dan belitan terdistribusi konsentris dengan 3 kumparankutubfasa. • Ketiga kumparankutubfasa ini memiliki kisar kumparan sebesar 11 slot 14 lilitan, 9 slot 7 lilitan, dan 7 slot 7 lilitan. Kisar ketiga kumparan jangkar pada generator ini adalah: ° ° ° ° ° ° Kisar slot dalam derajat listrik dapat dihitung dengan persamaan 2.11: Universitas Sumatera Utara 147 ° ° ° k wn suatu belitan konsentris dapat dihitung dengan persamaan 3.43a: Perhatikan kembali halaman 99-100 dalam mencari C 2 , C 3 , dan C 4 . ¾ Untuk n=1 Maka: ° ° ° , ° ° , ° C 2 bernilai 1 karena: C 3 bernilai 1 karena: ¾ Untuk n=3 Maka: ° ° ° ° ° , ° ° , ° C 2 bernilai 1 karena: Universitas Sumatera Utara 148 C 3 bernilai -1 karena: ° ¾ Untuk n=5 Maka: ° ° ° ° ° , ° ° , ° C 2 bernilai -1 karena: ° C 3 bernilai -1 karena: ° Besar tegangan harmonisa per fasa dapat dihitung dengan persamaan 4.1 dan dengan mengacu pada persamaan 3.43a, nilai C 2 dan C 3 yang telah dihitung sebelumnya: , ° , ° , ° , , , ° , ° , ° , , , ° , ° , ° , , Tegangan harmonisa ini berbeda fasa satu sama lain. Sudut fasa setiap tegangan harmonisa ini dapat dicari dari persamaan 3.52: Universitas Sumatera Utara 149 ° ° ° ° ° ° , ° , ° ° ° ° ° ° ° , ° ° ° ° ° ° ° , ° Untuk mempermudah perhitungan, perhitungan tegangan efektif orde selanjutnya dihitung dengan bantuan Microsoft Excel seperti yang tercantum pada lampiran XIII. Hasil perhitungan ini adalah: Orde Harmonisa Tegangan Efektif E M Sudut Fasa 1 1,24559230 7,5° 3 0,14809932 22,5° 5 0,00419283 37,5° 7 ‐0,00037119 52,5° 9 ‐0,00407357 67,5° 11 0,00049308 82,5° 13 0,00451139 277,5° 15 0,01095139 292,5° 17 0,00231266 307,5° 19 0,00209564 322,5° 21 0,00758370 337,5° 23 ‐0,00078201 352,5° 25 ‐0,00534543 7,5° 27 0,00053555 22,5° 29 0,00074144 37,5° 31 0,00101115 52,5° 33 0,00537562 67,5° Universitas Sumatera Utara 150 35 0,00277698 82,5° 37 0,00149846 277,5° 39 0,00042057 292,5° 41 ‐0,00011051 307,5° 43 ‐0,00003722 322,5° 45 0,00291280 337,5° 47 0,01298768 352,5° 49 0,01687903 7,5° Tabel 10. Tegangan Efektif Harmonisa Per Fasa Dengan Belitan Konsentris dan q=3 Pada Rotor Kutub Sepatu Tegangan induksi total dari belitan per fasa ini dapat dicari dengan persamaan 3.46: Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa ini dapat ditampilkan dengan program simulasi Multisim. Apabila frekuensi fundamental dianggap sama dengan 60 Hz, maka rangkaian simulasinya penjumlahan seluruh tegangan harmonisa ini adalah sebagai berikut: Bentuk gelombang tegangan induksi total per fasa fasa ke netral ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √2E M : Universitas Sumatera Utara 151 THD pada tegangan fasa ke netral ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: Jika dibandingkan dengan generator sebelumnya yang menggunakan belitan terdistribusi berantai dengan q=3, THD tegangan fasa ke netral generator ini lebih besar dari generator sebelumnya pada perhitungan 4 dengan kisar kumparan 140° listrik 10,546, tetapi lebih kecil dari generator sebelumnya pada perhitungan 5 dengan kisar kumparan 160° listrik 15,857, dan pada perhitungan 5 dengan kisar kumparan 150° listrik 14,561. Hal ini dikarenakan belitan terdistribusi konsentris menghasilkan tegangan harmonisa urutan nol dalam jumlah yang besar. Tegangan harmonisa urutan nol pada fasa ke netral tidak muncul pada fasa ke fasa. Tegangan fasa ke fasa V RS bergeser +30° dari rangkaian fasa ke netral V RN Universitas Sumatera Utara 152 sehingga rangkaian simulasi penjumlahan untuk menghasilkan tegangan fasa