bimbingan-bimbingan Islam demi perkembangan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran-ajaran al-Qur’an dan al-Hadits.
Pada dasarnya mereka menginginkan anak-anak mereka agar taat kepada Allah SWT dan rasulNya, sehat jasmani dan rohaninya juga dapat
berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-sehari. Hal itu terlihat dari kelebihan-kelebihan daripada upaya-upaya bimbingan Islam yang mereka
gunakan terhadap anak-anak mereka.
B. Cara-cara Pendekatan Bimbingan Kepribadian Islami Terhadap Anak
Seperti halnya upaya-upaya bimbingan Islam yang digunakan. Dalam cara-cara pendekatan yang digunakan juga ada yang sama dan ada yang
berbeda daripada jawaban-jawaban yang para dosen kemukakan. Di sini penulis membatasi jumlah kata kunci dari pertanyaan-pertanyaan wawancara
terhadap mereka, yakni ada empat kata kunci sebagai berikut: Cara-cara pendekatan yang digunakan, alasannya, situasinya dan teknik yang digunakan.
Berikut ini adalah kata kunci jawaban mereka atas keempat pertanyaan tersebut:
1. Cara-cara pendekatan yang digunakan; pola asuh atau pendidikan yang
demokratis, pembiasaan, keteladanan dan rasionalisasi. 2.
Alasannya; agar ada keterbukaan antara anak dengan orang tua, punya rasa tanggung jawab, anak remaja sudah dapat berpikir kritis dan sebagai dosen
harus mengajarkan sesuai yang telah diterapkan di keluarganya.
3. Situasinya; ketika anak berbuat salah dan ketika anak bertanya tantang hal
yang diperintahkan kepadanya. 4.
Tekniknya; Mengajak dialog dan mengarahkan perbuatan anak yang salah tersebut kepada hal yang benar serta memberikan jawaban yang sebaik-
baiknya dengan bijaksana terhadap pertanyaan anak yang kritis. Terlihat ada empat yang utama mengenai cara-cara pendekatan
mengenai bimbingan kepribadian Islami yang mereka gunakan terhadap anak- anaknya, yaitu dengan pola asuhpendidikan yang dialogisdemokratis,
pembiasaan, keteladanan dan rasionalisasi. Cara-cara tersebut dilakukan ketika anak berbuat salah, misalkan anak berkata bohong.
Tekniknya mereka mengajak anak untuk berdialog dan mengarahkan anak kepada hal yang benar serta diberikan rasionalnya sehingga anak
mengakui kesalahannya dan tidak mengulanginya kembali. Di sini yang ditekankan adalah pola asuh yang dialogis bukan memarahi anak ketika dia
salah, karena hal itu tidak akan memecahkan masalah, sebaliknya anak akan selalu berbuat salah.
Sikap keterbukaan antara anak dengan orang tua harus dilakukan sejak dini, salah satunya dengan pola asuh dialogis tadi. Hal ini penting, agar
hubungan anak dengan orang tua semakin akrab. Di samping itu juga anak harus selalu diberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik demi masa
depan anak yang lebih baik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan