Metode Bimbingan Kepribadian Islami Anak Dalam Keluarga Studi Kasus Pada Keluarga Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(1)

METODE BIMBINGAN KEPRIBADIAN ISLAMI ANAK DALAM KELUARGA STUDI KASUS PADA KELUARGA DOSEN

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi ini

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Disusun oleh: J a y a S u t e j a NIM. 103052028663

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H./2009 M.


(2)

METODE BIMBINGAN KEPRIBADIAN ISLAMI ANAK DALAM KELUARGA STUDI KASUS PADA KELUARGA DOSEN

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi ini

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh JAYA SUTEJA NIM. 103052028663

Dosen Pembimbing

Dra. Hj. ELIDAR HUSEIN, M.A. NIP. 150 102 402

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H./2009 M.


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 5 Oktober 2009 J a y a S u t e j a


(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul METODE BIMBINGAN KEPRIBADIAN ISLAMI ANAK DALAM KELUARGA STUDI KASUS PADA KELUARGA DOSEN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 23 Juni 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 5 Oktober 2009 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. M. Luthfi Jamal, M.Ag. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.Ag. NIP. 150 268 782 NIP. 150 299324

Penguji I, Penguji II,

Drs. M. Luthfi Jamal, M.Ag.

Nasichah, M.A.

NIP. 150 268 782 NIP. 150 276 298 Pembimbing,

Dra. Hj. Elidar Husein, M.A. NIP. 150 102 402


(5)

ABSTRAK

Jaya Suteja

Metode Bimbingan Kepribadian Islami Anak Dalam Keluarga Studi Kasus Pada Keluarga Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Bimbingan Islam adalah segala usaha dan tindakan yang menunjukkan kegiatan dalam membentuk, memelihara, serta meningkatkan kondisi atas segala keadaan seseorang terhadap penghayatan serta pengamalan agama Islam sebagai acuan untuk menghadapi berbagai persoalan hidupnya, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan pengertian kepribadian menurut Dr. Singgih D. Gunarsa adalah merupakan suatu kesatuan aspek-aspek jiwa dan badan yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku serta tindakan seseorang.

Berdasarkan judul skripsi ini, penulis merumuskan dua hal yang menjadi masalah atau disebut perumusan masalah, yaitu upaya-upaya bimbingan Islam yang digunakan dan cara-cara pendekatan yang digunakan terhadap anak. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas yang ada dimasyarakat. Dengan pendekatan kualitatif, yang merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Subjek pada penelitian ini adalah para dosen psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan objek penelitian.ini adalah upaya bimbingan Islam dan cara pendekatan yang diterapkan oleh para dosen psikologi terhadap perkembangan kepribadian anak-anaknya.

Adapun hasil penelitian ini mengenai upaya-upaya bimbingan Islam yang digunakan adalah dengan mengajarkan sholat, berpuasa, zakat, mengikutsertakan anak ke dalam kegiatan remaja masjid, memasukkan anak ke lembaga pendidikan yang Islami seperti TPA dan pesantren dan mengajarkan anak beramal shodaqoh. Sedangkan cara pendekatannya adalah dengan pola asuh atau pendidikan yang demokratis, pembiasaan, keteladanan dan rasionalisasi dengan mengajak dialog dan mengarahkan perbuatan anak yang salah tersebut kepada hal yang benar serta memberikan jawaban yang sebaik-baiknya dengan bijaksana terhadap pertanyaan anak yang kritis.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat

dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Karena atas segala karunia Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Metode Bimbingan Kepribadian Islami Anak Dalam Keluarga Studi Kasus Pada Keluarga Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun materil, khususnya kepada:

1. DR. Murodi, M.A., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. M. Luthfi, M.A., selaku ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dan ibu Dra. Nasichah, M.A., selaku sekretaris.

3. Ibu Hj. Elidar Husein, M.A., Selaku pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang tidak penulis cantumkan tetapi tidak mengurangi rasa hormat penulis yang selama empat tahun terakhir ini telah mengajarkan ilmunya kepada penulis . 5. Pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk mendapatkan referensi dalam penulisan skripsi ini.


(7)

6. Ayah dan bunda tercinta yang telah melahirkan, merawat, membesarkan, membiayai dan mendidik serta memenuhi kebutuhan saya sejak kecil sampai saat ini. Dan adik-adik ku sekalian terutama kepada yang tercinta Arie Budi Hartini yang telah memberikan dorongan dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

7. Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Drs. Rahmat Mulyono, Psi., Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si., dan Dra. Fadhillah Suralaga, M.Si., yang telah memberikan waktu dan pemikirannya terhadap penulisan skripsi ini.

8. Rekan-rekan IRMANUSH dan Jurusan BPI seperjuangan yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, baik tenaga, pikiran maupun waktunya. Sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhirnya, kepada-Nya lah saya serahkan segala urusan ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah khazanah pengetahuan walaupun belum optimal.

Ciputat, 5 Oktober 2009 Penulis,

J a y a S u t e j a


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ……….. i

KATA PENGANTAR ……….. ii

DAFTAR ISI ……….. iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 10

D. Metodologi Penelitian ……….... 11

E. Sistematika penulisan ………. 13

BAB II TINJAUAN TEORI A. Bimbingan Islam ……… 15

B. Kepribadian ….……….…….. 19

C. Anak ………...… 25

BAB III GAMBARAN UMUM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA A. Sejarah Singkat ……….…….……… 33

B. Visi, Misi dan Tujuan ..………. 35


(9)

D. Uraian Tugas ……… 38

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

A. Upaya-upaya Bimbingan Islam ………. 40 B. Cara-cara Pendekatan Bimbingan Islam ………..………. 42

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………. 44 B. Saran ………... 45

DAFTAR PUSTAKA ……… 47


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Betapa riang jiwa, betapa bening mata, ketika orang tua melihat buah hatinya adalah malaikat-malaikat yang berjalan di atas muka bumi, ketika jantung hatinya adalah “mushaf-mushaf” yang bergerak di jajaran manusia.

Betapa banyak para orang tua merasa senang, merasa gembira ketika mereka memetik hasil upaya mereka, ketika mereka berteduh di bawah kerindangan tanamannya. Tetapi apakah cukup bagi orang tua dengan menunaikan tanggung jawab dan kewajiban tersebut, lantas ia bersantai, atau ia harus menambah metode dan senantiasa mencari kesempurnaan dan keutamaan.1

Sejak berabad-abad yang lalu perhatian terhadap seluk beluk kehidupan anak sudah diperlihatkan dari sudut perkembangannya agar bisa mempengaruhi kehidupan anak ke arah kesejahteraan yang diharapkan. Anak harus tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang baik dan bisa mengurus dirinya sendiri serta tidak bergantung atau menimbulkan masalah pada orang lain, keluarga dan masyarakatnya.2

1

Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang: CV Asy Syifa, 1981), cet. ke-3, h. 1.

2

Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2003), cet. ke-7, h. 15.


(11)

Anak lahir dalam keadaan fitrah, keluarga dan lingkungan anaklah yang mempengaruhi dan membentuk kepribadian, perilaku dan kecenderungannya sesuai dengan bakat yang ada dalam dirinya. Tetapi pengaruh yang kuat dan cukup langgeng adalah kejadian dan pengalaman pada masa kecil sang anak yang tumbuh dari suasana keluarga yang ia tempati.

Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan agama dan tempat beribadat yang secara serempak berusaha mengembangkan amal kebajikan dan anak yang sholih. Kebesaran suatu agama perlu didukung oleh besarnya jumlah keluarga yang menjalankan syariat agamanya bukan oleh jumlah penganutnya saja.3

Ketika seorang anak lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari sebuah gambaran kehidupan. Bagaimana awalnya dia harus bisa melangkah dalam hidupnya di dunia ini. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima segala bentuk apa saja yang datang mempengaruhinya. Maka sang anak akan dibentuk oleh setiap pengaruh yang datang dalam dirinya.

Imam al-Ghazali berkata bahwa anak adalah amanah bagi orang tuanya, hatinya bersih, suci dan polos. Kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak akan selalu menerima segala yang diukirnya dan akan cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya. Maka apabila dia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscaya akan seperti

3

Jalaluddin Rakhmat, Muchtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), cet. ke-1, h.13.


