iskhemik hipoksia.Kejang harus diatasi sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan otak yang luas.
Penyebab paling sering terjadinya kejang pada neonatus adalah hipoksik iskemik ensefalopati HIE, gangguan metabolik hipoglikemia,
hipokalsemia, hipomagnesemia, perdarahan intrakranial, infeksi intrakranial, kelainan bawaan, hiperbilirubinemi dan idiopatik.
Karena kejang berhubungan erat dengan sistem syaraf pusat, maka penatalaksanaan umum adalah dengan menjaga jalan nafas tetap bebas,
mencari penyebab kejang, memberikan obat kejang dan mengatasi kejang Maryunani, A, 2009 hlm. 197-205.
10. Gangguan Nafas
Salah satu kondisi yang paling berat pada bayi baru lahir neonatus adalah kegawatan nafas dimana terjadi adaptasi pernafasan yang tidak
sesuai ke kehidupan di luar uterus ekstrauterine.Gejalanya adalah kesulitan bernafas, sianosis, takhipnea nafas cepat, retraksi dada
interkostalsubkostal yang berat, apnea berat.Pencegahan biasanya diberikan obat yang disebut kortikosteroid pada ibu sebelum persalinan
Maryunani.A, 2009 hlm. 65-76.
11. Hipotermi
Suhu normal bayi baru lahir adalah 36,5-37,5 C. Gejala awal
hipotermia adalah apabila suhu dibawah 36,5 C atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin. Gejalanya adalah bayi tak mau minum, tampak mengantuk atau lesu, tubuh bayi teraba dingin. Prinsip penatalaksanaan bayi dengan
Universitas Sumatera Utara
hipotermi adalah mengembalikan suhu tubuh diatas 36,5 C dengan berbagai
cara, diantaranya adalah menghangatkan dengan penghangat atau inkubator atau diberi sinar lampu atau menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu
dengan metode kangguru.
12. Infeksi Neonatorum
Infeksi pranatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada prenatal, antenatal, intranatal atau post natal Blanc, 1961 dalam Kristiyanasari W,
2009 hlm.37 Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan
dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah diseluruh tubuh Maryunani A, 2009 hlm.119.
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu :
1 Sepsis Dini Sepsis Awitan Dini
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah lahir kurang dari 72 jam dan biasanya diperoleh pada saat proses
kelahiran atau in utero. 2
Sepsis Lanjutan Sepsis Nasokomial atau Sepsis Awitan Lambat SAL
Merupakan infeksi setelah lahir lebih dari 72 jam yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit infeksi nasokomial
Maryunani A, 2009 hlm.120. Infeksi prenatal dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti :
Escherichia coli, pseudomonas pyocyaneus, klibesella, staphylococcus
Universitas Sumatera Utara
aurcus, coccus gonococcus. Infeksi antenatal : kuman masuk ke tubuh janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta dan selanjutnya infeksi melalui sirkulasi
umbilicus masuk ke janin, misalnya : virus rubella, poliomyelitis, variola, vaccinia, coxsackie, cytomegalic inclusion dan lain-lain. Infeksi intranatal
lebih sering terjadi dengan cara mikroorganism dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah.Infeksi pascanatal dapat
terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat yang tidak steril, tindakan yang tidak antiseptik, atau dapat
juga terjadi akibat infeksi silang, misalnya tetanus neonatorum, omfalitis dan lain-lain Kristiyanasari W, 2009 hlm.37-38.
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus adalah : 1 Perdarahan, 2 Demam yang
terjadi pada ibu, 3 Infeksi pada uterus atau plasenta, 4 Ketuban pecah dini, dan 5 Proses kelahiran yang lama dan sulit Maryunani A, 2009 hlm.121.
Gejala klinis sepsis neonatorum : 1 Bayi malas minum, 2 Gelisah mungkin juga terjadi letargi, 3 Frekuensi pernapasan meningkat, 4 Berat
badan menurun, 5 Pergerakan kurang, 6 Muntah, 7 Diare, 8 Sklerema, edema, 9 Perdarahan, ikterus, kejang, dan 10 Suhu tubuh dapat normal,
hipotermi dan hipertermi Kristiyanasari W, 2009 hlm.38-39.
Penatalaksanaan pada sepsis neonatorum adalah dengan mengeliminasi kuman penyebab, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1 Pemberian antibiotika
2 Terapi suportif, misalnya dengan pemberian immune globuline,
pemberian transfusi darah, nutrisi dan lain-lain Maryunani A, 2009 hlm.124.
13. Aspirasi Pneumonia