Umum Deret Fourier Analisis Pengaruh Konfigurasi Belitan Terhadap Tegangan Harmonisa Generator Sinkron Tanpa Beban Dengan Program Simulasi Multisim

3 s a h f I d f l G s m

3.1 Umum

Harmon sebesar kelip adalah gelom harmonisa y frekuensi fu Indonesia m Gelomb distorsi cac fundamental listrik yang b Gambar 3.1 sedangkan g mengandung Gamb Si nisa adalah g patan bilang mbang dari yang ditinja undamental s memakai frek bang teganga cat bentuk l. Harmonis berulang set 1 menunjukk gambar 3.2 g harmonisa bar 3.1 Gelo nusoidal Mu HA gelombang-g gan bulat da sebuah fung au adalah ge sebesar 50 H kuensi fundam an dan arus adalah berb sa merupaka tiap perioden kan suatu g menunjukk . mbang urni 46 BAB III ARMONI gelombang s ari frekuensi gsi sinus. P elombang ar Hz standar mental 50 H listrik pada bentuk sinus an salah sat nya. gelombang kan suatu g ISA sinusoidal ya i fundamenta ada sistem t rus listrik a IEC ataupu Hz yang sesua sistem tena s dengan fre tu jenis dist sinusoidal y gelombang y Gambar 3 Menga ang mempun al. Gelomba tenaga listrik ataupun tega un 60 Hz st ai dengan sta ga listrik ya ekuensi sebe torsi pada s yang bebas yang terdist 3.2 Gelomba andung Harm nyai frekuen ang sinusoid k, gelomban angan denga tandar ANSI andar IEC. ang bebas da esar frekuen sistem tenag dari distors orsi sehingg ang yang monisa nsi dal ng an I. ari nsi ga si, ga Universitas Sumatera Utara 47 3.1 3.2