(12)

itulah anak terbentuk. Sehingga kedua orang tuanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Namun apabila si anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan ditelantarkan bagaikan binatang liar, sengsara dan celakalah ia. Dosanya akan ditanggung langsung oleh kedua orang tuanya sebagai penanggung jawab dari amanat Allah.

Setiap anak lahir dengan potensi yang berbeda-beda dan harus dikembangkan sebaik mungkin. Potensi itu itu berbentuk kemampuan-kemampuan yang masih belum terwujud yang memerlukan kesempatan dan lingkungan yang memungkinkan jalannya perkembangan yang lancar. Perkembangan yang lancar dan wajar menuju individu dewasa yang bertanggung jawab atas perbuatannya, hanya mungkin tercapai apabila perkembangan tersebut diberi bimbingan pula, di mana diperlukan bantuan, pertolongan pun harus selalu tersedia.4

Apabila setiap keluarga disoroti kemungkinan akan ada atau tidaknya persoalan dengan anak, maka akan terlihat macam-macam derajat kesulitan. Bahkan mungkin saja tidak semua keluarga menyadari adanya sesuatu kesulitan. Setiap keluarga mengalami dan harus memecahkan persoalan-persoalan sendiri. Apabila kesulitan tidak disadari, tidak dirasakan sebagai persoalan, maka tentu tidak akan dicari cara-cara untuk mengatasinya. Persoalan akan menjadi masalah setelah menimbulkan suatu gambaran dalam arus kehidupan dan kecemasan pada orang tua.5

4

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak Bermasalah, Jakarta: Gunung Mulia, 2004, cet. ke-13, h. 112.

5


(13)

Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan suatu tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Adalah harapan dan cita-cita para orang tua untuk dapat memperkembangkan anak semaksimal mungkin agar anak tersebut mampu dan berhasil dalam memenuhi tugas perkembangan yang berlaku umum untuk setiap umur dan fase perkembangan yang akan atau sedang dilalui seorang anak. Telah banyak usaha yang dilakukan orang tua maupun pendidik untuk mencari dan membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan anak.

Sejak berabad-abad yang lalu para ilmuwan dan para ahli pemikir memperhatikan seluk beluk kehidupan anak, khususnya dari sudut perkembangannya, untuk mempengaruhi proses-proses perkembangan agar mencapai kesejahteraan hidup yang didambakan. Anak harus tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang matang, yang sanggup dan mampu mengurus dirinya sendiri dan tidak senantiasa bergantung kepada orang lain atau bahkan menimbulkan masalah bagi keluarga dan kelompok.6

Dalam segala bentuk, siklus kehidupan manusia itu senantiasa berputar pada waktu-waktu tertentu, karena proses pertumbuhan dan perkembangan manusia dari masa ke masa dalam kandungan seorang ibu, bayi, anak-anak, remaja dan orang tua bahkan sampai mati merupakan suatu hal yang biasa terjadi.

Masa kanak-kanak adalah masa sensitif dan masa meniru terhadap segala sikap dan perbuatan yang dilihatnya dari orang-orang dewasa sekitar

6

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), cet. ke-10, h. 16.


(14)

lingkungan yang dialaminya, baik itu yang baik maupun yang buruk. Secara singkat, bahwa seorang anak itu sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari lingkungan keluarganya terutama ibu bapaknya.

Pembinaan kehidupan beragama tidak dapat dipisahkan dari pembinaan kepribadian secara keseluruhan. Oleh karena itu pembinaan keagamaan harus dilakukan bersamaan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak agar kepribadiannya berkualitas baik dan memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama (kepribadian muslim).

Ajaran agama yang ditanamkan sejak kecil kepada anak-anak sehingga merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadiannya, akan cepat bertindak menjadi pengendali dalam menghadapi segala keinginan dan dorongan-dorongan yang timbul, karena keyakinan terhadap agama yang menjadi bagian dari kepribadian itu akan mengatur sikap dan tingkah laku secara otomatis dari dalam.7

Oleh karena itu, dalam pembinaan kepribadian anak ini perlu adanya pendekatan yang tepat khususnya dalam segi pembinaan pemahaman ajaran agama karena sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan

7

Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1996), cet. ke-4, h.57


(15)

bawaan yang bersifat “laten”. Potensi bawaan ini memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan yang mantap, lebih-lebih pada usia dini.8

Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya, seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu:

1. Prinsip Biologis

Secara fisik anak yang baru dilahirkan dalam keadaan lemah. Dalam segala gerak dan tindak tanduknya, ia selalu memerlukan bantuan dari orang-orang dewasa sekelilingnya. Dengan kata lain, ia belum dapat berdiri sendiri karena manusia bukanlah makhluk instinktif. Keadaan tubuhnya belum tumbuh secara sempurna untuk difungsikan secara maksimal.

2. Prinsip Tanpa Daya

Sejalan dengan belum sempurnanya pertumbuhan fisik dan psikisnya, maka anak yang baru dilahirkan hingga menginjak usia dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Ia sama sekali tidak berdaya untuk mengurus dirinya sendiri.

3. Prinsip Eksplorasi

Kemantapan dan kesempurnaan perkembangan potensi manusia yang dibawa sejak lahir, baik jasmani maupun rohani memerlukan pengembanagn melalui pemeliharaan dan latihan. Jasmaninya baru akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan menjadi baik dan berfungsi jika kematangan 8

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Edisi Revisi 11, h. 63.


(16)

dan pemeliharaan serta bimbigan dapat di arahkan kepada pengeksplorasian perkembangannya.

Menurut penelitian Ernest Harms, perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan). Dalam bukunya The Development Of

Religious On Children, ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada

anak-anak itu melalui tiga tingkatan, yaitu: 1. The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)

Tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun. Pada tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini anak menghayati konsep ke-Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Kehidupan masa ini masih banyak dipengaruhi kehidupan fantasi, hingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal.

2. The realistic Stage (Tingkat Kenyataan)

Tingkat ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar hingga ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini, id ke-Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realitas). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya. Pada masa ini ide keagamaan anak didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Berdasarkan hal itu, maka pada masa ini anak-anak tertarik dan senang pada lembaga keagamaan


(17)

yang mereka lihat dikelola oleh orang dewasa dalam lingkungan mereka. Segala bentuk tindak (amal) keagamaan mereka ikuti dan pelajari dengan penuh minat.

3. The Individual Stage (Tingkat Individu)

Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perekembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang individualistis ini terbagi atas tiga golongan, yaitu:

a. Konsep ke-Tuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh luar.

b. Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam pandangan yang bersifat personal (perorangan).

c. Konsep Ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati ajaran agama. Perubahan ini setiap tingkatan dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu perkembangan usia dan faktor ekstern berupa pengaruh luar yang dialaminya.9

Manusia adalah makhluk yang eksploratif dan potensial. Dikatakan makhluk eksploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangakan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia disebut sebagai makhluk potensial, karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan.

9


(18)

Selanjutnya, manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya. Bantuan dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam membantu perkembangan tersebut pada hakikatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri yang sudah tersimpan sebagai potensi bawaannya. Karena itu, bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan manusia.10

Dengan peristiwa inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul “Metode Bimbingan Kepribadian Islami Anak Dalam Keluarga (Studi Kasus Pada Keluarga Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Supaya lebih memudahkan penulis dalam melakukan penelitian ini sehingga sampai pada tujuannya, maka penulis membatasi penelitian ini pada metode bimbingan kepribadian Islami pada anak di dalam keluarga Dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

10


(19)

2. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah mengenai metode bimbingan kepribadian Islami anak dalam keluarga (studi kasus pada keluarga dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta) adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya-upaya bimbingan kepribadian Islami yang dilakukan dosen Psikologi UIN Jakarta terhadap anaknya?