ke fasa adalah: Bentuk gelombang tegangan induksi total fasa ke fasa ditampilkan pada osiloskop XCS1 sebagai berikut Nilai pada sumbu Y merupakan nilai per unit dengan base tegangan √6E M : THD pada tegangan fasa ke fasa ini ditampilkan pada THD meter sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 153 THD tegangan fasa ke fasa generator ini lebih kecil daripada tegangan fasa ke netralnya dengan selisih 10,232. THD tegangan fasa ke fasa generator ini lebih kecil dibandingkan dengan generator sebelumnya yang menggunakan belitan terdistribusi berantai dengan q=3. Bahkan, THD ini masih lebih kecil daripada THD generator sebelumnya pada perhitungan 2 dengan belitan terdistribusi berantai q=4 2,43 dan pada perhitungan 3 dengan q=6 2,37. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan belitan terdistribusi konsentris dapat diperoleh THD tegangan fasa ke fasa yang lebih kecil daripada yang bisa diperoleh dengan belitan terdistribusi berantai. Dalam prakteknya, kumparan kisar pendek dan belitan terdistribusi selalu dipakai bersamaan pada kumparan jangkar sebuah alternator. Untuk melihat pengaruh kisar kumparan ρ terhadap tegangan harmonisa dan jumlah kumparankutubfasa q terhadap tegangan harmonisa secara terpisah, pada pembahasan selanjutnya akan dihitung besar THD tegangan untuk berbagai kemungkinan ρ pada saat q sama dengan 1 kumparan kisar pendek dan belitan terkonsentrasi dan berbagai kemungkinan q pada saat ρ sama dengan 180° listrik kumparan kisar penuh dan belitan terdistribusi. Kisar kumparan yang sering ditemui adalah: 90°, 100°, 105°, 108°, 112,5°, 120°, 126°, 132°, 135°, 140°, 144°, 150°, 156°, 157,5°, 160°, 162°, 165°, 168°. Dengan mengganggap q sama dengan 1 sehingga k d juga sama dengan 1, dapat dihitung tegangan harmonisa untuk berbagai kisar kumparan tersebut pada rotor kutub sepatu Universitas Sumatera Utara 154 dengan cara yang sama seperti perhitungan sebelumnya dan menghasilkan THD sebagai berikut dengan bantuan Microsoft Excel: Kisar Kumparan ρ THD Φ‐N THD Φ‐Φ Derajat listrik Kisar kumparankisar kutub 90° 12 25,9543 8,9488 100° 59 18,9074 10,0570 105° 712 15,6589 8,8923 108° 35 13,8367 8,7270 112,5° 58 11,4616 8,6325 120° 23 8,9488 8,9488 126° 710 9,0609 6,7519 132° 1115 11,0394 5,6078 135° 34 12,5194 5,8509 140° 79 14,2797 5,7923 144° 45 15,7415 5,0582 150° 56 18,3647 4,3799 156° 1315 21,2720 6,4965 157,5° 78 21,9181 7,0589 160° 89 22,5245 7,1036 162° 910 22,7637 6,7068 165° 1112 23,1750 6,2947 168° 1415 23,6698 6,0374 180° 1 25,9543 8,9488 Tabel 11. THD Tegangan Pada Berbagai Kisar Kumparan Dengan q=1 Pada Rotor Kutub Sepatu Dari hasil perhitungan ini, dapat dilihat bahwa kumparan dengan kisar 90° menghasilkan THD yang sangat besar yang persis sama dengan pada kisar 180° yang sehingga tidak efektif untuk diterapkan. Kisar kumparan 150° menghasilkan THD Universitas Sumatera Utara 155 fasa ke fasa yang paling kecil, sedangkan kisar kumparan 120° menghasilkan THD fasa ke netral yang paling kecil. Kisar kumparan 132°-150° menghasilkan THD tegangan fasa ke fasa yang lebih kecil dibandingkan dengan kisar kumparan lainnya, sedangkan kisar kumparan 105°- 144° menghasilkan THD tegangan fasa ke netral yang lebih kecil dibandingkan dengan kisar kumparan lainnya. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa rotor kutub silinder sangat efektif dalam menekan THD tegangan fasa ke fasa, tetapi belum terlalu efektif dalam menekan THD tegangan fasa ke netral, maka generator dengan rotor kutub silinder dianjurkan menggunakan kumparan jangkar dengan kisar kumparan 105°-144° agar dapat menekan THD tegangan fasa ke fasa dan fasa ke netral sekaligus. Jumlah kumparankutubfasa q yang sering ditemui adalah: 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 8. Dengan mengganggap ρ sama dengan 180° listrik sehingga k p sama dengan 1, dapat dihitung tegangan harmonisa untuk berbagai jumlah q tersebut pada rotor kutub sepatu dengan cara yang sama seperti perhitungan sebelumnya dan menghasilkan THD sebagai berikut dengan bantuan Microsoft Excel: Jumlah kumparankutubfasa q Jumlah Slotkutub α THD Φ‐N THD Φ‐Φ 1 3 30° 25,9543 8,9488 2 6 20° 18,3647 4,3799 3 9 15° 17,8301 5,7043 4 12 12° 16,5077 2,4323 5 15 10° 16,4038 2,5630 6 18 7,5° 16,2963 2,3765 8 24 6° 16,1329 2,1455 Tabel 12. THD Tegangan Pada Berbagai Jumlah kumparankutubfasa Dengan ρ=180° Pada Rotor Kutub Sepatu Universitas Sumatera Utara 156 Dari hasil perhitungan ini, dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah q, akan menghasilkan THD baik fasa ke fasa maupun fasa ke netral yang semakin kecil. Belitan dengan q=8 menghasilkan THD yang paling kecil. Perbedaan THD antar variasi ρ lebih mencolok daripada perbedaan THD antar variasi q. Kumparan kisar pendek dengan kisar kumparan mulai dari 105°-144° menghasilkan THD fasa ke netral yang lebih kecil daripada yang bisa diperoleh dengan belitan terdistribusi, sedangkan belitan terdistribusi menghasilkan THD fasa ke fasa yang lebih kecil daripada yang bisa diperoleh dengan kumparan kisar pendek. Jadi, dengan mengkombinasikan kumparan kisar pendek dengan ρ tertentu dan belitan terdistribusi dengan q tertentu, dapat menekan THD fasa ke fasa maupun fasa ke netral dalam batas yang diinginkan. Pada uraian di atas telah dibahas pengaruh jumlah kumparankutubfasa q suatu belitan terdistribusi berantai terhadap THD yang dihasilkan. Selain itu, juga dibahas mengenai THD yang dihasilkan belitan terdistribusi konsentris dengan q=3 dan perbandingannya terhadap belitan terdistribusi berantai. Untuk melihat pengaruh jumlah kumparankutubfasa q terhadap tegangan harmonisa belitan konsentris, berikut ini akan diambil beberapa data ρ dan q beberapa generator yang menggunakan belitan konsentris dan dihitung THD tegangannya dengan bantuan microsoft Excel dengan cara yang sama seperti pada perhitungan sebelumnya: Untuk q=2: Tabel 13. THD Tegangan Pada Belitan Konsentris Dengan q=2 Pada Rotor Kutub Sepatu N 1 N 2 ρ 1 ρ 2 THD Φ‐N THD Φ‐Φ Selisih THD 15 15 165° 105° 17,6926 2,4539 15,2386 10 9 160° 120° 13,1470 5,5206 7,6263 11 11 165° 105° 17,6926 2,4539 15,2386 9 9 165° 135° 16,5077 2,4323 14,0754 9 9 165° 105° 17,6926 2,4539 15,2386 Universitas Sumatera Utara 157 Untuk q=3: N 1 N 2 N 3 ρ 1 ρ 2 ρ 3 THD Φ‐N THD Φ‐Φ Selisih THD 10 8 10 330° 270° 210° 9,0892 4,8335 4,2557 25 25 25 330° 270° 210° 9,935 4,3799 5,5551 14 7 7 165° 135° 105° 12,0979 1,8697 10,2282 Tabel 14. THD Tegangan Pada Belitan Konsentris Dengan q=3 Pada Rotor Kutub Sepatu Untuk q=4 digunakan oleh semua generator satu fasa dan beberapa generator tiga fasa: N 1 N 2 N 3 N 4 ρ 1 ρ 2 ρ 3 ρ 4 THD Φ‐N THD Φ‐Φ Selisih THD 10 7 10 10 160° 120° 80° 40° 10,0043 5,7706 4,2337 5 10 5 6 160° 120° 80° 40° 8,6832 5,5231 3,1601 20 47 21 22 160° 120° 80° 40° 8,1836 5,6226 2,561 20 45 23 23 160° 120° 80° 40° 8,7458 5,5848 3,161 6 12 6 5 160° 120° 80° 40° 7,3959 5,6155 1,7804 21 19 17 12 165° 135° 105° 75° 4,2119 2,0808 2,1311 Tabel 15. THD Tegangan Pada Belitan Konsentris Dengan q=4 Pada Rotor Kutub