Abu Zakaria al-Anshari mengartikan talak dengan:
ِق َﻼﻄﻟا ِﻆْﻔَﻠِﺑ ِحﺎَﻜﻨﻟا ِﺪْﻘَﻋ ُﻞِﺣ
Artinya: Melepaskan ikatan nikah dengan menggunakan lafadz talak. Dari beberapa defenisi talak di atas tersebut, maka dapat kita ambil
kesimpulan bahwa talak adalah hilangnya atau lepasnya ikatan perkawinan, tetapi ada beberapa mainstream yang mengakibatkan perbedaan dalam
mendefenisikan arti talak. Sebagian ulama menekankan talak pada akibat hukumnya, yaitu hilangnya hubungan suami istri dan segala sesuatu yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban suami istri. Sedangkan sebagian ulama lainnya berorientasi pada tindakan seseorang yang bertujuan untuk
melepaskan ikatan perkawinan dengan menggunakan lafadz tertentu. Adapun arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan yang dikemukakan
oleh Abdurrahman al-Jaziri adalah berkurangnya hak talak bagi suami yang mengakibatkan berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga
menjadi dua, dari dua menjadi satu dan dari satu menjadi hilang hak talak itu yaitu yang terjadi dalam talak rajî’.
b. Macam-macam Talak
Ditinjau dari segi dijatuhkannya, talak dibagi menjadi tiga macam yaitu:
5
1. Talak Sunnî, yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntutan
sunnah Rasulullah SAW. Dikatakan sunni jika memenuhi syarat- syarat berikut ini:
5
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, cet I Jakarta: Prenada Media, 2003, h. 192.
a. Istri yang ditalak sudah pernah digauli, apabila talak dijatuhkan
terhadap istri yang belum pernah digauli, maka tidak termasuk talak sunni.
b. Istri dapat segera melakukan iddah suci setelah ditalak, yaitu
dalam keadaan suci dari haid. Menurut ulama Syafi’iyyah, perhitungan iddah bagi wanita berhaid ialah tiga kali suci, bukan
tiga kali haid. Talak terhadap istri yang telah lepas haid menopause atau belum pernah haid, atau sedang hamil, atau
ketika istri sedang haid, semuanya tidak termasuk dalam kategori talak sunni.
c. Talak dijatuhkan ketika istri dalam keadaan suci, baik
dipermulaan, dipertengahan, maupun diakhir suci, walaupun beberapa saat lalu datang haid.
d. Suami tidak pernah menggauli istri selama masa suci dimana
talak itu dijatuhkan. 2.
Talak Bid’î, yaitu talak yang dijatuhkan tidak atau bertentangan dengan tuntutan sunnah dan tidak memenuhi syarat-syarat talak
sunnî. Yang termasuk talak bid’î:
a. Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu haid, baik
dipermulaan haid maupun dipertengahannya. b.
Talak yang dijatuhkan terhadap istri dalam keadaan suci tetapi pernah digauli oleh suaminya dalam keadaan suci yang dimaksud.
3. Talak la sunnî wa la bid’î, yaitu talak yang tidak termasuk kategori
talak sunni dan tidak pula termasuk talak bid’î yaitu: a.
talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah digauli. b.
talak yang dijatuhkan terhadap istri yang pernah haid, atau istri yang telah lepas haid.
c. talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang hamil.
6
Adapun talak ditinjau dari tegas atau tidaknya kata-kata yang dipergunakan sebagai ucapan talak, maka talak terbagi menjadi dua
macam, yaitu: 1.
Talak shârih, yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan tegas. Talak dengan kata-kata yang jelas misalnya
mencakup perkataan seperti: talak, firâq, dan sarah. Demikianlah pendapat Imam Syafi’î dan Imam Ahmad seperti disebutkan dalam
al-Qur’an. Adapun beberapa contoh talak sharih sebagai berikut: a.
engkau saya talak sekarang juga, engkau saya cerai sekarang juga.
b. engkau saya firâq sekarang juga, engkau saya pisahkan sekarang
juga. c.
engkau saya sarah sekarang juga, engkau saya lepaskan sekarang juga.
2. Talak kinâyah, yaitu talak dengan memggunakan kata-kata sindiran
atau samara, seperti suami berkata pada istrinya: a.
Engkau sekarang telah jauh dari diriku b.
Selesaikan sendiri segala urusanmu c.
Janganlah engkau mendekati aku lagi
6
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, h.193.