2. Bagaimana cara pendekatan kepribadian Islami yang dilakukan dosen Psikologi UIN Jakarta terhadap anaknya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang peneliti lakukan adalah:

a. Untuk mengetahui upaya-upaya bimbingan kepribadian Islami yang dilakukan dosen Psikologi UIN Jakarta terhadap anaknya.

b. Untuk mengetahui cara pendekatan kepribadian Islami yang dilakukan dosen Psikologi UIN Jakarta terhadap anaknya

2. Manfaat Penelitian

a. Secara pribadi, untuk menambah wawasan pengetahuan penulis sesuai dengan disiplin ilmu yang diperoleh.

b. Secara kelimuan, khususnya ilmu psikologi. Penelitian ini diharapkan menjadi literatur dalam rangka pengembangan konsep bimbingan kepribadian Islami pada anak.


(20)

c. Diharapkan bisa menjadi sumbangsih pemikiran berupa acuan mendasar khususnya bagi orang tua ataupun para calon orang tua dalam membentuk kepribadian Islami anaknya.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penggunaan metode dalam sebuah penelitian dimaksudkan untuk menemukan data yang valid, akurat dan signifikan dengan permasalahan sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan masalah yang diteliti. Dalam skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas yang ada dimasyarakat.11

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian yaitu pada bulan April sampai dengan Agustus 2008.

3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta.

11

Ida Bagoes Mantra, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. ke-1, h. 38.


(21)

b. Objek Penelitian.

Objek penelitian ini adalah upaya-upaya dan pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta mengenai bimbingan kepribadian Islami pada anaknya.

4. Sumber Data

Dalam penulisan ini penulis menggunakan dua sumber data, yakni: a. Data Primer, berupa: hasil wawancara dengan dosen psikologi di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Data Sekunder, berupa: data-data yang bersumber dari buku-buku, dokumen lembaga dan sumber pustaka yang relevan dan menunjang penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian lapangan (Field Research) dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi

Adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan dan memperoleh informasi data dan dokumen yang dilakukan secara sistematis yang diperlukan dalam penulisan skripsi.12

b. Wawancara

Adalah pengumpulan data yang mengajukan pertanyaan secara langsung dan terstruktur oleh penulis kepada responden.13

12

Ari Kunto dan Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bina Aksara, 1989) cet. ke- 5, h. 225.

13


(22)

6. Teknik Analisa Data

Yang dimaksud dengan teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.14

Setelah peneliti memperoleh data-data melalui observasi dan wawancara, kemudian data tersebut dianalisa atau diolah untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas. Analisa data dilaksanakan terus menerus sejak awal penelitian sampai akhir penelitian dilakukan dengan bentuk penalaran induktif. Dikatakan induktif, karena peneliti tidak memaksakan diri untuk hanya membatasi penelitian pada upaya menerima atau menolak dugaan-dugaannya yang melainkan mencoba memahami sesuai dengan bagaimana situasi tersebut menampilkan diri.15

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini peneliti mengacu pada Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Cetakan I, Januari 2007.

Selanjutnya, untuk mempermudah penulisan dan memahami isi skripsi ini, penulis membagi atas lima bab dengan sistematika penyusunan sebagai berikut:

14

Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3 ES, 1995), h. 263.

15

E. Kristi Porwadi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LP3 ES, 1998), cet. ke-1, h. 31.


(23)

Bab I Pendahuluan; terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritis: terdiri dari bimbingan Islam, perkembangan, kepribadian, teori dan aspek khusus perkembangan anak, serta bimbingan Islam terhadap pekembangan kepribadian anak.

Bab III Gambaran Umum Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terdiri dari sejarah singkat, visi dan misi, tujuan, struktur organisasi, susunan organisasi dan uraian tugas.

BAB IV Hasil Analisa Bimbingan Islam Dosen Psikologi Terhadap Perkembangan Kepribadian Anak Studi Pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Bab ini merupakan hasil analisa mengenai Upaya-upaya bimbingan Islam dan cara-cara pendekatan bimbingan Islam.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini adalah bab terakhir yang menguraikan kesimpulan dan saran.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bimbingan Islam

1. Pengertian Bimbingan Islam

Secara etimologi kata bimbingan adalah menunjukkan, memberikan jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupan di masa kini dan di masa yang akan datang. Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “guidance” yang berasal dari kata “to guide” yang berarti menunjukkan.16

Menurut H. M. Umar dkk, kata “guidance” selain diartikan bimbingan, bantuan juga diartikan pimpinan, arahan, pedoman dan petunjuk. Kata “guidance” berasal dari kata “to guide” yaitu menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan.17

Pengertian bimbingan secara terminologi dapat dilihat dari beberapa definisi tentang bimbingan yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar terkemuka di antaranya di bawah ini.

Menurut Crow & Crow yang dikutip oleh H. M. Umar dan Sartono menyebutkan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memilki pribadi

16

H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Press, 1998), cet. ke-6, h. 9.

17

H. M. Umar dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998 ), cet. ke-1, h. 9.


(25)

yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.18

Dalam istilah Stoops menyatakan bahwa arti bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun masyarakatnya.19

Menurut Rohman Natawidjaja oleh Dewa ketut sukardi menyatakan sebagai berikut:

Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan agar individu tersebut memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan keadaan sekolah, keluarga dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.20

Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis pahami tentang arti bimbingan, yaitu bimbingan merupakan proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing kepada seseorang (individu) atau kelompok agar mereka menjadi pribadi yang mandiri.

18

Ibid, h. 9.

19

Ibid, h. 10.

20

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000 ), cet. ke-3, h. 79.


(26)

Islam adalah agama yang diwahyukan Allah SWT melalui rasulnya yaitu Muhammad SAW untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia agar mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Secara etimologi, kata “Islam” berarti penyerahan diri kepada Allah SWT. Sedangkan dalam buku Eksiklopedia Islam disebutkan bahwasanya Islam diartikan dengan tunduk dan patuh kepada ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW.21

Islam menurut Harun Nasution adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia dan sumber dari ajaran-ajaran yang mengambil berbagai aspek itu adalah al-Qur’an dan al-Hadits.22

Dapat dipahami bahwa bimbingan Islam adalah segala usaha dan tindakan yang menunjukkan kegiatan dalam membentuk, memelihara, serta meningkatkan kondisi atas segala keadaan seseorang terhadap penghayatan serta pengamalan agama Islam sebagai acuan untuk menghadapi berbagai persoalan hidupnya, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

21

Depag RI, Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 442.

22

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1985), cet. ke-5 h. 24.


(27)

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam

Secara khusus bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam bimbingan Islam adalah meningkatkan perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuannya, agar dapat menyesuaikan dirinya pada lingkungan dan menjalankan tuntunan ajaran Islam.

Tujuan umum dari bimbingan Islam adalah membantu klien agar memiliki pengetahuan tentang posisi dirinya dan memiliki keberanian mengambil keputusan untuk melakukan perbuatan yang dipandang baik, benar dan manfaat untuk kehidupannya di dunia dan untuk kepentingan akhiratnya.

Dengan memperhatikan tujuan umum dan khusus bimbingan Islam di atas, dapatlah dirumuskan fungsi dari bimbingan Islam, yakni sebagai berikut:

a. Fungsi Preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

b. Fungsi Kuratif/Korektif, yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama (in state of good).

c. Fungsi Development/Pengembangan, yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik


(28)

agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.23

B. Kepribadian

1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian berasal dari kata personality yang diambil dari kata persona (bahasa latin) yang berarti kedok atau topeng. Dalam kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa kepribadian adalah keadaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak.24 Pengertian ini mengandung arti bahwa kepribadian itu adalah keseluruhan hidup manusia lahir dan batin, yang merupakan corak wataknya dalam amal perbuatan atau tingkah laku sehari-hari.

Sementara itu Drs. Ahmad D. Marimba memberikan batasan sebagai berikut: kepribadian lebih luas artinya, meliputi kualitas keseluruhan seseorang. Kualitas itu akan tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya berfikir, cara-caranya mengeluarkan pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya.25

23

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,(Yogyakarta: UII Press, 2001), cet. ke-2, h. 37.

24

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet.ke-11, h. 768.

25

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’rif, 1986) cet. ke-6, h. 67.