Sepatu Dari hasil perhitungan ini, dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah q suatu belitan konsentris, maka selisih antara THD tegangan fasa ke fasa dengan THD tegangan fasa ke netral akan semakin kecil. Pada q=3, THD fasa ke fasa yang terkecil adalah 1,8697 dan ini merupakan nilai terkecil dibandingkan dengan q=2 dan q=4. THD tegangan fasa ke netral cenderung menurun seiring dengan kenaikan q. Universitas Sumatera Utara 158 Pada perancangan generator, tidak hanya harmonisa tegangan terminal tanpa beban saja yang diusahakan sekecil mungkin, tetapi harmonisa medan magnet hasil reaksi jangkar juga harus diusahakan sekecil mungkin. Apabila kandungan harmonisa pada reaksi jangkar ini terlalu besar, maka kenaikan rugi-rugi inti pada stator dan rotor akibat harmonisa ini akan sangat besar. Untuk mengatasinya, dapat digunakan belitan terdistribusi pada jangkar sehingga bentuk distribusi medan magnet reaksi jangkar ini menyerupai anak tangga sama halnya dengan belitan terdistribusi pada belitan medan dan harmonisa dapat dikurangi. Harmonisa reaksi jangkar pada belitan terdistribusi konsentris lebih kecil daripada belitan terdistribusi berantai. Pada generator tiga fasa, medan magnet hasil reaksi jangkar ini merupakan medan putar. Medan putar ini merupakan interaksi antara medan magnet bolak-balik ac yang dihasilkan pada ketiga fasa belitan jangkar. Ketiga belitan jangkar ini diletakkan terpisah 120° listrik satu sama lainnya di dalam stator sehingga medan magnet yang dihasilkannya juga akan terpisah 120° listrik di dalam stator. Arus listrik yang mengalir pada setiap fasa belitan jangkar akan berselisih fasa 120° listrik satu sama lain sehingga medan magnetnya juga akan fasa berselisih fasa 120° listrik. Setiap medan magnet ac pada ketiga fasa ini mengandung harmonisa dan dapat dirumuskan sebagai berikut: ° ° ° ° ° Sudut di dalam fungsi sinus pada persamaan di atas menyatakan sudut fasa kerapatan medan magnet, sedangkan sudut di dalam notasi ” ” menyatakan posisi medan magnet pada ketiga fasa ini yang terpisah 120° listrik di dalam stator. Notasi ’n’ menyatakan orde harmonisa. Ketiga medan magnet ini dapat digambar dalam bentuk vektor sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 159 Medan putar yang merupakan resultan dari ketiga medan magnet ac ini menjadi: ° ° ° ° ° Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa komponen harmonisa urutan nol dari medan magnet pada ketiga fasa ini selalu sefasa sehingga besarnya akan sama untuk setiap waktu. Resultan dari medan magnet yang sefasa dan terpisah 120° listrik dalam stator ini akan bernilai nol sehingga dapat disimpulkan bahwa medan putar yang dihasilkan belitan jangkar tidak mengandung harmonisa urutan nol. Medan magnet dari belitan jangkar generator satu fasa tidak berputar, melainkan hanya mengalami pulsasi. Tidak seperti generator tiga fasa, medan magnet dari belitan jangkar pada generator satu fasa hanya berasal dari belitan satu fasa sehingga komponen harmonisa urutan nol terutama orde ke-3 tetap hadir dan akan menghasilkan rugi-rugi inti yang besar. Karena belitan terdistribusi konsentris lebih efektif daripada belitan terdistribusi berantai dalam hal menekan harmonisa reaksi jangkar, maka alternator satu fasa selalu menggunakan belitan terdistribusi konsentris walaupun belitan konsentris ini menghasilkan THD tegangan fasa ke netral yang lebih besar daripada belitan terdistribusi berantai. Universitas Sumatera Utara 160 BAB V PENUTUP

V.1 KESIMPULAN