Keterkaitan Tema dengan Judul Studi Banding Tema Sejenis

Dalam hal ini tidak berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan, akan tetapi tetap mempertimbangkan aspek kebersihan dan keindahan, karena Allah itu indah dan suka akan keindahan. • Bangunan lebih mementingkan arti fungsi daripada simboliknya berkembang mengikuti apresiasi masyarakat terhadap islam. • Ibarat surga menurut Ir. Darundono, M.Sc. Dalam Islam hunian ibarat surga berdasarkan hadist yang berbunyi Baiiti Jannati.

3.4 Keterkaitan Tema dengan Judul

Pandangan, pendengaran, haptic dan peradaban adalah komponen-komponen utama yang dapat mendukung berhasil tidaknya suatu karya arsitektur. Dalam mengartikan suatu karya arsitektur secara spontan, umunya dilakukan dengan menggunakan semacam pola evaluasi dari pengadaan karya arsitektur sebelumnya. Kasus proyek yang akan direncanakan merupakan suatu lingkungan pusat kegiatan bagi para wanita muslim untuk melakukan aktivitas dengan konsep ajaran islam yang murni dan syar’i. sehingga untuk mewujudkannya sangat erat dengan pembentukan lingkungan yang memiliki ciri khas Arsitektur Islam yang bersandar pada konsep utama ajaran islam Al-quran dan As-sunnah. HIERARKI HUBUNGAN KETERKAITAN TEMA DENGAN KASUS PROYEK Diagram 3.1 Keterkaitan Tema dengan Proyek Agama Islam Persyaratan Bentuk Elemen Pendukung Raudhah Muslimah Center Arsitektur Islam Pendidikan Pengkajian Aplikasi Bentuk Bangunan Universitas Sumatera Utara Kesimpulan Bangunan berarsitektur islamisyari’ah dapat diringkas sebagai: - Hemat energi, dalam pemakaian pemeliharaan. - Penghuni wanita memiliki ruang privat yang hanya boleh dimasuki mahram; ruang sendiri untuk suami istri, anak lelaki dan anak wanita. - Memiliki ruang main anak, dan dirancang agar kecelakaan di dalam rumah minimum. - Memiliki ruang khusus taqarrub mushola dan suasana penuh pesan moral. - Memiliki ruang untuk mengembangkan diri dan meningkatkan ilmu wawasan, seperti perpustakaan atau ruang multimedia. - Memberi rasa aman baik di luar maupun di dalam. - Didesain tahan banjir, gempa, kebakaran, hama maupun polusi. - Didesain akrab dengan tetangga. Inilah prinsip-prinsip arsitektur syariah. Sekilas memang pada ruang dengan lahan luas, hal-hal ini relatif lebih mudah dipenuhi. Namun demikian, dengan pemikiran yang seksama, sebenarnya ruang berlahan sempit pun dapat pula disiasati sehingga seluruh fungsi maqashidus syariah itu bisa terpenuhi.