(29)

Menurut Dr. Singgih D. Gunarsa, bahwa kepribadian adalah merupakan suatu kesatuan aspek-aspek jiwa dan badan yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku serta tindakan seseorang.26

Kedua pengertian di atas yang dikatakan oleh Drs. Ahmad D. Marimba dan Drs. Singgih D. Gunarsa, lebih menekankan pengertian kepribadian tersebut kepada perilaku dan perbuatan seseorang. Sedangkan menurut Allport sebagaimana dikutip oleh Agus Sujanto, “Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psychophysis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar”.27

Dari keempat definisi di atas, terlihat jelas bahwa kepribadian itu adalah hasil dari suatu proses kehidupan yang dijalani seseorang, mempunyai sifat yang stabil di dalam nilai kebaikan pada diri seseorang yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tipe-Tipe Kepribadian

Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda, namun dalam beberapa hal mungkin memiliki persamaan. Orang yang berasal dari satu keluarga biasanya memiliki persamaan dalam kepribadiannya, demikian pula dengan orang yang satu suku atau satu ras akan memiliki persamaan dalam kepribadiannya. Berdasarkan persamaan aspek kepribadian pada sejumlah orang tertentu, maka para ahli mengadakan pembagian atau

26

Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia,1988), cet. ke-4, h. 71.

27


(30)

penggolongan kepribadian manusia bermacam-macam tipe. Beberapa macam pembagiannya ialah:

a. Menurut Galenus

Galenus seorang dokter bangsa Romawi (129-199 M) membagi temperamen manusia menjadi 4 tipe berdasarkan jenis cairan yang paling berpengaruh pada tubuh manusia. Pembagian tersebut adalah: 1). Cholericus: Empedu kuning (Chole) yang paling berpengaruh.

Orang ini besar dan kuat tubuhnya, penaik darah, sukar mengendalikan diri.

2). Sanguinicus: Darah (Sanguis) yang lebih besar pengaruhnya. Orang ini wajahnya selalu berseri-seri, periang, dan berjiwa kekanak-kanakan.

3). Flegmatiscus: Lendis (Flegma) yang paling berpengaruh. Orang ini pembawaannya tenang, pemalas, pesimis, dan wajahnya selalu pucat.

4). Melancholicus: Empedu hitam (Melanchole) yang lebih

berpengaruh. Orang-orang dengan tipe ini selalu bersikap murung dan mudah menaruh syak (curiga).28

b. Menurut Heymans

Gerart Heymans, seorang professor bangsa Belanda (1857-1930) membagi temperamen manusia berdasarkan pada tiga unsur/sifat penting yang dimiliki manusia yaitu:

28

Drs. H. Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), Cet. Ke-2, h. 124.


(31)

Emosionalitas : Kepekaan perasaan

Aktivitas : Kemampuan bertindak spontan

Fungsi Sekunder : Kemampuan memproduksi tanggapan-tanggapan Heymans membagi tipe watak manusia berdasarkan kuat lemahnya ketiga unsur di atas dalam diri setiap orang, yaitu:

1). Gapasioneerden (orang hebat): Orang yang aktif dan emosional serta fungsi sekundernya kuat. Orang ini selalu bersikap keras, emosional, gila kuasa, egois, suka mengecam. Mereka ini adalah patriot yang baik, memiliki rasa kekeluargaan yang kuat, dan suka menolong orang yang lemah.

2). Cholerici (orang garang): Orang yang aktif dan emosional, tetapi fungsi sekundernya lemah. Orang ini lincah, rajin bekerja, periang, pemberani, optimis, suka pada hal-hal yang factual. Mereka suka kemewahan, pemboros, sering bertindak ceroboh tanpa pikir panjang.

3). Sentimentil (orang perayu): Orang yang tidak aktif, emosional, dan fungsi sekundernya kuat. Orang ini sering bersikap emosional, sering impulsive (memperturutkan kata hati), pintar bicara sehingga mudah mempengaruhi orang lain, senang terhadap kehidupan alam, dan menjauhkan diri dari kebisingan dan keramaian.

4). Nervuezen (orang penggugup): Orang yang tidak aktif dan fungsi sekundernya lemah, tetapi emosionalnya kuat. Orang-orang tipe ini


(32)

sifatnya emosional (mudah naik darah tetapi cepat dingin) suka memprotes/mengecam orang lain, tidak sabar, tidak mau berfikir panjang, agresif, tetapi tidak dendam.

5). Flegmaciti (orang tenang): Orang yang aktif dan fungsi sekunder yang kuat. Orang-orang tipe ini selalu bersikap tenang, sabar, tekun bekerja secara teratur, tidak lekas putus asa, berbicara singkat tapi mantap. Mereka berpandangan luas, senang membaca dan memiliki ingatan yang baik. Orang ini rajin dan cekatan serta mampu berdiri sendiri tanpa memerlukan banyak bantuan orang lain.

6). Sanguinici (orang kekanak-kanakkan): Orang yang tidak aktif, tidak emosional, tetapi fungsi sekundernya kuat. Sifat-sifat tipe ini, antara lain sukar mengambil keputusan, kurang berani/ragu-ragu bertindak, pemurung, pendiam, suka menyendiri, berpegang teguh pada pendiriannya, pendendam, tidak gila hormat dan kuasa.

7). Amorfen (orang tak berbentuk): Orang-orang yang tidak aktif, tidak emosional dan fungsi sekundernya lemah. Sifat-sifat tipe ini antara lain intelektualnya kurang, picik, tidak praktis, canggung, dan ingatannya buruk. Mereka perisau, peminum, pemboros, dan cenderung membiarkan dirinya dibimbing dan dikuasai orang lain.29

29


(33)

3. Pembentukan Kepribadian

Kepribadian adalah sebuah konsep yang sangat sukar dimengerti dalam psikologi, meskipun istilah inidigunakan sehari-hari. Khususnya menganai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk kepribadian, kita dapat membedakannya dalam dua golongan:30

a. Pengalaman yang umum

Yaitu yang dialami tiap-tiap individu dalam kebudayan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya dengan fungsi dan peranan sesorang dan masyarakat. Meskipun demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur kebudayaan di mana orang itu hidup.hal ini disebabkan karena:

1) Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama karena medianya (orang tua, saudara, koran, dan lain-lain) tidaklah sama pada setiap orang.

2) Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus, yang terjadi pada dirinya sendiri.

b. Pengalaman yang khusus.

Yaitu yang khusus dialami individu sendiri. Pengalaman ini tidak tergantung pada status dan peranan orang yang bersangkutan dalam masyarakat. Pengalaman-pengalaman umum maupun yang khusus di atas memberi pengaruh yang berbeda-beda pada setiap 30

Sarlito W. Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), h.84-86.


(34)

individu dan individu itu pun merencanakan pengalamannya secara berbeda-beda pula sampai akhirnya terbentuklah dalam dirinya suatu struktur kepribadian yang tetap.

Dalam pengertian kepribadian ada yang disebut ekspresi kepribadian. Kepribadian seseorang itu diekspresikan ke dalam beberapa karakteristik. Menurut Sarlito W. Sarwono dalam bukunya Pengantar Umum Psikologi beranggapan bahwa karakteristik yang terpenting untuk mengenali kepribadian adalah penampilan fisik, temperamen, kecerdasan dan kemampuan, arah minat dan pandangan mengenai nilai-nilai, sikap sosial, kecenderungan dalam motivasinya, cara-cara pembawaan diri, dan kecenderungan patologis.

C. Anak

1. Pengertian Anak

Berbicara mengenai anak selalu dikaitkan dengan batasan umur itu sendiri. Dalam hal ini para ahli berbeda pendapat mengenai menentukan batasan umur seorang anak yang dihubungkan dengan kecakapannya, di bawah ini terdapat beberapa pendapat tentang pengertian anak:

a. J.P Chaplin dalam kamus lengkap psikologi terjemahan Kartini Kartono; child (anak) adalah seorang anak yang belum mencapai tingkat kedewasaan. Bergantung pada sifat referensinya, istilah tersebut bisa berarti seorang individu di antara kelahiran dan masa


(35)

pubertas, atau seorang individu di antara kanak-kanak (masa pertumbuhan, masa kecil) dan masa pubertas.

b. W.J.S. Purwadarminta, dalam kamus umum bahasa Indonesia berpendapat bahwa anak merupakan “turunan kedua”, turunan yang dilahirkan dari sepasang pria dan wanita dalam sebuah ikatan perkawinan dan menyatakan bahwa anak, manusia yang masih kecil; misalnya anak itu baru berumur enam tahun.

c. M. Noor HS., dalam himpunan psikologi; anak merupakan masa periode perkembangan dari masa bayi hingga menjelang masa pubertas.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) anak diartikan sebagai: 1) Keturunan yang kedua; 2) Manusia yang masih kecil.31 Anak, dalam uraian dikatakan bahwa “anak-anak” yang menunjuk pada pengertian anak yang masih kanak-kanak. Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun sampai anak matang secara seksual, kira-kira tiga belas tahun untuk perempuan dan empat belas tahun untuk laki-laki. Setelah anak matang secara seksual maka ia disebut sebagai remaja.32

31

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. ke-10, h. 35-37.

