Eksistensi BP4 dalam upaya meminimalisir terjadinya perceraian

Kemungkinan keberhasilan perdamaian yang difasilitasi oleh mediator BP4 akan lebih besar dibandingkan dengan lembaga mediator lainnya. Sejumlah faktor yang mendukung keberhasilan pelaksanan program kerja BP4 yaitu: besarnya dukungan moril masyarakat terhadap pembentukan keluarga sakinah, besarnya dukungan moril instansi pemerintah, lembaga kemasyarakatan nasional dukungan para pakar terhadapupaya penasihatan perkawinan dan pembinaan keluarga dan kesedian masyarakat untuk meniru dan meneladani sikap dan tingkah laku keluarga sakinah yang dipilih melalui pemilihan keluarga sakinah. Terkait dengan keberadaan BP4, beredar gagasan untuk melakukan restrukturisasi terhadap BP4. 4 Dalam proses restrukturisasi BP4 diarahkan untuk dipindahkan dari nomenklatur Departemen Agama menjadi di bawah naungan Ditjen Peradilan Agama Mahkamah Agung. Dalam sejarahnya, Ditjen Peradilan Agama adalah bagian dari Departemen Agama. Namun dengan tujuan restrukturisasi menuju optimalisasi peran peradilan agama, nomenklatur peradilan agama dipindahkan ke MA. Dirjen Bimas Islam memberikan empat opsi terkait proses restrukturisasi. Pertama, BP4 dilepaskan dan di bawah Peradilan Agama MA. Kedua, BP4 dialihkan fungsinya kepada Ditjen Peradilan Agama, tanpa mengalihkan institusinya, Ketiga, Direktorat Peradilan Agama membentuk lembaga baru yang menjalankan fungsi BP4. Keempat, masa transisi dengan memberikan kesempatan kepada Peradilan Agama untuk membentuk nomenklatur mediasi 4 Http:bimasislam.depag.go.id?mod=newsop=detailid=695, diakses 1 Juli 2009. perkara perkawinan, sambil menunggu selesainya proses kajian dan analisa terhadap restrukturisasi BP4. Gagasan restrukturisasi ini nampaknya menemukan relevansinya dengan mencermati aturan normatif yang ada. Merujuk Peraturan Menteri Agama No. 3 Tahun 1975 Pasal 28 ayat 3, bahwa “Pengadilan Agama dalam berusaha mendamaikan kedua belah pihak dapat meminta bantuan kepada Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian BP4 agar menasehati kedua suami istri tersebut untuk hidup makmur lagi dalam rumah tangga”. Restrukturisasi kelembagaan BP4 agar perannya lebih optimal diperlukan sebagai respon terhadap problem meledaknya kasus perceraian akhir-akhir ini. Setiap tahun ada dua juta perkawinan, tetapi yang memilukan perceraian bertambah menjadi dua kali lipat, setiap 100 orang yang menikah, 10 pasangannya bercerai, dan umumnya mereka yang baru berumah tangga. 5 Apabila angka perceraian di masyarakat terus mengalami peningkatan, itu sebagai pertanda telah terjadinya desakralisasi dan kemerosotan lembaga 5 Jumlah perkara yang diproses oleh Pengadilan Agama PA secara nasional pada tahun 2007 mencapai 217.084. Perkara di bidang perkawinan merupakan jumlah terbesar, yaitu 213.933 perkara, atau sama dengan 98,5. Dari perkara di bidang perkawinan itu, sejumlah 196.838 atau 90,4 merupakan perkara perceraian. 63 perceraian diajukan oleh isteri 124.079 perkara, dan 37 perceraian diajukan oleh suami 72.759 perkara. Angka perceraian di atas sungguh sangat memprihatinkan, sebab kalau kita bandingkan dengan jumlah peristiwa pernikahan yang besarnya sekitar 2 juta setiap tahun, maka berari perceraian itu sekitar 9,8. Ini merupakan angka yang sangat tinggi. Dari perkara di bidang perkawinan itu, sejumlah 196.838 atau 90,4 merupakan perkara perceraian. 63 perceraian diajukan oleh isteri 124.079 perkara, dan 37 perceraian diajukan oleh suami 72.759 perkara. Angka perceraian di atas sungguh sangat memprihatinkan, sebab kalau kita bandingkan dengan jumlah peristiwa pernikahan yang besarnya sekitar 2 juta setiap tahun, maka berari perceraian itu sekitar 9,8. Ini merupakan angka yang sangat tinggi. Baca Himpunan Statistik Perkara Peradilan Agama Tahun 2007, Ditjen Badilag MA-RI, tahun 2007. perkawinan. Atas kondisi ini, BP4 ditunggu peran dan kinerjanya secara lebih optimal dalam mengawal dan melestarikan lembaga perkawinan.