3.5 Studi Banding Tema Sejenis

3.5.1 Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta

Masjid Raya Pondok Indah atau Masjid Biru karena roofnya di dominasi warna biru berlokasi di Jl. Sultan Iskandar Muda No 1 Pondok Indah Jakarta Selatan. Masjid ini dibangun atas prakarsa Pendiri Yayasan Masjid Raya Pondok Indah yang diketuai oleh Bapak H. Sudwikatmono dan didukung oleh Yayasan Pondok Indah dan PT. Metropolitan Kencana Jakarta. Pembangunan dimulai pada tahun 1990 dan selesai pada tahun 1992 dengan menhabiskan dana kurang lebih 12 milyar nilai bangunan dan tanah. Adapun arsitektur pembangunan masjid mengacu pada arsitektur masjid nusantara pada umumnya yang memiliki atap susun tiga lapis yang dirancang sedemikian rupa sehingga tercipta bentuk baru namun tetap menyatu dengan lingkungan. Sedangkan peresmian Masjid Raya Pondok Indah dilaksanakan pada 4 Desember 1992 yang diresmikan oleh Bapak H. Sudharmono, SH Wakil Presiden Republik Universitas Sumatera Utara Indonesia dilanjutkan dengan melaksanakan shalat Jum’at yang pertama di Masjid Raya Pondok Indah tersebut. 1.Maksud Pembangunan Untuk memenuhi kebutuhan beberapa fasos fasum yang isyaratkan untuk kawasan hunian Pondok Indah, juga sebagai pusat dakwah, sosial dan pusat pendidikan sehingga diharapkan dapat menghasilkan masyarakat yang berilmu dan beramal yang didasari taqwa kepada Allah SWT. 2. Lokasi Lokasinya terletak di seberang jalan utama dari arah Utara Jl. Sultan Iskandar Muda, menjadikan mesjid ini sebagai Land Mark memasuki kawasan tersebut. Lahan yang tersedia untuk tapak mesjid berbentuk segitiga yang diapit oleh Jl. Iskandar Muda dan kali Grogol dengan luas lahan 6000 m 2 dengan permukaan tanah berada 1,20 m lebih tinggi dari permukaan jalan. 3. Arsitektural Dalam usaha menggali dan merancang bentuk-bentuk baru serta tetap mencerminkan sebagai bangunan tropis, penggunaan bentuk-bentuk geometris kubus dan sudut 45 sangatlah mendukung penciptaan bentuk tersebut. Bintang segi delapan yang dikenal dan sering dipakai dalam motif-motif kaligrafi islam, merupakan ide dasar pengembangan desain pola dan pattern arsitektur mesjid ini. Mesjid ini terdiri dari dua lantai, lantai atas digunakan untuk sholat utama sedangkan lantai bawah digunakan untuk ruang serba guna. Secara keseluruhan mesjid ini dapat menampung sekitar 2600 jamaah di lantai atas dan bawah. Struktur bangunan mesjid ini dibuat dari beton bertulang dan rangka atap baja. Semua material dan struktur finishingnya diusahakan menggunakan bahan dari alam dengan maksud supaya umat yang menggunakan mesjid ini akan lebih dekat dengan alam dan dapat menghayati kebesaran Sang Pencipta. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.1 Suasana Mesjid Raya Pondok Indah Jakarta Universitas Sumatera Utara