3.2 Deret Fourier

Pada tahun 1800, seorang ahli matematika perancis Jean Baptiste Fourier menemukan bahwa suatu gelombang non-sinus periodik dapat diuraikan menjadi deret penjumlahan gelombang-gelombang sinus yang mempunyai frekuensi sebesar kelipatan bilangan bulat dari frekuensi fundamental. Deret penjumlahan ini disebut deret fourier yang merupakan deret tak berhingga. Sejalan dengan itu, apabila suatu gelombang sinus mengalami distorsi sehingga menjadi suatu gelombang non-sinus maka gelombang itu dapat diuraikan menjadi penjumlahan dari gelombang harmonisanya. Harmonisa pertama disebut juga frekuensi fundamental. Jika frekuensi gelombang harmonisanya sama dengan dua kali frekuensi fundamental maka disebut harmonisa kedua, jika frekuensi gelombang harmonisanya sama dengan tiga kali frekuensi fundamental maka disebut harmonisa ketiga, dan seterusnya. Dalam sistem tenaga listrik di Indonesia, frekuensi fundamental adalah 50 Hz maka harmonisa keduanya mempunyai frekuensi 100 Hz, harmonisa ketiganya mempunyai frekuensi 150 Hz, dan seterusnya. Gelombang dengan frekuensi 50 Hz disebut harmonisa pertama ataupun frekuensi fundamental. Misalkan fungsi ft berada pada interval 0 t T dan periodik dengan periode T. Deret fourier untuk fungsi tersebut adalah: atau ekivalen dengan Nilai n dalam persamaan 3.1 dan 3.2 merupakan bilangan asli 1, 2, 3, ..., n. Fungsi ft ini adalah suatu pernyataan deret tak berhingga dimana a n dan b n adalah koefisien fourier, dan ω adalah frekuensi sudut. Suku dari persamaan 3.1 dan 3.2 menyatakan nilai rata-rata atau komponen searah dc dari bentuk gelombang ft. Universitas Sumatera Utara 48 3.3 Nilai n disebut juga orde dari suatu harmonisa. Jika , disebut orde ke 2, jika , disebut orde ke 3, dan seterusnya. Apabila ruas kiri dan ruas kanan dari persamaan 3.1 diintegralkan dengan batas integral dari 0 sampai T, maka akan menghasilkan: Karena nilai rata-rata dari sebuah fungsi sinus dan cosinus sama dengan nol, maka ruas kanan kedua pada persamaan 3.3 sama akan dengan nol sehingga menjadi: Untuk menentukan a n , kedua ruas pada persamaan 3.1 dikalikan dengan cos 2n πt T ⁄ dan diintegralkan dengan batas dari 0 sampai T sehingga menghasilkan: Integral suku pertama, kedua, dan keempat dari persamaan di atas sama dengan nol karena nilai rata-rata dari sebuah fungsi sinus dan cosinus sama dengan nol sehingga persamaan di atas menjadi: . 3.4 Universitas Sumatera Utara 49 3.6 3.5 Sehingga: Untuk menentukan b n , kedua pada persamaan 3.1 dikalikan dengan sin 2n πt T ⁄ dan diintegralkan dengan batas dari 0 sampai T sehingga menghasilkan: Integral suku pertama, kedua, dan keempat dari persamaan di atas sama dengan nol karena karena nilai rata-rata dari sebuah fungsi sinus dan cosinus sama dengan nol sehingga persamaan di atas menjadi: . Sehingga: Penting diperhatikan bahwa batas integral pada persamaan 3.4, 3.5, dan 3.6 tidaklah baku, tetapi dapat dievaluasi untuk setiap periode lengkap yaitu dari t ke t + T 2 ⁄ , sebagai contoh dapat dievaluasi dari t = - T 2 ke t = T 2 . Batas integral persamaan 3.4, 3.5 dan 3.6 dapat diganti menjadi dari t = - T 2 ke t = T 2 sehingga menjadi: Universitas Sumatera Utara 50 3.11 Mengingat dalam integral tertentu integral dengan batas, berlaku persamaan sebagai berikut: Dengan mensubstitusikan persamaan 3.10 dan 3.11 ke ruas kanan pertama pada persamaan 3.7, akan menghasilkan: 3.7 3.9 3.10 3.12 3.8 Universitas Sumatera Utara 51 3.15 Dengan mensubstitusikan persamaan 3.10 dan 3.11 ke ruas kanan pertama pada persamaan 3.8, akan menghasilkan: Dengan cara yang sama, jika mensubstitusikan persamaan 3.10 dan 3.11 ke ruas kanan pertama pada persamaan 3.9, akan menghasilkan: Ada beberapa kemungkinan bentuk simetri fungsi ft yang bisa mempermudah penganalisisan deret fourier dari ft tersebut, yaitu apabila fungsi ft merupakan fungsi ganjil, fungsi genap, ataupun fungsi simetris setengah gelombang. 3.14 3.13 Universitas Sumatera Utara 52 ¾ Fungsi Ganjil Fungsi ganjil adalah fungsi yang memenuhi persamaan: . Apabila persamaan ini disubstitusi ke persamaan 3.13, 3.14, dan 3.15, maka akan menghasilkan: Apabila ketiga koefisien fourier a , a n , dan b n ini disubtitusikan ke persamaan 3.1, maka deret fourier dari suatu fungsi ganjil tidak mengandung komponen dc dan suku cosinus karena a n dan a sama dengan nol sehingga hanya mengandung suku sinus saja. Berikut ini diberikan contoh gambar dua buah grafik fungsi ganjil: ¾ Fungsi Genap Fungsi genap adalah fungsi yang memenuhi persamaan: sehingga grafik fungsi ini simetris terhadap sumbu Y. Apabila persamaan ini disubstitusi ke persamaan 3.13, 3.14, dan 3.15, maka akan menghasilkan: Gambar 3.3 Bentuk Grafik Fungsi Ganjil Universitas Sumatera Utara 53 Apabila ketiga koefisien fourier ini disubtitusikan ke persamaan 3.1, maka deret fourier dari suatu fungsi genap tidak mengandung suku sinus karena b n = 0 sehingga hanya mengandung suku cosinus dan komponen dc saja. Berikut ini diberikan contoh gambar dua buah grafik fungsi genap: ¾ Fungsi Simetris Setengah Gelombang Bentuk grafik fungsi ini simetris terhadap garis rata-rata fungsi tersebut. Dengan kata lain, setengah gelombang bagian atas fungsi ini merupakan refleksi terhadap setengah gelombang bagian bawahnya. Di bawah ini diberikan contoh gambar dua buah grafik fungsi simetris setengah gelombang: Gambar 3.4 Bentuk Grafik Fungsi Genap Gambar 3.5 Bentuk Grafik Fungsi Simetris Setengah Gelombang Universitas Sumatera Utara 54 3.17 3.16 Gambar 3.5 sebelah kiri menunjukkan grafik fungsi persegi yang simetris terhadap sumbu X sebagai garis rata-ratanya, sedangkan gambar sebelah kanan menunjukkan grafik fungsi persegi yang simetris terhadap garis A sebagai garis rata-ratanya. Selanjutnya di bawah ini di bawah ini diberikan sebuah contoh gambar grafik fungsi yang bukan simetris setengah gelombang: Dalam fungsi simetris setengah gelombang ini berlaku persamaan: Dengan mensubstitusikan persamaan 3.12 ⁄ ke ruas kanan pertama pada persamaan 3.8, akan menghasilkan: ⁄ ⁄ ⁄ ⁄ Dengan mensubstitusikan persamaan 3.16 ke ruas kanan pertama pada persamaan 3.17, akan menghasilkan: ⁄ ⁄ Gambar 3.6 Bentuk Grafik Fungsi yang Bukan Simetris Setengah Gelombang Universitas Sumatera Utara 55 3.19 3.18 Dengan cara yang sama pada persamaan 3.9, juga akan menghasilkan: Jika n bilangan ganjil, maka: Dengan mensubstitusikan persamaan 3.19a ke persamaan 3.18 dan persamaan 3.19b ke persamaan 3.19, maka akan menghasilkan: Jika n bilangan genap, maka: Dengan mensubstitusikan persamaan 3.19c ke persamaan 3.18 dan persamaan 3.19d ke persamaan 3.19, maka akan menghasilkan: 3.19a 3.19b 3.19c 3.19d Universitas Sumatera Utara 56 Jadi pada fungsi simetris setengah gelombang, a n dan b n sama dengan nol sewaktu n merupakan bilangan genap, tetapi tidak demikian sewaktu n merupakan bilangan ganjil sehingga deret fourier pada fungsi simetris setengah gelombang tidak memiliki harmonisa genap. Karena gelombang arus maupun tegangan pada sistem tenaga listrik merupakan fungsi simetris setengah gelombang, maka pada sistem tenaga listrik hanya ditinjau harmonisa ganjil saja.

3.3 Jenis-Jenis Harmonisa Berdasarkan Urutan