Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN

Dengan tenaga yang telah memiliki pengalaman dan pembinaan santri, memadukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada baik metode pembinaan, maupun kekuatan visi dan misi untuk membina para santri. Sehingga pada bulan Agustus 2003, “tercetuslah ide pembinaan dengan metode Prof. Dadang Hawari Bio-Psiko-Sosio-Spiritual BPSS dengan nama Yayasan Madani Home Care. ”2 Namun, keputusan belum sepenuhnya, karena menunggu restu dari Porf. Dadang Hawari. Ust. Darmawan sebagai penghubung menyampaikan berita dan tawaran mereka kepada beliau dan mempresentasikan ide tersebut. Alhamdulillah gayung pun bersambut, akhirnya pada tanggal 1 september 2003 di RS. Thamrin jam 13.00 WIB, Prof. Dadang Hawari menyetujui metode Prof. Dadang Hawari, Psikiater “Bio-Psiko-Sosio-Spiritual BPSS” digunakan pada pembinaan di Yayasan Madani Home Care. Dengan dorongan berbagai pihak mereka memberanikan diri untuk mendirikan Madani mental health Care pembinaan berbasis masyarakat atau community basis, sebagai wujud untuk berperan aktif dalam menyelamatkan anak bangsa dari bahaya penyalahgunaan NAZA. Setelah beberapa tahun berlangsung, akhirnya MHC diajukan ke notaris agar lembaga ini berbadan hukum. Dengan berbagai perjuangan yang cukup berat, akhirnya MMHC berhasil memperoleh kelegalan dalam menjalankan lembaga ini. 11 November 2007 yayasan Madani Mental Health Care disahkan oleh negara.

2. Visi dan Misi Madani Mental Health Care

a. Visi Menyelamatkan dan mengembalikan masa depan dan citra keluarga, masyarakat, dan bangsa serta meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik. b. Misi Melaksanakan usaha pencegahan melalui penyuluhan, bimbingan, pembinaan dan konsultasi mengenai bahaya yang ditimbulkan dari 2 Hasil wawancara dengan Ust. Darmawan pimpinan yayasan Madani, pada tanggal 19 Juli 2014 penyalahgunaan NAZA, maupun mengobati serta meningkatkan kualitas hidup korban NAZA dan penderita Skizofrenia sehingga dapat kembali ke masyarakat dan lingkungannya secara baik dan benar. B. Hasil Temuan 1. Proses Rehabilitasi Pecandu Narkoba Program pembinaan dengan metode BPSS dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan oleh tenaga-tenaga yang berpengalaman pada bidangnya. Program pembinaan bagi korban penyalahguna NAZA maupun penderita SKIZOFRENIA dijalankan melalui beberapa tahap: “dimulai dengan tahap pertama stabilisasidetoksifikasi, lalu tahap kedua rehabilitasi dalam jangka 3 tiga bulan dan dapat diperpanjang sesuai perkembangan, kemudian program lanjutan Day Care selama 3 tiga bulan serta masuk tahap terakhir kemandirian selama 3 tiga bulan. ” 3 Dengan beberapa program terapi dalam pembinaan yang berbasis masyarakat community base, Yayasan Madani Mental Health Care memakai sistem terpadu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual BPSS metode Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, psikiater. Penjelasan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual menurut Prof. Dadang Hawari yang dikutip oleh Samsuludin yaitu: Perawatan biologik, artinya pendekatan medis. Pasien narkoba atau napza memerlukan penanganan secara medis dengan obat-obatan psikiatrik. Psikologis artinya pendekatan kejiwaan dilakukan dengan terapi-terapi psikologis atau pendekatan kejiwaan baik pasien ataupun keluarga pasien untuk menyelesaikan masalah kejiwaan mereka. Sosial artinya pendekatan pemulihan NAPZA dengan berbasis kemasyarakatan community base, dengan keterlibatan keluarga dalam proses pembinaan, sehingga pasien dapat melanjutkan aktifitas lainnya dengan pendampingan satu pasien satu ustadz pendamping konselor individu. Spiritual artinya pendekatan keagamaan untuk menjelaskan pentingnya agama dalam kehidupan pendekatan fungsi dan makna ibadah tanpa adanya unsur paksaan. 4 3 Hasil dari dokumen Yayasan Madani Mental Health care 4 Samsuluddin, “Islam dan Psikoterapi Spiritual Analisis Terhadap Program Rehabilitasi Napza di Madani Mental Health Care”, Tesis pada Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta: 2013, h. 62, tidak dipublikasikan Adapun tujuan program pembinaan di Madani Mental Health Care adalah “agar mereka para santri pasien dapat sehat jasmani, jiwa, meningkatnya perilaku sosial yang baik dan bertambahnya pemahaman agama ”. 5 Sehingga pasien dapat menjalani kehidupan sesuai dengan tahap kehidupannya dalam keluarga yang bahagia. Prof. Dr. Dr. H. Dadang Hawari, Psikiater sebagai pembina yayasan ini menggunakan metode penggabungan antara ilmu kesehatan dan ilmu spiritual. Menurutnya, “Komitmen agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, meningkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan mempercepat penyembuhan dengan catatan terapi medik diberikan sebagaimana mestinya” 6 Adapun tahapan-tahapan pembinaan di Madani Mental Health Care, yaitu: a. Detoksifikasistabilisasi Terapi medis yang diberikan berupa pemberian obat anti depressant yang sifatnya non adiktif dan juga obat analgentika anti nyeri yang sifatnya non adiktif dan tidak mengandung unsur opiat atau turunannya. Menurut Ust.Samsul, Prof.Dadang Hawari pernah menyampaikan, bahwa proses pembinaan mental pasien Napza harus dilakukan terlebih dahulu proses detoxsifikasistabilisasi. Hal ini didasarkan pada diagnosis awal, bahwa perubahan perilaku, perubahan emosi, dan pikiran pengguna Napza dilatar belakangi dari rusaknya susunan syaraf pusat neurotransmitter. 7 Menurut Prof.Dadang Hawari, “metode detoksifikasi ini, tidak menggunakan obat-obatan yang merupakan substitusi pengganti yang masih merupakan turunan atau sintesis opiat heroinmorfin, misalnya Methadon, Buprhrenorphine HCI subutex, Tramadol HCI tramal, tradosix codein dan zat lain yang sejenis ”. 8 Karena bila menggunakan substitusi berarti tidak mengobati dan tidak menyembuhkan, sebab sinyal penghantar saraf neurotransmitter sel- 5 Hasil wawancara dengan Ust.Samsul Kepala Rumah Transit, pada tanggal 16 Juni 2014 6 Dadang Hawari, Integrasi Agama Dalam Pelayanan Medik. Doa dan Zikir Sebagai Pelengkap Terapi Medik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia2009, h.2. 7 Hasil Wawancara dengan Ust. Samsul, pada tanggal 16 Juni 2014 8 Dadang Hawari, Terapi detoksifikasi dan rehabilitasi pesantren Mutakhir sistem terpadu pasien naza narkotika, alkohol, dan zat adiktif lain, Jakarta: UI-Press, 2008, cet.IV, h. 5 sel otak masih tetap terganggu atau dengan kata lain gangguan mental dan prilaku tetap diderita oleh pasien. Pasien belum dapat diberikan pembinaan, karena pasien lebih banyak ditidurkan pada fase ini bukan karena minum obat tidur. Kesadaran penuh dicapai pada hari kelima atau keenam. b. Program Transit House Program Transit House adalah program pembinaan mental yang dilaksanakan di lingkungan Madani Mental Health Care selama 24 jam x 3 bulan. Jadi, pasien atau santri narkoba harus berada di rumah transit rumah kesadaran selama 3 bulan penuh. Di lingkungan pembinaan, para pasien menyebut para konselor, pengajar, instruktur atau pembina lainnya dengan sebutan atau panggilan ustad. Dan para pasien, disebut dengan para santri. Menurut Ust.Samsul, “walaupun masa stabilisasi telah selesai, santri narkoba tetap melakukan konsultasi medis dengan Prof. Dadang Hawari secara berkala dan meminum obat yang diberikan secara teratur ”. 9 Langkah pertama yang dilakukan adalah menumbuhkan rasa nyaman, penerimaan keterbukaan dan asesmen awal terhadap adiksi pasien serta menemukan permasalahan dasar yang dialami oleh pasien. Bulan kedua, pasien yang dinilai sudah memiliki kesadaran penuh dalam memahami penyakit dan mengerti program pemulihan, diberikan waktu untuk cuti dengan keluarga. Harapannya keluarga dapat mengevaluasi perkembangan pasien, sehingga keluarga dapat ikut serta dalam proses pembinaan selanjutnya. Bulan ketiga pasien yang telah menyelesaikan masalah kehidupannya, disiapkan untuk program kemandirian mental. Adapun penerapan program metode BPSS dalam masa program transit adalah: 1 Perawatan medik Dalam masa program transit, pasien konsultasi dengan dokter Psikiater dalam 10 hari sekali dengan didampingi oleh konselor. Selain itu, minum obat secara teratur dalam pengawasan konselor, mengkonsumsi makanan yang bergizi. 9 Hasil wawancara dengan Ust. Samsul pada tanggal 16 Juni 2014