3.5.2 Al Markaz Al Islami Mosque,Ujung Pandang

Variant Names : al Markaz al Islami Mosque Location : Ujung Pandang, Indonesia ArchitectPlanner : Achmad NoeMan and PT Birano Architect Client : Yayasan Islamic Centre Date 1996 Century 20th Decade 1990s Building Type : religious Building Usage : mosque Project ID : 1935 Ide awal muncul di tahun 1989 dimana waktu itu Almarhum Jenderal M. Jusuf sebagai Amirul Hajj menyampaikan gagasan untuk mendirikan mesjid yang monumental di Ujung Pandang Kini Makasar kepada sejumlah tokoh yang menunaikan ibadah haji, diantaranya Munawir Sjadzali, Edi Sudradjat, M. Jusuf Kalla dan beberapa lagi yang lain; dan mendapat sambutan spontan. Pada Bulan Ramadhan 1414H 3 Maret 1994, Jenderal Purnawirawan M. Jusuf mengundang beberapa menteri dan sejumlah pengusaha. Beliau lalu mengemukakan gagasan membangun pusat pengembangan peradaban Islam yang berintikan sebuah masjid, dan ditempatkan di Makassar. Bukan semata mata karena beliau berasal dari Sulawesi Selatan tetapi karena kota itu merupakan titik sentral kawasan timur Indonesia, dan masyarakatnya agamis, terlihat misalnya presentasi jemah haji cukup besar. arta Gambar 3.3 Tampak Mesjid Raya Pondok Indah Jakarta Universitas Sumatera Utara Dana yang terkumpul secara spontan saat pertemuan tersebut, tidak saja berasal dari pejabat dan pengusaha muslim. Tapi juga dari pengusaha non muslim seperti Prayogo Pangestu, James T Riyadi atau Harry Darmawan. Jumlahnya cukup besar untuk pembangunan sebuah mesjid dan perlengkapannya sebagai idaman pencetusnya. Gagasan tersebut kemudian direalisasikan. Langkah pertama adalah dikonsultasikannya kepada Gubernur Sulawesi Selatan waktu itu, Prof. Dr. A. Amiruddin sebagai Gubernur. Gubernur pun dengan cepat menanggapi gagasan mulia itu karena sudah lama Majelis Ulama Sulawesi Selatan mengusulkan perlunya pemugaran Mesjid Raya yang dibangun tahun 1955. Beliau segera melakukan langkah langkah kearah terwujudnya gagasan tersebut. Kemudian Zainal Basri Palaguna yang menggantikan Prof Dr.A. Amiruddin sebagai Gubernur Sulsel, juga tetap mendukung pendahuluya untuk mewujudkan sebuah masjid yang menjadi Pusat Islam di Sulsel. Tanggal 3 Maret 1994 M atau 20 Ramadhan 1414 H disepakati sebagai hari lahirnya Yayasan Islamic Center YIC yang dibuatkan aktanya oleh Notaris Mestariany Habie di Ujung Pandang dengan nomor akta 18 tahun 1994. Setelah dimanfaatkan selama sepuluh kali bulan Ramadhan, secara alami Mesjid Al-Markaz Al-Islami akhirnya resmi menggunakan nama lengkap : “Masjid Al-Markaz Al- Islami Jenderal M.Jusuf”, sebagai penghargaan kepada Almarhum Jenderal M Jusuf Wafat 8 Septermber 2004 yang telah menjadi pemrakarsa dan pendiri mesjid serta ketua umum Yayasan Islamic Center Al-Markaz Al-Islami Al-Markaz sendiri diresmikan pemanfaatannya tanggal 21 Sa’ban 1416H atau 12 Januari 1996. Penggunaanya nama itu telah diresmikan oleh M.Jusuf Kalla, selaku wakil Presiden Republik Indonesia sampai sekarang pada hari Jumat, tanggal 9 Syawal 1326 H atau 11 Januari 2005. Saat itu HM.Jusuf Kalla juga menjabat sebagai ketua Yayasan Islamic Center Al-Markaz Al-Islami. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.4 Bagian luar mesjid serta ornament yang ada pada bangunan ini Universitas Sumatera Utara

3.5.3 Mesjid Cordoba Andalusia Spanyol

Cordova adalah ibukota Andalusia, yang sejak 525 Masehi menjadi pusat perkembangan peradaban kerajaan Islam yang terkenal di seluruh Eropa. Pada masa Bani Ummayah, Cordova memiliki 1000 masjid, 800 kamar mandi umum, dan 70 perpustakaan yang mendorong ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjadi pusat ekonomi yang pada perkembangannya mendorong kemajuan Eropa dan dunia. Gambar 3.5 Denah Mesjid Cordoba Universitas Sumatera Utara • Interior Mesjid Cordoba Gambar 3.6 Interior Mesjid Cordoba Universitas Sumatera Utara • Eksterior Mesjid Cordoba Gambar 3.7 Eksterior Mesjid Cordoba Universitas Sumatera Utara • Ornamenta si Mesjid Cordoba Gambar 3.8 Ornamentasi Mesjid Cordoba Universitas Sumatera Utara