32

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), edisi ke-5, h. 8.


(36)

2. Aspek-aspek Kepribadian Anak

Menurut Ludwig Klagen bahwa kepribadian terdiri atas tiga aspek: 1. Materi atau bahan

2. Struktur

3. Kualitas (sistem dorong-dorongan).33

Lebih jelasnya penulis akan memaparkan aspek-aspek kepribadian tersebut di atas sebagai berikut:

1. Materi atau bahan

Merupakan salah satu aspek daripada kepribadian berisikan semua kemampuan (daya) pembawaan beserta talenta-talentanya. Materi merupakan aspek pertama yang disediakan oleh kodrat untuk dipergunakan dan dipertimbangkan oleh manusia.

2. Struktur

Mengenai struktur ini, Klagen bermula dengan memberikan pengertian tentang istilah struktur. Istilah ini adalah sebagai pelengkap daripada istilah materi. Bila dipandang sebagai sifat-sifat isi bahan maka struktur dipandang bentuknya atau sifat-sifat formulanya.

Menurut Klagen, terjadinya perbedaan tingkah laku seseorang itu harus ditinjau dari sudut adanya dua kekuatan yang saling berhadapan satu sama lain. Dua kekuatan itu adalah kekuatan pendorong dan kekuatan penghambat. Pertimbangan antara kedua

33

Sumardi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), cet. ke-5, h. 114.


(37)

kekuatan inilah yang menentukan tingkah laku seseorang. Menurutnya pula ada tiga bagian dalam struktur ini:

a. Temperamen, yaitu sebagai sifat daripada struktur. Karena itu perbedaan-perbedaan temperamen berakar pada perimbangan antara kedua kekuatan itu, yaitu kekuatan pendorong dan penghambat.

b. Perasaaan, tiap-tiap perasaan mempunyai dua sifat pokok, yaitu: 1) Di dalam tiap perasaan terletak kegiatan batin, yaitu daya untuk

membedakan keinginan yang terkandung dalam perasaan. 2) Di dalam tiap perasaan terdapat corak perasaan, yaitu

taraf-taraf kejelasannya

c. Daya ekspresi, manusia mempunyai dorongan-dorongan nafsu. Dorongan nafsu ini adalah proses jiwa; dorongan-dorongan itu baru dapat disaksikan kalau telah menampakkan diri dalam proses-proses jasmaniah seperti; perubahan detak jantung, perubahan pernapasan dan sebagainya. Pernyataan proses-proses kejiwaan ini disebut secara teknis ”ekspresi”. Ekspresi ini pun sebagai sifat struktur tergantung kepada kedua kekuatan yang saling berlawanan, yaitu keadaan perangsang dan hambatan untuk ekspresi.

3. Kualitas (sistem dorong-dorongan)

Antara kemauan dan perasaan terjadilah perlawanan atau kebaikan yang sedalam-dalamnya. Perlawanan (antagonisme) inilah


(38)

yang menjadi dasar daripada sistem dorong-dorongan. Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba, aspek-aspek kepribadian itu digolongkan tiga hal, yaitu:

1. Aspek-aspek jasmaniah, meliputi tingkah laku yang nampak dari luar, misalnya: cara berbicara.

2. Aspek-aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak dapat segera dilihat dari luar, misalnya: cara berpikir, sikap, minat dan sebagainya.

3. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.34

Dari pendapat para ahli tersebut, maka dapat penulis pahami bahwa kepribadian seseorang bisa dilihat dari cara orang itu berbuat, berpikir dan sikap yang ditampakkannya dalam kehidupan sehari-hari, di samping hal-hal yang hanya dirasakan oleh pribadi orang itu sendiri.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Anak.

Pribadi manusia itu dapat berubah-ubah, berarti bahwa manusia itu mudah atau dapat dipengaruhi oleh sesuatu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian itu meliputi:

1. Faktor Biologis 2. Faktor Sosial

3. Faktor kebudayaan.35

34

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Ma’arif, 1986), cet. ke-7, h. 66.


(39)

Untuk lebih jelasnya penulis akan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian anak.

1. Faktor Biologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering kali disebut faktor fisiologi. Faktor ini mengenai masalah konstitusi tubuh yang meliputi tentang besar, tinggi, berat badan dan lain sebagainya. Keadaan jasmani setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik atau konstitusi tubuh yang berlainan itu menyebabkan sikap, sifat-sifat serta tempramen yang berbeda-beda pula.

2. Faktor sosial, yang dimaksud faktor sosial adalah masyarakat, yakni manusia-manusia lain di sekitar individu yang mempengaruhi individu tersebut. Termasuk ke dalam faktor ini adalah adat istiadat, norma-norma atau kaidah-kaidah sosial dan agama.

3. Faktor kebudayaan, beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi kepribadian anak antara lain:

a. Nilai-nilai di dalam masyarakat terdapat nilai-nilai hidup dan kebudayaan yang harus dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup di dalam masyarakat tersebut.

b. Pengetahuan dan keterampilan, pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat mempengaruhi sikap dan tindakannya.

35 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1955), cet. ke-15, h.160.


(40)

c. Bahasa, di samping faktor-faktor kebudayaan tersebut, bahasa yang merupakan aspek kebudayaan juga merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari satu kebudayaan. Adapun hubungan yang erat antara bahasa dan kepribadian manusia disebabkan karena:

Bahasa merupakan alat komunikasi antara individu yang sangat penting.

Bahasa adalah alat berfikir bagi manusia.

Sedangkan Agus Sujanto dan kawan-kawan mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian itu ada dua, yaitu: faktor dasar dan lingkungan.36

Faktor dasar di sini dimaksudkan sebagai faktor pembawaan sejak lahir alias faktor biologis. Anak yang lahir menurut faham ini telah membawa sifat bawaan yang diperoleh ibu ketika mengandung anaknya. Makanya, sebagian orang tua meyakini bahwa anak yang tinggi IQ nya memang karena orang tuanya pula yang memiliki IQ yang tinggi, sebaliknya anak yang sedang atau lambat IQ nya, maka karena orang tua pula yang memiliki IQ yang demikian.

Sedangkan faktor lingkungan di sini dimaksudkan sebagai faktor yang mempengaruhi anak di luar dirinya. Anak yang lahir dan berkembang, secara tidak langsung dipengaruji oleh lingkungan di

36

Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. ke-5, h. 3.


(41)

sekitarnya mereka berkembang. Oleh karena itu, lingkungan menjadi salah satu faktor penting dalam membentuk kepribadian anak.

Sejak dahulu memang sudah disepakati bahwa pribadi setiap orang tumbuh atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam yang dibawa sejak lahir yang sering disebut dengan kemampuan-kemampuan dasar dan kekuatan dari faktor luar lingkungan atau yang oleh Ki Hajar Dewantara disebut faktor “ajar”. Maksudnya proses belajar terjadi dalam kondisi lingkungan seperti ini. Terjadi interaksi anak dengan lingkungannya, baik lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat sekitarnya.


(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

A. Sejarah Singkat

Dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang mampu bersaing di era globalisasi dengan tetap mempunyai komitmen yang tinggi terhadap nilai-nilai agama, maka program pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak hanya membina ilmu-ilmu keagamaan murni, tetapi juga berbagai disiplin keilmuan yang bertujuan mengintegrasikan “ilmu umum dengan ilmu agama”. Institusi ini secara substansif mencanagkan system keiluman yang komprehensif dan integrative. Hal tersebut dalam upaya memenuhi kebutuhan dunia akan ilmu dan teknologi yang moralistik serta kebutuhan pragmatis akan sumber daya manusia dalam pembangunan.

