ELABORASI TEMA Sekolah Tinggi Musik Medan (Arsitektur Metafora )

Sydney Conservatorium of musik Sydney Conservatorium of musik merupakan salah satu konservatorium musik di sydney australia yang berlokasi dekat dengan sydney Opera House. Memiliki fasilitas kelas dunia dengan concert hall yang berkapasitas 500 tempat duduk, dua recital hall, ruang seminar musik dengan kapasitas 220 tempat duduk, lebih dari 100 ruang kantor, 53 ruang belajar musik, 63 kelas praktik musik yang juga digunakan tempat latihan paduan suara. Fasilitas lainnya perpustakaan yang memiliki koleksi buku hingga 300.000 buah, serta terdapat 140 piano pada gedung tersebut.

BAB III ELABORASI TEMA

Gambar II.10 Eksterior interior Conservatorium music Sydney Gambar II.11 Interior Concer Hall Universitas Sumatera Utara III.1 Pengertian Arsitektur Metafora Arsitektur Metafora berasal dari kata Arsitektur, dan Metafore, yang memiliki pengertian sebagai berikut: III.1.1 Arsitektur Arsitektur adalah seni dan keteknikan bangunan, digunakan untuk memenuhi keinginan praktis dan ekspresif dari manusia-manusia beradab. Encyclopedia Brittanica, www.tripod.com Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. mengutip Vitruvius, De Architectura Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. www.wikipedia.com III.I.2 Metafora Dalam Arsitektur Metafora mengidentifikasikan hubungan antara benda dimana hubungan tersebut lebih bersifat abstrak daripada nyata serta mengidentifikasikan pola hubungan sejajar. Dengan metafora seorang perancang dapat berkreasi dan bermain-main dengan imajinasinya untuk diwujudkan dalam bentuk karya arsitektur. Metafora dapat mendorong arsitek untuk memeriksa sekumpulan pertanyaan yang muncul dari tema rancangan dan seiring dengan timbulnya interpretasi baru. Karya –karya arsitektur dari arsitek terkenal yang menggunakan metoda rancang metafora,hasil karyanya cenderung mempunyai langgam Postmodern. Pengertian metafora secara umum berdasarkan Oxford Learner’s Dictionary : • Kalimat yang biasanya 1 jenis dari setiap obkej atau ide pada tempat dimana untuk mensugestikan dalam kemiripan mereka Universitas Sumatera Utara • Kalimat yang artinya adalah pemindahan dari objek yang telah didisan ke onjek yang akan didisain dengan cara membandingkan atau analogi. • Kalimat yang mana nama dan kualitasnya terdapat sesuatu yang biasanya secara lisan tidak dapat di aplikasikan • Penggunaan kata yang mengindikasikan sesuatu yang berbeda dari arti yang literal Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of Architecture” Suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain. Ada tiga kategori dari metafora: a. Metafora abstrak intangible metaphor Rancangan arsitektur yang mengacu kepada hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat dibendakan, misalnya: sosial, budaya, kondisi manusia. Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah Nagoya City Art Museum karya Kisho Kurokawa yang membawa unsur sejarah dan budaya didalamnya. b. Metafora konkrit tangible metaphor Rancangan arsitektur yang mengacu kepada benda-benda nyata dan dapat dirasakan secara visual. Rancangan yang menggunakan metafora ini adalah Stasiun TGV karya Calatrava yang Gambar III.1 Nagoya City Art Museum Universitas Sumatera Utara menerjemahkan bentuk burung terbang kedalam bangunan. c. Metafora kombinasi combined metaphor Rancangan arsitektur yang memiliki metafora abstrak dan konkrit didalamnya. Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah EX Plaza Indonesia karya Budiman Hendropurnomo yang menjadikan gaya kinetik pada sebuah mobil sebagai konsepnya, yang diterjemahkan menjadi gubahan masa lima kotak yang miring sebagai ekspresi gaya kinetik mobil, kolom-kolom penyangganya sebagai ban mobil. Gambar III.3 EX Plaza Universitas Sumatera Utara Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of Architecture” Metafora mengidentifikasikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang melihat secara literal Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture” Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain dan bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya kemiripan. Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture” Transforming : figure of speech in which a name of description term is transferred to some object different from. Dan juga menurutnya pada metafora pada arsitektur adalah merupakan salah satu metod kreatifitas yang ada dalam desain spektrum perancang. III.I.3 Arsitektur Metafora Metafora merupakan bagian dari gaya bahasa yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan. Metafora berasal dari bahasa latin yaitu “Methapherein” yang terdiri dari 2 buah kata yaitu “metha” yang berarti : setelah, melewati dan “pherein” yang berarti :membawa. Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan. Pada awal tahun 1970-an muncul ide untuk mengkaitkan arsitektur dengan bahasa, menurut Charles Jenks dalam bukunya “The Language of Post Modern” dimana Arsitektur dikaitkan dengan gaya bahasa, antara lain dengan cara metafora. Pengertian Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya. Universitas Sumatera Utara Arsitektur yang berdasarkan prinsip-prinsip Metafora, pada umumnya dipakai jika : 1. mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain. 2. mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain. 3. mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru. Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas Arsitektural, yakni sebagai berikut : 1. Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang yang lain. 2.Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat. 3. Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya 4. Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif. III.2 Interpretasi Tema Metafora atau kiasan pada dasarnya mirip dengan konsep analogi dalam arsitektur, yaitu menghubungkan di antara benda-benda. Tetapi hubungan ini lebih bersifat abstrak ketimbang nyata yang biasanya terdapat dalam metode analogi bentuk. Perumpamaan adalah metafora yang menggunakan kata-kata senada dengan “bagaikan” atau “seperti” untuk mengungkapkan suatu hubungan. Metafora dan perumpamaan mengidentifikasi pola hubungan sejajar. Charles Moore, dalam suatu pembahasan tentang hal menarik hatinya, mengemukakan bahwa ia ingin agar bangunan-bangunan menyerupai batu alam. Metafora itu dikembangkannya dalam suatu skenario singkat: Di Pulau St. Simon, Georgia, Kondominium-kondominium dekat pantai melakukan sesuatu untuk menanggapi citra bagai batu alam ini. Dalam hal ini terjadi dialog antara konteks lingkungan dengan bangunan yang dibangun. Rupanya ini adalah sebuah perkebunan Georgia tua, tapi sangat besar, di bagian dalam maupun luarnya terdiri dari sekumpulan tembok yang berwarna cerah dan meriah yang sangat dekoratif dalam sebuah ruang interior. Batu alam adalah metafora konseptual yang mengemukakan bagaimana bangunan dapat mempunyai dua citra sekaligus. Bila dipandang dari luar, bangunan tersebut memiliki citra yang mungkin senada dengan alam sekitar. Ia dapat mempunyai citra yang berlainan di dalam bangunan. Bagaikan suatu lingkungan yang menghibur, teatrikal, dan dramatis yang cocok untuk daerah peristirahatan. Universitas Sumatera Utara Contoh-contoh lain tentang metafora meliputi daftar provokatif definisi-definisi dan penjelasan-penjelasan tentang berbagai aspek arsitektur. Definisinya tentang arsitektur sendiri adalah suatu perumpamaan. Arsitektur bagaikan Kristal. Metafora-metafora lain yang dibahas di bukunya, In Praise of Architecture meliputi, “Obelisk adalah sebuah teka-teki”, “sumber adalah suatu suara”, “Kamar adalah suatu dunia”, “Pintu adalah suatu undangan”, “Deretan kolom adalah sebuah paduan suara”, “Rumah adalah suatu mimpi.” Hal ini dibuktikan oleh beberapa arsitek dalam merancang karyanya. Sebut saja Mario Botta, Daniel Libeskind, dan Jean Nouvel. Kalau dalam negeri kita mengenal M. Ridwan Kamil dan Adi Purnomo yang pernah menggunakan metafora dalam perancangan karya arsitekturnya. Mario Botta dalam karyanya The Botta Berg Oase, Arosa-Switzerland menunjukkan metafora tentang tubuh dan semesta. Bangunan ini adalah sebuah