3.5.3 Istana Al-Hambra Granada Spanyol

Istana Al-Hamra berada di Granada pada tempat yang cukup tinggi. Dari kejauhan, tampak sekali bentuk arsitektur bentengnya. Dinding-dinding bata merah yang masif menjulang di tepi-tepinya melindungi istana pada bagian dalam.Warna merah tampak dominan dalam eksterior bangunan yang merupakan warna dari dinding bata dan genting tanah liat yang dipergunakannya. Oleh karena berwarna merah itulah menjadikannya bernama Al-Hamra. Istana Al-Hambra dibangun pada tahun 1250 masehi oleh kekhalifahan Nasrid. Pembangunannya berlanjut hingga 250 tahun kemudian. Istana Al-Hamra inimerupakan salah satu simbol jejak kekuasaan penguasa muslim Andalusia yang terakhir, yang akhirnya direbut oleh kekuasaan pasukan Ferdinand dan Isabella of Castile pada tahun 1492. Saat ini, kompleks Istana Al-Hambra yang sudah ditambah dengan bangunan- bangunan yang dibangun oleh kekuasaan pasca khilafah muslim telah berkembang menjadi obyek wisata yang sangat menarik di Spanyol. Setiap hari, Al-Hamra dikunjungi oleh para wisatawan dari seluruh benua. Oleh karena itu, di sekitar istana pun kemudian dibangun berbagai sarana pariwisata seperti hotel, restoran yang dilengkapi dengan lapangan parkir yang cukup luas. Gambar 3.9 Istana Alhambra Granada Universitas Sumatera Utara Namun, sangat disayangkan karena sarana pariwisata ini dibangun terlalu menempel bahkan berkesan menyatu dengan kompleks istana akibatnya istana yang seharusnya menjadi point of interest menjadi kurang tampil. Bahkan, bila saja tidak ada petunjuk-petunjuk arah dan arus wisatawan yang menggunakan pemandu, maka pengunjung akan kesulitan mencapai Istana Al-Hamra dengan cepat. Pintu gerbang masuk kompleks Istana Al-Hamra merupakan bangunan baru yang berfungsi sebagai kantor penjualan tiket masuk, penjualan majalah, booklet dan beragam souvenir. Bangunan baru ini arsitekturnya sangat sederhana, tidak menyesuaikan apatah lagi mewakili diri dengan arsitektur istana di dalamnya. Setelah melalui pintu masuk ini, pengunjung segera disambut oleh jajaran pohon–pohon cemara yang tinggi yang diperkirakan sudah berusia cukup tua. Jajaran pohon cemara kipas ini dibentuk seperti dinding yang berbukaan lengkungan- lengkungan. Taman–taman tumbuh dengan subur di sekitarnya. Sungguh, menampilkan suasana yang asri. Alur masuk wisatawan menuju istana Al- Hamra diatur sedemikian rupa: dimulai dengan jalur pedestrian yang kedua sisinya cemara–cemara tadi, kemudian menyusuri pedestrian di tepi dinding batas sebelah selatan. Dari sana, lalu menuju sebuah gereja yang dibangun pada abad ke-16. Barulah kemudian menuju ke Istana Charles V, yang dibangun tahun 1526 M, yang saat ini bersama- sama istana Al-Hamra menjadi sebuah museum. Selanjutnya, pengunjung akan mengelilingi benteng hingga naik ke bagian atas. Sebagai klimaksnya, lalu masuk ke dalam Istana Al-Hambra. Posisi pintu masuk ke dalam Istana Al-Hamra ini sudah mengalami perubahan. Pintu masuk aslinya: dari bangunan benteng sebelah barat melalui halaman taman. Namun, Gambar 3.10 Pintu masuk Istana Universitas Sumatera Utara pembangunan Istana Charles V menjadikannya berada di sebelah selatan melalui celah antara istana Al-Hamra dengan istana Charles V. Celah itu, dahulunya, diperkirakan berfungsi sebagai pintu darurat. Bangunan Istana Charles V yang dibangun belakangan seakan kurang menghargai keberadaan Istana Al-Hambra. Bangunannya yang menempel dan dominasinya