Untuk pertama kali, IAIN Jakarta membuka Program Studi Psikologi tahun ajaran 1995-1996. Kelahiran Jurusan Psikologi diputuskan dalam sebuah Rapat Senat Institut pada tanggal 26 April 1995 yang berisi keputusan bahwa IAIN Jakarta akan membuka Jurusan Psikologi yang ditempatkan di Fakultas Tarbiyah. Jurusan Psikologi ini mulai menerima mahasiswa pada tahun akademik 1995/1996 dengan Surat Keputusan Rektor Nomor 0211/XII/1995.

Pada tahun 1997, ketua Jurusan Psikologi Prof. Dr. Zakiah Darajat yang memasuki usia pensiun diganti oleh Dra. Netty Hartati, M.Si. Selama


(43)

lebih kurang tiga tahun persiapan, akhirnya Jurusan Psikologi Mendapat legalitas dari Binbaga Islam dengan Surat Keputusan Dirjen Binbaga Islam Depag. RI. Nomor E/333/1998 tanggal 15 Oktober 1998. Melalui perjuangan yang tak kenal lelah Jurusan Psikologi Fakultas Tarbiyah mendapat akreditasi Baik (dengan nilai B) pada tahun 2000 dari Badan Akreditasi Nasional (BAN) Direktorat Pendidikan Tinggi Depdiknas.

Selanjutnya sesuai dengan tuntutan pengembangan kelembagaan serta untuk mendukung program peralihan IAIN menjadi UIN, Jurusan Psikologi ditingkatkan statusnya menjadi Fakultas Psikologi dengan Surat Keputusan Rektor IAIN Jakarta Nomor 004 Tahun 2001 tanggal 15 Januari 2001 berdasarkan Rapat Senat Institut tanggal 4 Desember 2000 dan menetapkan Dra. Netty Hartati, M.Si. Sebagai Pjs Dekan.

Pada tahun 2002, IAIN Syarif Hidaytullah Jakarta mengalami perubahan status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta melalui Keputusan Presiden Nomor 31 Tahuin 2002. Keputusan Presiden RI itu kemudian diikuti dengan keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Nomor D.J.II/155/2002 tentang penyelenggaraan Strata Satu (S1) Program Studi Psikologi pada Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun 2006 hasil Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan Nomor Surat Keputusan 002/BAN-PT/AK-X/SI/V/06Fakultas Psikologi mendapat nilai B. Peningkatan status ini dimaksudkan untuk merespon kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan psikologi dengan pendekatan spiritual. Sampai bulan Juli 2006,


(44)

Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah meluluskan sebanyak 305 Sarjana Psikologi.

B. Visi, Misi dan Tujuan 1. Visi

Sebagai sub-sistem dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka rumusan visi Fakultas Psikologi merupakan perwujudan operasional dari visi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut: “Menjadi lembaga pendidikan tinggi terkemuka yang mengintegrasikan kajian psikologi dengan keislaman yang bercorak keindonesiaan, sehingga melahirkan manusia yang unggul secara intelektual, karya dalam amal serta mulia dalam moral dan kebajikan”.

2. Misi

Dalam kerangka menerjemahkan visi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ke dalam level yang lebih aplikatif dan terukur, maka dirumuskan misi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut:

a. Menghasilkan sarjana psikologi yang memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan global;

b. Mengembangkan keilmuan dan melakukan reintegrasi keilmuan psikologi dengan keislaman melalui pendidikan, pengajaran, riset dan pengkajian;


(45)

c. Memberikan landasan moral keagamaan terhadap pengembangan ilmu-ilmu psikologi dan penerapannya;

d. Memberikan konstribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan kesehatan psikologis.

3. Tujuan

Mengacu pada tujuan pendidikan psikologi yang ditetapkan oleh kurikulum Pendidikan Psikologi tahun 2000 serta visi dan misi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka tujuan program pendidikan sarjana psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah menghasilkan tenaga professional dalam bidang psikologi yang:

a. Memahami pengetahuan dasar psikologi dan keislaman sehingga dapat mengintepretasikan tiongkah laku manusiamenurut kaidah-kaidah psikologi, keindonesiaan dan keislaman baik secara perorangan maupun kelompok.

b. Mengenal berbagai macam alat pengukuran psikologi dan memahami fungsi serta manfaatnya.

c. Mampu menunjukkan kepekaan terhadap nilai dan permasalahan bio-psiko-sosial dan moral dalam konteks Islam dan Indonesia.

d. Mampu melakukan penelitian dibidang psikolgi.

e. Mampu menghayati dan malaksanakan kode etik keilmuan penelitian dan profesi.


(46)

C. Stuktur dan Susunan Organisasi

1. Struktur Organisasi (kedudukan, tugas pokok dan fungsi)

Fakultas Psikologi merupakan unsur pelaksana sebagian tugas pokok dan fungsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dipimpin oleh seorang Dekan dan bertanggung jawab langsung kepada Rektor. Tugas pokok Fakultas Psikologi adalah melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.Untuk merealisasikan tugas pokok tersebut, Fakultas Psikologi memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran dalam bidang ilmu-ilmu psikologi dan keislaman.

b. Melaksanakan penelitian untuk mengembangkan ilmu-ilmu psikologi dan mengintegrasikannya dengan kajian keislaman yang bercorak keIndonesiaan.

c. Melaksanakan pengabdian pada masyarakat. d. Melaksanakan pembinaan civitas akademika. e. Melaksanakan urusan tata usaha.

2. Susunan Organisasi

Susunan organisasi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:

a. Dekanat

Dekanat terdiri dari: 1). Dekan


(47)

2). Pembantu Dekan Bidang Akademik

3). Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum 4). Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan b. Senat Fakultas

c. Bagian Tata Usaha

1). Kepala Bagian Tata Usaha

2). Sub Bagian Akademik dan Kemahasiswaan 3). Sub Bagian Umum

d. Bagian-Bagian

1). Bagian Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) dan Klinis 2). Bagian Psikologi Pendidikan dan Perkembangan

3). Bagian Psikologi Sosial dan Eksperimen e. Laboratorium

f. Perpustakaan

D. Uraian Tugas 1. Dekan

Memimpin Fakultas Psikologi dalam penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, membina tenaga kependidikan, mahasiswa, dan tenaga administrasi fakultas.

a. Pembantu Dekan Bidang Akademik

Membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat serta kerjasama.


(48)

b. Pembantu Dekan BIdang Administrasi Umum.

Membantu Dekan dalam memimpin pelaksanan kegiatan di bidang keuangan dan administrasi umum.

c. Pembantu Dekan Bidang Kemahasiwaan

Membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidang pembinaan serta pelayanan kesejahteraan mahasiswa.

2. Kepala Bagian Tata Usaha

Melaksanakan administrasi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaan dan alumni, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan administrasi umum.

a. Kepala Sub Bagian Akademik dan Kemahasiswaan.

Melaksanakan administrasi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, kemahasiswaan dan alumni.

b. Kepala Sub Bagian Umum

Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian, keuangan, inventaris kekayaan Negara, tata usaha, rumah tangga, perlengkapan, dan umum. 3. Kepala Bagian Laboratorium Psikologi

Bertanggung jawab atas kegiatan operasional dan pengembangan Laboratorium Psikologi.

4. Urusan Perpustakaan

Bertanggung jawab atas kegiatan operasional perpustakaan yang meliputi pengadaan koleksi, pegelolahan dan pelayanan perpustakaan.


(49)

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

Dalam penelitian ini, penulis telah mewawancarai tiga dosen psikologi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hiyatatullah Jakarta, mereka adalah; bapak Mulyono, bapak Fadhillah dan ibu Zahrotun. Berdasarkan tabel jawaban responden dengan menggunakan kata kunci, bahwa ketiga dosen psikologi yang telah penulis wawancarai tersebut, menggunakan upaya-upaya dan cara-cara pendekatan bimbingan Islam terhadap perkembangan kepribadian anak sebagai berikut:

A. Upaya-Upaya Bimbingan Kepribadian Islami Terhadap Anak

Ada empat kata kunci dari pertanyaan-pertanyaan wawancara, yaitu upaya bimbingan Islam yang digunakan, alasannya, hambatan dan kelebihannya. Setiap dosen tersebut berbeda dan ada yang sama dalam memberikan jawaban. Berikut ini adalah kata kunci jawaban mereka atas keempat pertanyaan tersebut:

1. Upaya-upaya bimbingan kepribadian Islami yang digunakan; mengajarkan sholat, puasa, zakat, mengikutsertakan anak ke dalam kegiatan remaja masjid, memasukkan anak ke lembaga pendidikan yang Islami seperti TPA dan pesantren dan mengajarkan anak beramal shodaqoh.