C. Faktor penghambat pelaksanaan program BP4

BP4 Kec. Pamulang dalam menjalankan tugasnya masih banyak terdapat hambatan yang dihadapinya. Faktor penghambat tersebut bukan dikarenakan mutu dari BP4 Kec. Pamulang, tetapi masyarakat yang tidak banyak menggunakan jasa pelayanan konsultasi BP4, belum optimalnya pelaksanaan tugas penasihatan dan pembinaan keluarga serta masih lemahnya hubungan atau koordinasi dengan instansi pemerintah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. Selain itu juga ada beberapa faktor pendorong keberhasilan pelaksanaan program kerja BP4 sebagai berikut ; besarnya dukungan moril dari masyarakat terhadap pembentukan keluarga sakinah, besarnya dukungan moril instansi pemerintah, lembaga kemasyarakatan nasional dan internasional, dukungan para pakar terdapat terhadap upaya penasihatan perkawinan dan pembinaan keluarga serta kesediaan masyarakat untuk meniru dan meneladani sikap dan tingkah laku keluarga sakinah yang dipilih melalui pemilihan keluarga sakinah. Sebagai sebuah institusi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat, dapat dipastikan bahwa terdapat kekurangan dan kelebihan. Demikian pula dengan BP4 Kec. Pamulang yang memberikan pelayanan kepada masyarakat Kec. Pamulang. Faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam memainkan peran dan fungsi BP4 memberikan cerminan bahwa institusi ini berjalan di atas dinamika yang dimiliki. Dalam sebuah teknik mediasi, faktor-faktor pendukung maupun penghambat tentu memberikan dampak terhadap keberhasilan upaya- upaya yang dilakukan. Faktor-faktor yang muncul ke permukaan merupakan sarana untuk memahami dan menjelaskan apakah fungsi dan peran BP4 mampu dijalankan dengan baik atau tidak. Mengaca dari hasil penelitian yang telah lalu, maka BP4 di Kec. Pamulang sebenarnya memiliki faktor-faktor pendukung yang menunjang keberhasilannya dalam menjalankan peran dan fungsinya. Pertama, sebagai sebuah lembaga semi resmi, BP4 Kec. Pamulang, bagaimanapun merupakan bagian internal dari Departemen Agama. Kedudukannya sebagai perpanjangan pemerintah tidak membawa kesulitan bagi BP4 dalam memenuhi kebutuhan institusinya. Persoalan dana dan fasilitas paling tidak bukan hambatan karena seluruhnya ditanggung oleh pemerintah. Bahkan BP4 dapat mengusakan anggaran dari berbagai pemasukan; seperti jasa profesi penasehatan, dana bantuan pemerintah, lembaga donor agensi nasional maupun internasional, swasta, infaq masyarakat, dan dari berbagai sumber lain yang sah sesuai dengan perkembangan kegiatan dan beban organisasi. Dorongan finansial ini tentu memberikan keuntungan bagi BP4 karena dapat terfokus dalam tugas-tugasnya. Sekalipun hanya mengandalkan dana dari pemerintah sesuai dengan pos anggaran yang dimiliki, BP4 masih dapat melakukan kinerjanya. Sementara itu, kedua, BP4 di Kec. Pamulang mendapatkan dukungan dari berbagai elemen masyarakat dalam menjalankan tugasnya untuk memberikan penasehatan, pembinaan dan pelestarian perkawinan. Berbagai elemen tersebut dapat disebutkan di sini seperti para ulama, LSM, bahkan otoritas Pengadilan Agama Kota Tenggerang menyambut terbuka agar BP4 mampu melaksanakan fungsi dan perannya secara baik. Sebagian masyarakat Kec. Pamulang menyikapi penasehatan yang dilakukan oleh BP4 adalah hal yang berdampak positif dan sangat bermanfaat membantu keutuhan rumah tangga. Tanpa membedakan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya, variasi pendapat yang dirasakan masing-masing keluarga baik keluarga yang pernah mengalami masalah maupun calon pengantin yang ingin membina rumah tangganya, menunjukkan beraneka pendapat dalam menyikapi penasehatan BP4. Memperhatikan dari hasil wawancara kepada beberapa keluarga masyarakat di Kec. Pamulang sebagai obyek penelitian, ada tiga pendapat yang dirasakan tentang peran dan fungsi BP4 di Kec. Pamulang dengan melihat berbagai aspek, yakni; membentuk den menjaga keharmonisan, memberi pemahaman tanggung jawab kepada suami atau istri dalam berkeluarga dan mendorong untuk menjalankan kehidupan yang agamis. Kenyataan ini sebenarnya menunjukkan bahwa peran dan fungsi BP4 dapat secara optimal dimainkan dengan dukungan masyarakat. Sebagaimana dalam sebuah mediasi, peran-peran mediator sangat membutuhkan dukungan dari masyarakat, atau bahkan dari pihak-pihak yang bertikai, dalam hal ini adalah suami istri. Dalam gambaran yang lebih luas, cara-cara seperti ini mirip dengan bagaimana model peace keeping yang perlu diterapkan dalam mediasi, tetapi konteksnya adalah pernikahan. Pertama, bahwa interaksi yang terjadi harus antara pihak-pihak yang memiliki kesejajaran status. Kedua, adanya dukungan dari lingkungan sosial. Ketiga, komunikasi terjadi secara intim bukan kasual. Keempat, proses komunikasi harus menyenangkan kedua pihak, dan kelima, ada tujuan yang hendak dicapai bersama. 6 Dari dua faktor di atas, penting untuk menempatkan dukungan lingkungan sosial dalam tugas-tugas yang diemban oleh BP4. Artinya memang masyarakat Kec. Pamulang sendiri menghendaki sebagai representasi dari masyarakat yang damai dan stabil, meskipun itu dari masyarakat terkecil yaitu keluarga. Ekspektasi sosial seperti ini memungkinkan sebuah institusi yang hadir di tengah-tengah mereka dengan mewartakan sebagai bantuan konsultasi pernikahan, tentu akan sangat melegakan dan menyenangkan. Hal ini sekaligus mencegah agar tingkat perceraian dan intensitas persoalan keluarga dapat diturunkan.Selain itu, kekuatan yang dimiliki oleh BP4 adalah karena saran-saran yang diutarakan berdimensi religius. Hal ini sangat menguntungkan karena mayoritas penduduk Kec. Pamulang, sebagaimana banyak daerah lain di pulau Jawa, adalah beragama Islam. Dorongan untuk mengamalkan ajaran agama Islam, atau dalam hal ini adalah hukum Islam, dapat lebih ditekankan sebagai bagian terpenting dalam proses pembinaan dan penasehatan perkawinan. Bagaimanapun dengan mengamalkan ajaran agama 6 M. Mukhsin Jamil ed., Mengelola Konflik, Membangun Damai: Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik, Semarang: Walisongo Mediation Center, 2007, h.72.