dengan skala yang jauh lebih besar sangat tidak memperhatikan axis–axis yang dibuat di Al-Hamra. Bukan hanya tidak memberikan penghargaan yang cukup kepada Al-Hamra, bahkan penempatannya berkesan menutupi dan arogan. Massa dan ruang-ruang di Al-Hamra tidak terikat pada satu axis sumbu yang kuat, tetapi dikembangkan menjadi beberapa axis secara dinamis. Ruang–ruang dibuat mengalir secara dinamis dengan masing–masing ruang dibuat dalam satu unity kesatuan yang kuat, yang dibentuk oleh lengkungan pintu dan jendela, ornamen geometrikal dan kaligrafi Arab yang indah. Secara keseluruhan, massa bangunan membentuk beberapa innercourt halaman dalam terbuka. Dua innercourt yang agak besar, yakni: Court of Myrtles dan Court of Lion. Pada Court of Myrtles di tengahnya terdapat kolam persegi panjang yang diapit oleh deretan tanaman pangkas, dan pada kedua ujungnya terdapat air mancur kecil. dan Court Gambar 3.11 Layout Istana Alhambra Universitas Sumatera Utara of Lion di tengahnya terdapat cawan air mancur yang ditopang oleh patung–patung singa. Yang terakhir ini dapatlah dikatakan sebagai klimaks dari rangkaian innercourt tadi. Sementara itu, kolom-kolom berbentuk bulatnya terbuat dari bahan alabaster marmer putih utuh. Dinding dipenuhi dengan ornamen, yang pada level 130 cm dipenuhi dengan ornamen mosaik dari keramik berglazur warna–warni hijau, kuning, biru, coklat dan hitam. Ornamen itu membentuk berbagai pola ornamen geometrikal yang indah dan kreatif. Sementara itu, bagian atas dinding dipenuhi oleh ornamen dengan pola yang sangat imaginatif; serta penuh dengan kaligrafi al-Qur’an dengan tekstur yang sangat halus. Dari rangkaian kaligrafi itu, tulisan “La ilaaha illallah” tiada ilah selain Allah dan la ghaliba ilallah” Hanya Allah satu–satunya penakluk tampak dominan. Di istana ini, manajemen air dilakukan dengan cara- cara yang sangat apik. Melalui sebuah perhitungan gravitasi yang prima, air dialirkan ke innercourt–innercourt tadi membentuk kolam berair mancur. Air dialirkan dengan saluran tertutup, lalu muncul di ruangan dalam sebagai mata air, yang kemudian dialirkan lagi melalui saluran kecil terbuka menuju kolam innercourt. Hal ini mengingatkan kita pada ayat:“jannatin tajri min tahtih al- anhar” jannah yang mengalir di bawahnya sungai. BahanMaterial Bangunan Ruangan dalam dan innercourt halaman dalam menggunakan marmer putih. Sementara itu, plafonnya menggunakan kayu jati yang dibentuk dalam ornamen–ornamen Gambar 3.12 Kolom-kolom bulat pada Istana Gambar 3.13 Kolam air mancur pada innercourt Universitas Sumatera Utara geometris yang indah. Semua bentukan tercipta dengan proporsional dengan skala human scale yang dikembangkan dalam imajinasi yang seakan tak terbatas. Jadi, walaupun besar bangunan ruangan tidak berskala monumental, namun menghasilkan karya seni arsitektur yang monumental. Bahkan, dikagumi sebagai salah satu karya masterpiece arsitektur klasik dunia. Suasana pada Istana Alhambra ini di penuhi dengan taman bunga serta kolam- kolam pada innercoutnya. Suasana ini seakan-akan menggambarkan keindahan arsitektur islam yang mengibartkan istana ini bagaikan surge yang ada di dunia. Interior bangunan istana Al-hambra yang dipenuhi dengan kaligrafi islami Gambar 3.14 Interiot Istana dan ornamennya Universitas Sumatera Utara Gambar 3.16 Denah Istana Al-Hamra,Granada Gambar 3.15 Suasana luar dari istana Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA