PENUTUP A. Peran badan penasehat pembinaan pelestarian perkawinan dalam meminimalisir terjadinya perceraian: studi pada BP4 Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2012
Al-Quran menyatakan perkawinan sangat dianjurkan kepada hambanya yang beriman dan telah memenuhi syarat untuk melaksanakan perkawinan, dalam
rangka untuk mencapai kesempurnaan ibadahnya. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah membutuhkan pendamping hidup sebagai
makhluk ciptaan lainnya. Allah telah menjanjikan kepada hambanya yang
melaksanakan perkawinan akan memberikan anugerah yang berlipat ganda.
Pada prinsipnya hukum perkawinan di Indonesia menganut asas monogami. Dengan demikian tidak boleh seorang laki-laki atau perempuan
memiliki pasangan lebih dari satu. Walaupun demikian seorang suami masih dimungkinkan untuk melakukan poligami jika pihak yang bersangkutan telah
benar-benar mampu memenuhi persyaratan untuk beristri lebih dari seorang seperti sang suami punya kemampuan dan sanggup berlaku adil, sedangkan sang
istri tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai istri yang baik.
7
Keharmonisan dalam suatu rumah tangga yang mawadah warahmah merupakan impian dan cita-cita setiap pasangan suami isteri. Di awal kehidupan
berkeluarga, sepasang suami istri memandang bahtera rumah tangga mereka dengan kaca mata emas, penuh keindahan, cinta dan harapan. Dengan berbekal
pengalaman hidup masing-masing, mereka memasuki gelanggang kehidupan baru yang masih asing. Sejuta harapan untuk mewujudkan suatu keluarga yang
7
Sidi nazar Bakhry, “Kunci Keutuhan rumah tangga; keluarga sakinah” pedoman Ilmu Jaya, 2001, Cet 1 , h.4.
sejahtera, saling menyayangi dan abadi selalu terucap manis disaat bersanding, sebagai “cita-cita indah bersama” mereka.
8
Perkawinan disyaratkan dalam Islam adalah untuk mewujudkan keluarga yang sakinah dengan landasan mawaddah warahmah. Namun demikian, tidak
jarang pasangan suami istri yang telah terikat dalam tali perkawinan tidak bisa mewujudkan keluarga yang sakinah. Realita di masyarakat banyak juga pasangan
suami istri menjalani kehidupan rumah tangga mereka dengan tidak harmonis,
yang ujungnya berkakhir dengan perceraian.
Ditinjau dari segi yuridis, ikatan perkawinan akan menimbulkan suatu hubungan hukum yang bersifat hak dan kewajiban antara suami dan istri secara
timbal balik, selain hal tersebut juga merupakan suatu perbuatan keagamaan yang erat sekali hubungannya dengan kerohanian seseorang, sebagai salah satu masalah
keagamaan maka setiap agama di dunia ini mempunyai peraturan tersendiri tentang perkawinan. Sehingga pada prinsipnya diatur dan harus tunduk pada
ketentuan-ketentuan ajaran agama yang di anut oleh mereka yang akan melangsungkan perkawinan.
9
Sehingga masalah hak dan kewajiban suami istri merupakan tindak lanjut dari kehidupan keluarga yang didirikan atas landasan cinta dan kasih sayang.
Dengan satu kesadaran, masing-masing pihak suami-istri menyadari bahwa
8
Ali Husain Muhammad Makki Al-Amili, “Perceraian salah siapa?” Bimbingan Islam Mengatasi problematika Rumah Tangga Jakarta: Lentera, 2001.
9
Abdurrahman dan Syahrani, Masalah-Masalah Hukum Perkawinan di Indonesia, Bandung: Penerbit Alumni, 2001, Cet.Ke-IV, h.17.