2. Alasan menggunakan upaya-upaya tersebut; karena seorang dosen maka sebelum berbicara teori, dipraktekkan terlebih dahulu, lalu ada yang


(50)

menjawab bahwa hal itu merupakan kewajiban setiap muslim, juga ada yang menjawab Karena itu merupakan cara atau strategi dalam penanganan keagamaan terhadap anak.

3. Hambatan dalam upaya tersebut; faktor lingkungan, fasilitas sosial budaya seperti playstation, acara televisi, permainan di hand phone dan buku komik, faktor internal seperti masalah waktu yang tidak bisa setiap saat menjaga anak, dan banyaknya kesibukan anak di luar.

4. Kelebihan dalam upaya tersebut; anak dapat berakhlakul karimah seperti berkomunikasi dan berinteraksi secara Islami, menyehatkan jasmani dan rohaninya, sehat dan berkembang dengan optimal secara psikologis, menjadi kebiasaan di saat anak sudah besar, dan jadi punya rasa tanggung jawab.

Jika diperhatikan keempat poin tersebut di atas, mereka para dosen sangat memperhatikan nilai-nilai bimbingan kepribadian Islami terhadap anak-anaknya, tentunya dengan proses bimbingan Islam yang mereka lakukan sejak anak usia dini. Ada tiga yang paling utama dalam upaya bimbingan Islam yang mereka gunakan, yaitu sholat, puasa dan zakat.

Tetapi mereka juga tidak melupakan nilai-nilai keIslaman lainnya seperti halnya mereka berusaha membentuk dan mengembangkan rasa sosial anak. Alasan-alasan yang dikemukakan juga sangat signifikan terhadap upaya-upaya bimbingan Islam yang mereka gunakan.

Walaupun banyak hambatan dari dalam maupun luar, mereka tetap tidak acuh dan berusaha dengan berbagai cara yang Islami dalam memberikan


(51)

bimbingan-bimbingan Islam demi perkembangan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran-ajaran al-Qur’an dan al-Hadits.

Pada dasarnya mereka menginginkan anak-anak mereka agar taat kepada Allah SWT dan rasulNya, sehat jasmani dan rohaninya juga dapat berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-sehari. Hal itu terlihat dari kelebihan-kelebihan daripada upaya-upaya bimbingan Islam yang mereka gunakan terhadap anak-anak mereka.

B. Cara-cara Pendekatan Bimbingan Kepribadian Islami Terhadap Anak Seperti halnya upaya-upaya bimbingan Islam yang digunakan. Dalam cara-cara pendekatan yang digunakan juga ada yang sama dan ada yang berbeda daripada jawaban-jawaban yang para dosen kemukakan. Di sini penulis membatasi jumlah kata kunci dari pertanyaan-pertanyaan wawancara terhadap mereka, yakni ada empat kata kunci sebagai berikut: Cara-cara pendekatan yang digunakan, alasannya, situasinya dan teknik yang digunakan.

Berikut ini adalah kata kunci jawaban mereka atas keempat pertanyaan tersebut:

1. Cara-cara pendekatan yang digunakan; pola asuh atau pendidikan yang demokratis, pembiasaan, keteladanan dan rasionalisasi.

2. Alasannya; agar ada keterbukaan antara anak dengan orang tua, punya rasa tanggung jawab, anak remaja sudah dapat berpikir kritis dan sebagai dosen harus mengajarkan sesuai yang telah diterapkan di keluarganya.


(52)

3. Situasinya; ketika anak berbuat salah dan ketika anak bertanya tantang hal yang diperintahkan kepadanya.

4. Tekniknya; Mengajak dialog dan mengarahkan perbuatan anak yang salah tersebut kepada hal yang benar serta memberikan jawaban yang sebaik-baiknya dengan bijaksana terhadap pertanyaan anak yang kritis.

Terlihat ada empat yang utama mengenai cara-cara pendekatan mengenai bimbingan kepribadian Islami yang mereka gunakan terhadap anak-anaknya, yaitu dengan pola asuh/pendidikan yang dialogis/demokratis, pembiasaan, keteladanan dan rasionalisasi. Cara-cara tersebut dilakukan ketika anak berbuat salah, misalkan anak berkata bohong.

Tekniknya mereka mengajak anak untuk berdialog dan mengarahkan anak kepada hal yang benar serta diberikan rasionalnya sehingga anak mengakui kesalahannya dan tidak mengulanginya kembali. Di sini yang ditekankan adalah pola asuh yang dialogis bukan memarahi anak ketika dia salah, karena hal itu tidak akan memecahkan masalah, sebaliknya anak akan selalu berbuat salah.

Sikap keterbukaan antara anak dengan orang tua harus dilakukan sejak dini, salah satunya dengan pola asuh dialogis tadi. Hal ini penting, agar hubungan anak dengan orang tua semakin akrab. Di samping itu juga anak harus selalu diberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik demi masa depan anak yang lebih baik.


(53)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan penulis selama penelitian di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap upaya-upaya yang dilakukan dalam perkembangan kepribadian anak-anak para dosen Psikologi maka dapat ditarik kesimpulan yaitu tentang upaya-upaya bimbingan Islam dan cara-cara pendekatan bimbingan Islam yang digunakan para dosen terhadap perkembangan kepribadian anak-anaknya sehingga terbentuk kepribadian yang Islami, diantara upaya-upaya dan cara-cara pendekatan bimbingan Islam yakni:

1. Upaya-upaya Bimbingan Kepribadian Islami Terhadap Anak

Upaya-upaya bimbingan Islam yang digunakan dengan mengajarkan sholat, berpuasa, zakat, mengikutsertakan anak ke dalam kegiatan remaja masjid, memasukkan anak ke lembaga pendidikan yang Islami seperti TPA dan pesantren dan mengajarkan anak beramal shodaqoh. Dalam pelaksanaan penerapan upaya tersebut pada dasarnya agar anak dapat berakhlakul karimah seperti berkomunikasi dan berinteraksi secara Islami.

2. Cara-cara Pendekatan Bimbingan Kepribadian Islami Terhadap Anak Pola asuh atau pendidikan yang demokratis, pembiasaan, keteladanan dan rasionalisasi dengan mengajak dialog dan mengarahkan


(54)

perbuatan anak yang salah tersebut kepada hal yang benar serta memberikan jawaban yang sebaik-baiknya dengan bijaksana terhadap pertanyaan anak yang kritis.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah penulis paparkan mengenai upaya-upaya bimbingan Islam dan cara pendekatan yang digunakan oleh para dosen Psikologi terhadap perkembangan kepribadian anaknya dapatlah diketahui bahwa mereka sungguh-sungguh memperhatikan perkembangan anak-anak mereka, terutama dalam memberikan bimbingan berupa nilai-nilai keIslaman sejak mereka usia dini.

Sudah merupakan hukum alam bahwa perkembangan teknologi, sosial dan budaya manusia dari masa ke masa semakin berkembang dan maju. Hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan pola pikir anak-anak apalagi pada usia remaja. Oleh karena itu upaya-upaya dalam memberikan bimbingan Islam juga pendekatan yang dipakai haruslah disesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada.

Terkait dengan materi bimbingan Islam yang telah diberikan para dosen terhadap anaknya, seyogyanya materi yang diberikan bukan hanya aqidah, akhlaq,dan ibadah saja. Sebagai mahasiwa fakultas dakwah saya melihat dalam materi bimbingan Islam yang telah diberikan belum adanya unsur-unsur dakwah, karena sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Luqman Ayat:17 yang artinya:” Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah


(55)

(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”

Kemudian yang lebih penting adalah pengawasan dalam masalah aqidah Islam. Semakin banyak saja pemikiran-pemikiran mengenai Islam yang sesat dan menyesatkan. Contohnya sudah banyak ajaran-ajaran Islam yang diselewengkan; tidak perlu sholat, puasa, dan lain sebagainya.