Dokumen yang terkait

Revitalisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) bagi remaja usia nikah : studi kasus BP4 Kota Jakarta Selatan

0 9 104

Peran Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dalam mencegah kasus perceraian di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Cipayung Jakarta Timur

4 36 0

Peran Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan Dalam Meminimalisir Terjadinya Perceraian (Studi Pada BP4 Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2012)

0 11 92

Peran (BP4) Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan dalam Mencegah Terjadinya Perceraian di Kabupaten Wonosobo

0 17 90

PERANAN BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN Peranan Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Dalam Penyelesaian Perselisihan Dalam Perkawinan (Studi Di Kantor BP4 Kecamatan Gemo

0 2 11

PENDAHULUAN Peranan Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Dalam Penyelesaian Perselisihan Dalam Perkawinan (Studi Di Kantor BP4 Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen).

0 3 14

PERANAN BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN Peranan Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Dalam Penyelesaian Perselisihan Dalam Perkawinan (Studi Di Kantor BP4 Kecamatan Gemo

0 3 11

Eksistensi Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan Kota Pekanbaru Dalam Mencegah Terjadinya Perceraian.

0 0 6

Peranan Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (Bp4) Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Menyelesaikan Sengketa Dalam Perkawinan - Repository UIN Sumatera Utara tesis Abdul Fuad

1 24 114

EFEKTIVITAS KERJA BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) DALAM MENGURANGI TERJADINYA PERCERAIAN DI KECAMATAN MAKASSAR

0 0 113