spa center yang terletak di sebuah kawasan pegunungan di Switzerland. Di sekelilingnya adalah hutan pinus dan cemara. Ia membuat sedemikian rupa bangunannya sehingga terlihat seakan-akan menyatu dengan hutan pinus dan cemara di sekitarnya. Permainan material kaca dan baja, lalu diramu seperti “daun” menjadi bahasa metaforis untuk menjawab dari satu sisi manusia “costumer service”. Di tempat itu manusia seakan-akan diberi kesempatan untuk mengenali tubuhnya sendiri, menikmati teknologi dan menikmati alam pegunungan yang indah. Pada kasus lainnya dapat kita lihat pada Jewish Museum di Berlin yang dirancang oleh Daniel Libeskind. Dalam perancangannya sang arsitek menekankan filosofi “Yang terpenting dari segala hal adalah bagaimana kau mendapatkan pengalaman dari ruang itu sendiri. Ini membuat orang untuk memunculkan segala macam intepretasi.” Libeskind menginginkan pengunjung mendapatkan pengalaman baru saat memasuki museum layaknya sebuah petualangan. Perjalanan di dalam museum dikiaskan menjadi sebuah petualangan yang mengesankan. Semua itu ditransformasikan ke dalam konfigurasi ruangan yang berbentuk zig- zag. Ini dimaksudkan agar pengunjung tersesat dan mengalami sensai petualangan yang sama ketika bangsa Yahudi diusir dan kehilangan arah tujuan saat terjadinya peristiwa Holocaust oleh Nazi Jerman. Inovasi si Arsitek yang mendesain sirkulasi denah yang extra-ordinary mengakibatkan museum ini kehilangan tipologinya dari segi sirkulasi. Pengunjung yang datang tidak akan dapat merasakan suasana layaknya museum saat berada di dalam ruangan, akan tetapi pengunjung akan mendapatkan nuansa pengalaman baru dengan keunikan museum tersebut. Contoh lain pada perancangan Metafora dalam arsitektur adalah New Louvre Museum di Abu Dabhi yang dirancang oleh Jean Nouvel. Ia melakukan pendekatan metafora yang Universitas Sumatera Utara mengibaratkan museum seperti ruang di dalam hutan. Secara eksterior museum ini tidak terlihat seperti hutan, akan tetapi bila masuk ke dalamnya ruang yang tercipta di dalamnya sangat puitis. Skylight yang dirancang memasukkan sinar matahari alami menembus ruangan dan memberikan kesan seperti di dalam hutan. Ini memberikan terobosan baru dalam perancangan museum. Dimana bila sebelumnya, penekanan museum lebih ditekankan pada aspek sirkulasi ataupun penataan barang yang akan di-display, Jean Nouvel membuat sebuah terobosan baru dengan menciptakan ruang yang metaforis dan puitis agar tercipta suasana yang “khusyuk” dalam menikmati kunjungan di dalam museum. Di Indonesia sendiri, penggunaan metode metafora pernah digunakan M.Ridwan Kamil dalam merancang Museum Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Konsep besarnya adalah “Rumoh Aceh as a ascape hill”. Ia mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang dapat menyelamatkan diri para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu terjadi Tsunami. Di dalamnya juga menceritakan dan mengajak kita untuk merasakan suasana saat Tsunami terjadi. Di awali dengan pintu masuk yang “menekan” perasaan pengunjung dengan luasan yang sempit dan di dindingnya terdapat air yang mengalir water wall seolah-olah pengunjung dibawa masuk ke dalam dasar laut yang amat dalam. Lalu masuk ke dalam galeri pertama yang memuat data-data tentang Tsunami. Ruangan ini terletak di bawah reflecting pool dari public park yang dimiliki oleh museum Tsunami ini. Ruangan ini memberikan kesan suram dimana pengunjung seakan-akan berada benar-benar di dasar laut. Dengan penggunaan langit-langit kaca membuat cahaya temaram dari atas yaitu reflecting tadi menambah kesan dramatis pada ruang ini. Pada perjalanan terakhir dihadapkan pada ruangan yang menampilkan nama-nama korban Tsunami yang ditulis pada dinding yang berebntuk silinder yang menjulang ke atas. Pada puncaknya terdapat kaligrafi Allah yang berpendar dan ini ditujukan untuk menambah kesan sakral. Ini bermakna bahwa akhir perjalanan manusia berada pada tangan Tuhan dan tidak ada yang dapat menghindar dari kematian. III.3 Keterkaitan Tema Dengan Judul Sekolah Tinggi Musik Medan merupakan