Pada akhirnya penulis mengakui bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, karena ditulis dengan penuh keterbatasan.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. M., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Press, 1998), cet. ke-6.

B. Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), edisi ke-5.

D. Gunarsa, Singgih, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2003), cet. ke-7.

---, Psikologi Anak Bermasalah, Jakarta: Gunung Mulia, 2004, cet. ke-13. ---, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia,1988), cet. ke-4.

D. Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’rif, 1986) cet. ke-6.

---, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Ma’arif, 1986), cet. ke-7.

Daradjat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1996), cet. ke-4.

Depag RI, Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 442. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. ke-10.

Faqih, Rahim, Ainur, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,(Yogyakarta: UII Press, 2001), cet. ke-2.

Fauzi,Ahmad, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. ke-2.

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Edisi Revisi 11.

Kunto, Ari dan Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

(Jakarta: Bina Aksara, 1989) cet. ke- 5.

Mantra, Bagoes, Ida, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. ke-1.


(57)

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1985), cet. ke-5.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet.ke-11.

Porwadi, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi,

(Jakarta: LP3 ES, 1998), cet. ke-1.

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1955), cet. ke-15.

Rakhmat, Jalaluddin dan Gandaatmaja, Muchtar, Keluarga Muslim dalam

Masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), cet. ke-1.

Sarwono, Wirawan, Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003).

Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofyan, Metode Penelitian Survei,

(Jakarta: LP3 ES, 1995).

Sujanto, Agus, Psikologi Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. ke-5.

---, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999).

Sukardi, Ketut, Dewa, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000 ), cet. ke-3.

Suryabrata, Sumardi, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), cet. ke-5.

Ulwan, Nashih, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam,

(Semarang: CV Asy Syifa, 1981), cet. ke-3.

Umar H. M. dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998 ), cet. ke-1.


(1)

3. Situasinya; ketika anak berbuat salah dan ketika anak bertanya tantang hal yang diperintahkan kepadanya.

4. Tekniknya; Mengajak dialog dan mengarahkan perbuatan anak yang salah tersebut kepada hal yang benar serta memberikan jawaban yang sebaik-baiknya dengan bijaksana terhadap pertanyaan anak yang kritis.

Terlihat ada empat yang utama mengenai cara-cara pendekatan mengenai bimbingan kepribadian Islami yang mereka gunakan terhadap anak-anaknya, yaitu dengan pola asuh/pendidikan yang dialogis/demokratis, pembiasaan, keteladanan dan rasionalisasi. Cara-cara tersebut dilakukan ketika anak berbuat salah, misalkan anak berkata bohong.

Tekniknya mereka mengajak anak untuk berdialog dan mengarahkan anak kepada hal yang benar serta diberikan rasionalnya sehingga anak mengakui kesalahannya dan tidak mengulanginya kembali. Di sini yang ditekankan adalah pola asuh yang dialogis bukan memarahi anak ketika dia salah, karena hal itu tidak akan memecahkan masalah, sebaliknya anak akan selalu berbuat salah.

Sikap keterbukaan antara anak dengan orang tua harus dilakukan sejak dini, salah satunya dengan pola asuh dialogis tadi. Hal ini penting, agar hubungan anak dengan orang tua semakin akrab. Di samping itu juga anak harus selalu diberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik demi masa depan anak yang lebih baik.


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan penulis selama penelitian di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap upaya-upaya yang dilakukan dalam perkembangan kepribadian anak-anak para dosen Psikologi maka dapat ditarik kesimpulan yaitu tentang upaya-upaya bimbingan Islam dan cara-cara pendekatan bimbingan Islam yang digunakan para dosen terhadap perkembangan kepribadian anak-anaknya sehingga terbentuk kepribadian yang Islami, diantara upaya-upaya dan cara-cara pendekatan bimbingan Islam yakni:

1. Upaya-upaya Bimbingan Kepribadian Islami Terhadap Anak

Upaya-upaya bimbingan Islam yang digunakan dengan mengajarkan sholat, berpuasa, zakat, mengikutsertakan anak ke dalam kegiatan remaja masjid, memasukkan anak ke lembaga pendidikan yang Islami seperti TPA dan pesantren dan mengajarkan anak beramal shodaqoh. Dalam pelaksanaan penerapan upaya tersebut pada dasarnya agar anak dapat berakhlakul karimah seperti berkomunikasi dan berinteraksi secara Islami.

2. Cara-cara Pendekatan Bimbingan Kepribadian Islami Terhadap Anak Pola asuh atau pendidikan yang demokratis, pembiasaan, keteladanan dan rasionalisasi dengan mengajak dialog dan mengarahkan


(3)

perbuatan anak yang salah tersebut kepada hal yang benar serta memberikan jawaban yang sebaik-baiknya dengan bijaksana terhadap pertanyaan anak yang kritis.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah penulis paparkan mengenai upaya-upaya bimbingan Islam dan cara pendekatan yang digunakan oleh para dosen Psikologi terhadap perkembangan kepribadian anaknya dapatlah diketahui bahwa mereka sungguh-sungguh memperhatikan perkembangan anak-anak mereka, terutama dalam memberikan bimbingan berupa nilai-nilai keIslaman sejak mereka usia dini.

Sudah merupakan hukum alam bahwa perkembangan teknologi, sosial dan budaya manusia dari masa ke masa semakin berkembang dan maju. Hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan pola pikir anak-anak apalagi pada usia remaja. Oleh karena itu upaya-upaya dalam memberikan bimbingan Islam juga pendekatan yang dipakai haruslah disesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada.

Terkait dengan materi bimbingan Islam yang telah diberikan para dosen terhadap anaknya, seyogyanya materi yang diberikan bukan hanya aqidah, akhlaq,dan ibadah saja. Sebagai mahasiwa fakultas dakwah saya melihat dalam materi bimbingan Islam yang telah diberikan belum adanya unsur-unsur dakwah, karena sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Luqman Ayat:17 yang artinya:” Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah


(4)

(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”

Kemudian yang lebih penting adalah pengawasan dalam masalah aqidah Islam. Semakin banyak saja pemikiran-pemikiran mengenai Islam yang sesat dan menyesatkan. Contohnya sudah banyak ajaran-ajaran Islam yang diselewengkan; tidak perlu sholat, puasa, dan lain sebagainya.

Pada akhirnya penulis mengakui bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, karena ditulis dengan penuh keterbatasan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H. M., Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Press, 1998), cet. ke-6.

B. Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), edisi ke-5.

D. Gunarsa, Singgih, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2003), cet. ke-7.

---, Psikologi Anak Bermasalah, Jakarta: Gunung Mulia, 2004, cet. ke-13. ---, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia,1988), cet. ke-4.

D. Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’rif, 1986) cet. ke-6.

---, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Ma’arif, 1986), cet. ke-7.

Daradjat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1996), cet. ke-4.

Depag RI, Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 442. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet. ke-10.

Faqih, Rahim, Ainur, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,(Yogyakarta: UII Press, 2001), cet. ke-2.

Fauzi, Ahmad, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. ke-2.

Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), Edisi Revisi 11.

Kunto, Ari dan Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bina Aksara, 1989) cet. ke- 5.

Mantra, Bagoes, Ida, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. ke-1.


(6)

Nasution, Harun, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press, 1985), cet. ke-5.

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet.ke-11.

Porwadi, E. Kristi, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta: LP3 ES, 1998), cet. ke-1.

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1955), cet. ke-15.

Rakhmat, Jalaluddin dan Gandaatmaja, Muchtar, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), cet. ke-1.

Sarwono, Wirawan, Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003).

Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofyan, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3 ES, 1995).

Sujanto, Agus, Psikologi Kepribadian Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. ke-5.

---, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999).

Sukardi, Ketut, Dewa, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000 ), cet. ke-3.

Suryabrata, Sumardi, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), cet. ke-5.

Ulwan, Nashih, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, (Semarang: CV Asy Syifa, 1981), cet. ke-3.

Umar H. M. dan Sartono, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998 ), cet. ke-1.