tempat dimana kita bisa mempelajari musik dan juga sebagai tempat dimana kita mengapresiasikan makna-makna yang terkandung dalam setiap unsur-unsur yang terdapat di dalam musik tersebut. Tema Metafora ini dinilai mampu mengapresiasikan setiap unsur dalam musik yang dituangkan dalam bentuk massa bangunan, dan hingga pada detail-detail bangunan. Universitas Sumatera Utara Dengan tema Arsitektur Metafora ini diharapkan dapat mewujudkan Sekolah Tinggi Musik Medan ini menjadi bangunan yang mencirikan bangunan musik dan juga dapat menghadirkan bangunan yang baru dimedan. III.4 Studi Banding Tema Sejenis - Chapel Notre Dame-du Haut, Ronchamp Arsitektur kopel Ronchamp karya Le Corbusier 1959-1954 ini cukup kontroversial, lepas dari bentuk biasa gereja dan kopel yang pernah ada, secara keseluruhan dapat diintepretasikan sebagai telungkupan telapak tangan, merpati, topi Italia, bahkan dapat seperti ibu dan anak. Dinding-dinding kopel tidak ada yang lurus dan tegak seperti lazimnya bangunan pada umumnya, tetapi semuanya merupakan komposisi dari dinding meliuk-liuk berdenah kurva. Di altar, lengkungan tersebut ada tiga yang membentuk belahan silinder, digunakan untuk kopel yang lebih kecil, dindingnya menerus menjulang ke atas membentuk menara. Pada sisi selatan, terdapat semacam teras dimana sebuah altar, tempat khotbah menhadap ke halaman untuk misa terbuka. Di balik altar ini terdapat altar dan ruang utama serta nave atau ruang umat. Altar dan tempat khotbah, terbuat dari beton menyatu dengan bangunan. Demikian pula elemen ruang dalam lainnya termasuk kursi, tempat berlutut dan lain-lainnya. Gambar III.4 Chapel Notre Dame Gambar III.5 Interior Chapel Notre Dame Universitas Sumatera Utara Atap terbuat dari beton bertulang exposed melengkung-lengkung berwarna gelap kontras dengan warna dindingnya yang putih. Ruang dalam terbentuk oleh atap, lubang-lubang jendela dalam dinding tebal tidak sejajar satu dengan yang lainnya merupakan bagian akustik yang sangat baik. Atap slab bangunan ini sebetulnya tidak masif, tetapi dibuat curam dan tidak di-finishing. Pada fasade utama gereja ini terpancar image dolmen di carnac, yang merupakan refleksi dari kuil-kuil yahng dibuat pada periode sebelum Kristen. Sedangkan image Kristen muncul dalam bentuk kerudung biarawati, topi jubah pendeta dan bentuk tangan yang sedang berdoa. Di samping itu ada lagu image bagian atap dan dinding yang seolah-olah muncul ke arah pengunjung menggambarkan lunas kapal, dengan atap yang mirip lifeboat yang menggantung pada sisi kapal yang terbuat dari beton tapi berkesan lemparan papan, seperti layaknya kapal. Di sini Le Corbusier telah mentransformasikan kecintaannya terhadap imajinasi nautical ke dalam ikonografi Kristen, karena di dalam simbol-simbol Kristen kapa adalah pelambang gereja, kapal St. Peter telah diselamatkan Tuhan pada saat akan tenggelam, juga kapal Nabi Nuh yang merupakan penyelamat seluruh umat manusia dari banjir, kapal yang akhirnya beristirahat di gunung Ararat. - The Clyde Auditorium The Armadillo Bangunan ini dirancang oleh Norman Foster dan terletak di pinggir Sungai Clyde, sebelah barat jembatan Kingston dan pusat kota. Bangunan ini dijuluki The Armadillo karena bentuknya diadopsi dari binatang bernama sama yaitu armadillo trenggiling. Bangunan ini mampu menampung 3.000 orang untuk kepentingan pertemuan tingkat dunia. Bangunan ini terdiri dari auditorium, aula ekshibisi dan ruang seminar. Strukturnya terbuat dari cangkang yang dilapisi alumunium yang terpisah-pisah dan diatur secara bertimpa menciptakan bentuk yang unik pada skyline. The Clyde Auditorium secara teknis merupakan pernyataan seni. Kompleks bangunan secara keseluruhan seluas 25 ha dimana di dalamnya termasuk kompleks ekshibisi, konferensi, dan kompleks hiburan dengan Gambar III.6 The Auditorium The Armadillo Universitas Sumatera Utara arena berkapasitas 12.500 orang sementara. The Armadillo sendiri merupakan bangunan tambahan yang dibuka tahun 1997. Gambar III.7 Concer Hall The Armadillo Universitas Sumatera Utara

Bab IV ANALISA IV.1. Analisa Eksisting.